Konten dari Pengguna

Melalui Etnovideografi: Inovasi Pembuatan Batik Kertijayan di Era Modern

Najla Afiyah
Undergraduate Student of Social Anthropology at Diponegoro University.
6 Agustus 2024 14:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najla Afiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Desa Kertijayan, (6/08/2024) – “Kota Batik”, sebagai julukan yang diberikan untuk Kota Pekalongan memiliki makna mendalam dalam sejarah dalam seni pembuatan batik, yang telah menjadi bagian integral dari identitas kota ini. Makna yang terkandung dalam setiap motif batik, serta sejarah panjang interaksi budaya di kota ini, membuat batik Pekalongan tidak hanya menjadi produk tekstil, tetapi juga cermin dari identitas dan jati diri bangsa.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka menjaga nilai keasliannya di tengah modernisasi dan globalisasi, salah satu mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim II Universitas Diponegoro, Najla Afiyah mengangkat tema “Harmoni, Tradisi dan Inovasi: Batik Kertijayan di Era Modern” dalam pembuatan karya etnovideografi. Video tersebut dipersembahkan kepada perangkat Desa Kertijayan dan diunggah di laman YouTube Pemerintahan Desa Kertijayan.
Persembahan Hasil Karya Etnovideografi “Harmoni, Tradisi dan Inovasi: Batik Kertijayan di Era Modern” kepada Pak Fatkhurrohman, Sekretaris Desa Kertijayan
Dalam video etnovideografi yang diproduksi, digambarkan bagaimana metode pembuatan batik telah berkembang dari yang tradisional, seperti batik tulis dengan canting, hingga yang lebih modern seperti batik cap dan printing/sablon di Desa Kertijayan. Selain itu, dalam masa kunjungan ke Batik Abont, salah satu rumah produksi batik di Desa Kertijayan, disebutkan juga tentang metode pembuatan batik polymicro. Metode modern ini sering kali menekan biaya produksi dan menawarkan keuntungan besar, namun juga membawa dampak pada kondisi pasar batik nasional dan menyebabkan pergeseran minat konsumen, terutama di kalangan generasi muda.
Proses Lorod (merebus) Batik untuk Melarutkan Malam dari Batik Cap atau Batik Lukis Sedang Dilakukan di Rumah Produksi Batik Abont
Najla menyoroti bahwa makna batik kerap kali diabaikan di tengah modernisasi. Dalam etnovideografi tersebut, ia mengajak audiens untuk memahami bahwa batik bukan sekadar kain bercorak, melainkan memiliki filosofi Jawa dan nilai-nilai agama Islam yang mendalam. Salah satu filosofi yang menarik adalah pengertian batik sebagai representasi dari baris dan titik yang membentuk motif unik. Selain itu, korelasi antara kata "batik" dan "kitab" menunjukkan bahwa batik dapat dipandang sebagai media penyampaian pesan moral dan spiritual.
Proses Pembuatan Batik Cap yang Dilakukan oleh Pak Zakaria di Rumah Produksi Batik Abont
Pak Zakaria juga menekankan bahwa di era modern ini, motif batik cenderung lebih abstrak dan berorientasi pada tren global, seringkali mengadopsi gaya Barat yang diminati oleh generasi muda. Hal ini menimbulkan tantangan bagi pelestarian motif klasik yang sarat makna. Oleh karena itu, Najla dan timnya berupaya mengingatkan pentingnya melestarikan batik sebagai warisan budaya yang diakui oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.
ADVERTISEMENT
Foto Artikel “Harmoni, Tradisi dan Inovasi: Batik Kertijayan di Era Modern”
Sebagai ringkasan dari video, Najla turut berbagi foto artikel yang membahas topik tersebut di sosial media guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran generasi muda terkait inovasi pembuatan batik di Desa Kertijayan. Melalui program kerja ini, mahasiswa KKN Undip mengajak generasi muda untuk kembali memaknai batik, menghargai nilai historis dan filosofinya, serta mendukung pelestarian budaya tradisional di tengah arus modernisasi. Program ini tidak hanya bertujuan untuk mengenalkan proses pembuatan batik, tetapi juga untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga warisan budaya Indonesia.