Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Harmoni Ramadhan di Desa Kranji: Tradisi, Kebersamaan, dan Moderasi Beragama
20 April 2025 11:16 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Najmah Amani Damilhana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, bulan Ramadhan selalu hadir membawa kedamaian dan kesempatan untuk merajut kembali hubungan spiritual dan sosial. Namun, di Desa Kranji, Ramadhan bukan hanya sekadar waktu untuk berpuasa, tetapi juga menjadi cermin kehidupan yang penuh kebersamaan, saling menghormati, dan mempraktikkan moderasi beragama. Moderasi beragama di sini berarti menjalankan ajaran agama dengan cara yang seimbang, terbuka terhadap keberagaman, serta menghindari tindakan ekstrem atau intoleransi. Dalam konteks ini, moderasi beragama tidak hanya sekadar menghindari ekstremisme, tetapi juga menciptakan ruang bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk, sambil tetap menjaga sikap saling menghormati dan terbuka terhadap perbedaan dalam masyarakat yang majemuk. Di desa ini, setiap detik Ramadhan penuh dengan kegiatan yang mengajarkan makna sejati dari ibadah, toleransi, dan keharmonisan antar umat beragama. Bulan Ramadhan selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam, tidak hanya sebagai waktu untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga untuk memperkuat nilai-nilai sosial dan spiritual di tengah masyarakat. Di Desa Kranji, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, bulan suci ini disambut dengan semangat kebersamaan yang tinggi. Tradisi Ramadhan di desa ini tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, melainkan juga wujud nyata dari penerapan nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Sejak awal Ramadhan, warga Desa Kranji memulai aktivitas dini hari dengan sahur bersama keluarga, dilanjutkan dengan salat Subuh berjemaah di masjid. Usai salat, mereka melanjutkan dengan tadarus Al-Qur’an secara mandiri di rumah masing-masing. Kebiasaan ini tidak hanya memperkuat sisi spiritual, tetapi juga mempererat ikatan sosial antarwarga.
Tidak hanya di waktu ibadah pribadi, kebersamaan di Desa Kranji juga terjalin dalam kegiatan pengajian yang melibatkan masyarakat luas dalam pencarian ilmu agama.
Selain memperkuat ikatan spiritual, kebersamaan di Desa Kranji juga tercermin dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang melibatkan masyarakat luas. Salah satunya adalah pengajian kitab kuning yang rutin dilaksanakan setiap pagi dan sore hari di Pondok Pesantren Nurul Anam Kranji. Pengajian ini terbuka bagi masyarakat umum, baik remaja maupun dewasa. Meski bukan santri mukim, warga tetap dapat mengakses ilmu agama secara mendalam. Ini menjadi bukti nyata inklusivitas dalam penyebaran ilmu agama, sekaligus memperkuat budaya belajar sepanjang hayat di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Anak-anak pun tidak ketinggalan dalam memaknai Ramadhan. Melalui program ngabuburit yang difasilitasi oleh IPNU-IPPNU Ranting Kranji, mereka mengikuti berbagai aktivitas edukatif seperti belajar membaca Al-Qur’an, menulis, menggambar, dan permainan interaktif lainnya. Selain mengisi waktu menunggu berbuka, kegiatan ini juga menjadi sarana pengenalan nilai-nilai keislaman dan moderasi beragama sejak dini.
Menjelang malam, warga berbondong-bondong melaksanakan salat Tarawih, baik di masjid maupun di musala. Meskipun bersifat sunah, pelaksanaan Tarawih di Desa Kranji terasa sangat istimewa. Tidak ada suguhan atau imbalan materi setelah salat, namun antusiasme jamaah tetap tinggi, menunjukkan ketulusan dan semangat ibadah yang murni.
Tadarus Al-Qur’an juga menjadi pemandangan khas Ramadhan di desa ini. Tidak hanya dilakukan di tempat ibadah, tadarus juga digelar di rumah-rumah warga, rumah ustaz/ustazah, hingga oleh organisasi kepemudaan seperti IPNU-IPPNU. Anak-anak dari usia TK hingga mahasiswa turut ambil bagian, sesuai kemampuan masing-masing. Tradisi ini mencerminkan semangat belajar yang egaliter dan kolektif di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menjelang Idulfitri, warga secara aktif menunaikan zakat fitrah yang disalurkan kepada yang berhak menerima.
Pada malam takbiran, Masjid Jami’ Kranji menggelar lomba drudek, yaitu tradisi menabuh beduk sambil bertakbir sebagai bentuk ekspresi kegembiraan menyambut Idulfitri. Kegiatan ini melibatkan anak-anak laki-laki usia SD dan SMP, dan juga menjadi salah satu cara pelestarian tradisi lokal yang sudah ada sejak lama.
Keberagaman yang dijaga dengan semangat moderasi beragama, seperti yang tercermin dalam tradisi Ramadhan di Desa Kranji, bukan hanya mempererat hubungan antarwarga, tetapi juga menjadi fondasi bagi terciptanya masyarakat yang inklusif, harmonis, dan penuh toleransi. Dengan menjaga kearifan lokal dan nilai-nilai keislaman yang moderat, mereka telah memberikan contoh yang menginspirasi tentang bagaimana menjalani kehidupan dalam keberagaman tanpa mengorbankan nilai-nilai agama.
ADVERTISEMENT
Najmah Amani Damilhana, mahasiswa Universitas Islam Negeri KH. Abdurrahman Wahid.