Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Caleg Artis Dipilih Masyarakat: Harus Evaluasi
15 Februari 2024 17:51 WIB
Tulisan dari Najla Yasmintia Widarso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kebiasaan “latah” masyarakat kita untuk memilih calon legislatif (caleg) dari kalangan artis hanya karena masyarakat mengenal caleg tersebut atau caleg tersebut bertingkah laku lucu/kocak adalah alasan kenapa banyak artis atau selebriti berbondong-bondong mencalonkan diri di kursi legislatif (nyaleg), karena mereka tahu bahwa mereka pasti terpilih atau paling tidak berpeluang besar untuk terpilih. Padahal, artis-artis itu belum tentu kinerjanya bisa berbanding lurus dengan popularitasnya di dunia entertainment. Hal ini terbukti dengan fakta bahwa mayoritas latar belakang para artis tanah air itu bukan dari bidang Ilmu Pemerintahan/Ilmu Hukum dan yang se linearnya atau setidaknya paham dengan keadaan/isu- isu pemerintahan. Ini penting untuk diperhatikan sebab duduk di kursi pemerintahan (dalam artian menjadi pelayan masyarakat) itu bukan tugas main-main, harus diisi dengan mereka yang luas hatinya murni untuk kepentingan rakyat bukan justru menjadi tuan atas rakyat yang memilihnya.
ADVERTISEMENT
Menurut infopemilu.kpu.go.id , ada sekitar 82 artis yang mencalonkan dirinya sebagai calon anggota parlemen di sepanjang 2024 ini. Padahal berkaca dari kinerja selebriti politisi tahun-tahun sebelumnya, banyak dari mereka yang tak serius dalam menjalankan tanggung jawabnya. Beberapa dari mereka masih tampil di acara iklan maupun bermain film, lantas bagaimana kita bisa percaya bahwa isu-isu penting yang menyangkut jutaan nyawa, rancangan undang-undang yang polemik, dan permasalahan kompleks lainnya dapat diselesaikan dengan maksimal. Kehadiran para selebriti di panggung perpolitikan juga tak lepas dari sorot harap untuk mendapatkan penghasilan yang lumayan lebih panjang dan mudah daripada berkarir di bidang entertainment yang tak dapat diprediksi keberlanjutannya sebab posisi anggota DPR ini merupakan salah satu pekerjaan yang mendapat dana pensiun seumur hidup yang ditanggung negara, meskipun hanya bekerja 5 tahun atau 1 periode. Dengan fenomena “caleg artis” yang sedang menjamur, para pengamat politik negeri khawatir kader-kader yang sebenarnya potensial justru tak dipilih oleh partai politik hanya karena kurang pamor. Sedangkan, kader potensial lainnya yang berhasil dipilih partai, tetap berpeluang rendah untuk maju ke senayan sebab rakyat kurang familiar atau rakyat hanya fokus pada caleg yang kerap mondar-mandir di televisi.
ADVERTISEMENT
Masyarakat harus Teliti
Masalah selanjutnya adalah berkaitan dengan jumlah caleg yang maju dalam pemilihan DPD maupun DPR RI/Prov/Kota yang dinilai terlalu banyak jumlahnya sehingga masyarakat tak dapat mendalami visi misi serta track record para calon dengan waktu yang singkat. Memang perlu adanya perbaikan dari KPU perihal ini, tetapi di sisi lain masyarakat juga seharusnya tidak “malas” dan mencari tahu siapa saja caleg di dapil nya dari jauh-jauh hari. Banyak platform simulasi pemilu yang bertebaran di media sosial seperti www.lezen.id yang dapat menampilkan foto serta informasi caleg (termasuk informasi pendidikan, pekerjaan, dan pencapaian) sesuai dengan daerah masing-masing. Hal seperti ini semestinya dapat dimanfaatkan dengan baik sebab ternyata banyak diantara para calon yang memang seorang guru besar, ex-staff kementerian, pemerhati lingkungan yang dapat penghargaan presiden 2x berturut-turut, pejuang warga disabilitas, dan masih banyak lainnya yang berlatar belakang tidak kalah legit. Ini menunjukan bahwa jika kita bisa sedikit lebih teliti lagi, sebenarnya banyak caleg yang lebih pantas dan mumpuni untuk mewakilkan kita di kursi dewan. Dengan memilih mereka yang terbukti berintegritas dan mampu membangun Indonesia, kita sama saja sudah membantu orang baik mendapatkan posisinya. Selidikilah rekam jejak setiap calon agar kita tak berakhir pada keluhan usang yang sama.
ADVERTISEMENT