Konten dari Pengguna

Cerpen: Susu Kotak Rasa Pilu

Pika Piqhaniah
Mahasiswa Penerbitan (Jurnalistik) Politeknik Negeri Jakarta
21 September 2022 11:30 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pika Piqhaniah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Susu Kotak Rasa Cokelat (Pika Piqhaniah)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Susu Kotak Rasa Cokelat (Pika Piqhaniah)
ADVERTISEMENT
Cerpen kehidupan
Di sebuah kamar kecil berukuran 4x4, terdengar suara seorang anak kecil berusia 5 tahun. Ia bercerita sambil menangis kepada seorang remaja perempuan yang tengah menepuk-nepuk pundaknya. Remaja itu tak lain adalah kakak dari anak kecil bernama Sheira. Sheira menangis menceritakan kejadian memilukan saat bermain bersama teman-teman di halaman rumahnya.
ADVERTISEMENT
“Adek sedih, Kak. Harusnya adek juga bisa minum itu,” keluhnya pada sang kakak.
Sheira bercerita bahwa saat ia dan teman-temannya bermain, ada salah satu temannya yang membawa sekotak susu rasa cokelat yang sering muncul di iklan tv. Temannya itu meminum susu tersebut sambil membagikannya kepada teman-teman yang lain, tetapi tidak kepada Sheira. Ia tidak diberikan kesempatan untuk mencoba susu tersebut. Hal itu membuat Sheira sedih dan memutuskan untuk pulang ke rumah.
Sheira merupakan anak kedua dari pasangan keluarga yang sederhana. Ayahnya dulu seorang tukang becak yang kecelakaan saat membawa penumpang. Setelah kecelakaan itu, ayahnya meninggal pada saat Sheira berusia 2 tahun. Saat ini ia hidup bersama ibu dan kakaknya. Ibunya bernama Ani dan kakaknya bernama Indyara. Mereka hidup dalam kondisi ekonomi yang cukup sulit sepeninggal ayahnya.
ADVERTISEMENT
Ibu Ani bekerja sebagai seorang penjual kue tradisional di pasar. Setiap hari ia harus bangun pagi untuk membuat kue-kue tradisional tersebut dan pergi ke pasar untuk menjajakkannya. Sedangkan Indyara, ia bersekolah di salah satu sekolah swasta yang dekat dengan rumahnya. Dengan penghasilan Ibu Ani yang tidak menentu karena kue-kue yang dijualnya jarang habis, mereka terpaksa untuk hidup seadanya.
Pada saat Sheira bercerita kepada kakaknya mengenai hal tersebut, ia mengatakan bahwa ia juga ingin merasakan susu cokelat itu. Ia merengek meminta kakaknya untuk membelikan susu tersebut. Indyara yang bingung menanggapi tingkah adiknya itu hanya bisa tersenyum sambil menenangkan, “Adek sabar, ya. Nanti kakak belikan susu itu untuk adek,” kata Indyara sambil mengelus rambut adiknya. Sheira hanya terdiam sambil menempatkan tubuhnya pada pangkuan sang kakak lalu tertidur.
ADVERTISEMENT
Keesokkan harinya, saat Indyara sedang berjalan menuju sekolahnya, ia melihat seorang tukang becak yang tengah meneduh di bawah pohon rindang di pinggir jalan. Seketika ia teringat dengan almarhum ayahnya yang sudah lama tidak pernah menampakkan dirinya dalam mimpi Indyara. Rasa sedih menyeruak dalam hatinya, ia juga teringat dengan keinginan adiknya untuk membeli susu kotak rasa cokelat yang sama seperti milik temannya.
Dalam benak Indyara muncul ide untuk membelikan susu tersebut menggunakan uang jajannya. Ia berjanji dalam hatinya untuk tidak menggunakan uang jajannya agar bisa membelikan susu setelah pulang sekolah nanti. Benar saja, di sekolah Indyara tidak pergi ke kantin untuk jajan. Ia memilih untuk tetap berada di dalam kelas sambil membaca buku pelajaran yang akan dipelajarinya nanti setelah istirahat.
ADVERTISEMENT
“Kring…” bel pulang sekolah pun berbunyi. Indyara bergegas keluar dari kelas dan pergi ke minimarket terdekat untuk membeli susu kotak yang diinginkan adiknya. Pada saat ia menemukan barang yang hendak dibelinya, ia kaget dengan harga yang tercantum pada susu tersebut senilai Rp. 10.500, sedangkan uang yang ada di kantung bajunya saat itu hanya bernilai Rp. 3000. Ia mendengus kesal, mengapa susu sekecil itu saja harganya mahal sekali.
Indyara terdiam sesaat dan berpikir kembali bagaimana cara untuk membelikan adiknya susu tersebut. Terlintas dalam pikiran Indyara untuk meminta tambahan uang kepada ibunya, tetapi ia segera menghilangkan pikiran tersebut. Ia tahu bahwa ibunya sudah cukup sulit untuk mencari uang. Dibanding membeli satu susu kotak, rasanya uang senilai sepuluh ribu itu cukup untuk dibelikan 1 liter beras dan dimakan bersama di rumahnya.
ADVERTISEMENT
Hati kecil Indyara menjerit, ia berpikir bahwa semua ini tidak adil untuk adiknya. Ia harus bisa membelikan susu tersebut, ia berpikir bahwa adiknya harus bisa merasakan susu itu meskipun hanya sekali. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengumpulkan uang jajannya selama tiga hari ke depan. Ia akan membelikan susu itu setelah uangnya terkumpul dan cukup untuk membeli satu susu kotak yang terpajang di minimarket tersebut. Setelah yakin dengan keputusannya tersebut, Indyara memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
Setelah tiga hari berlalu, Indyara yang sedang berjalan menggendong tas sekolahnya terlihat bahagia. Ia berjalan sambil menghitung lembaran uang receh di tangannya. Ia senang sekali karena akhirnya uang yang dimilikinya cukup untuk membeli susu yang diinginkan adiknya. Uang yang dimilikinya saat itu berjumlah Rp.12.500. Ia pergi ke minimarket lagi dan mencari barang yang diinginkannya. Setelah berhasil membelinya, ia bergegas pulang untuk segera menemui adiknya.
ADVERTISEMENT
Setibanya di rumah, Indyara melihat adiknya sedang bermain bersama teman-temannya. Ia memanggil adiknya tersebut dengan kencang, “Adek!!!”. Sheira yang mendengar teriakan kakaknya berlari sambil berteriak, “Ada apa, Kak?”. Saat Sheira sudah tepat berada di depan Indyara, ia langsung memberikan susu kotak tersebut pada adiknya.
Sheira terkejut melihat apa yang diberikan kakaknya itu, tetapi ia menunjukkan ekspresi heran. Ia berpikir mengapa kakaknya bisa membawakan susu itu untuknya, padahal kemarin temannya bilang bahwa susu kotak itu harganya mahal sekali.
“Gimana, Dek? Senang, kan?” Indyara tersenyum pada adiknya.
“Kak, ini kan mahal. Kakak dapat dari mana susu ini?” Tanya Sheira.
“Adek gak perlu pikirin itu, ya. Kakak beli ini pakai uang yang kakak punya dari Ibu,” jawabnya.
ADVERTISEMENT
“Serius, Kak? Yeayy!!!!” teriak Sheira sambil memeluk kakaknya. Ia meminum susu tersebut lalu berlari ke arah temannya yang sedang berkumpul di pinggir jalan di depan rumahnya. Saat ia berlari untuk menunjukkan susu kotak itu kepada temannya, tiba-tiba ada sebuah motor yang oleng dan melaju kencang mengarah kepada Sheira.
Tak berselang lama, motor tersebut menabrak Sheira yang sedang berlari hingga terpental ke arah pohon besar di depannya. Semua orang yang ada di sana kaget dan berteriak, “Awas!!!”
Sheira jatuh tersungkur sambil menggenggam susu kotak miliknya itu. Tubuhnya penuh dengan darah yang keluar dari kepalanya yang terbentur keras. Nafasnya tersengal saat dadanya menyentuh aspal dan beberapa detik kemudian napasnya menghilang. Indyara berlari menuju adiknya yang sudah tidak lagi berdaya.
ADVERTISEMENT
“Sheiraaaaaa!!!”
Cerpen kehidupan