Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Afek dan Emosi: Jembatan Antara Pikiran dan Tindakan
5 Desember 2024 14:54 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Najwa Atma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Mengapa kita sering bertindak berdasarkan apa yang kita rasakan, bukan apa yang kita pikirkan?”, dari keputusan kecil seperti memilih makanan dan minuman hingga langkah besar dalam hidup seperti menerima tawaran pekerjaan baru, emosi memainkan peran yang jauh lebih besar dari yang kita sadari. Dalam berbagai situasi, apa yang kita rasakan sering kali menjadi penentu utama tindakan kita, bahkan sebelum logika sempat mengambil alih (Гурцкой, 2023).
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari-hari, afek dan emosi merupakan dua aspek penting yang tidak dapat dipisahkan. Setiap individu, baik secara sadar maupun tidak sadar, merespons lingkungannya melalui kombinasi afek dan emosi. Afek dan emosi memengaruhi perilaku dan pengambilan keputusan individu, menciptakan hubungan yang kompleks antara apa yang dirasakan dan tindakan yang diambil. Sebagai contoh, ketika seseorang merasa bahagia, ia cenderung bersikap optimis dan terbuka, sementara rasa takut mendorong seseorang untuk berhati-hati bahkan menghindari risiko (Neve et al., 2012).
Meski sering dianggap sebagai sekadar "perasaan", afek dan emosi sebenarnya adalah elemen penting dalam cara otak kita bekerja. Penelitian di bidang psikologi dan neuroscience menunjukkan bahwa emosi memengaruhi pengambilan keputusan lebih dari yang sering kita sadari (Enekwe, 2024) (McConnell, 2024). Memahami bagaimana afek dan emosi berfungsi dapat membantu kita mengelola reaksi kita lebih baik, baik dalam hubungan pribadi maupun keputusan profesional.
ADVERTISEMENT
Afek dan emosi sering dianggap sama, tetapi secara psikologis keduanya memiliki perbedaan penting. Afek merupakan respons emosional yang terjadi secara spontan dan sering kali berlangsung singkat, seperti tersenyum otomatis saat melihat sesuatu yang menyenangkan. Di sisi lain, emosi adalah sesuatu yang lebih kompleks, melibatkan perasaan, pikiran, serta respons fisik tertentu. Sebagai contoh, rasa cinta tidak hanya membuat seseorang merasa bahagia, tetapi juga memotivasi tindakan seperti perhatian dan pengorbanan (Harris & Coyle, 2024). Afek biasanya menjadi dasar dari emosi, membentuk respons awal terhadap stimulus tertentu sebelum otak memproses situasi secara lebih mendalam. Hal ini menunjukkan bagaimana reaksi spontan menjadi dasar tindakan selanjutnya.
Afek dan emosi adalah hasil dari proses neurologis kompleks di otak. Untuk memahami bagaimana keduanya memengaruhi perilaku manusia, penting untuk mengenali peran utama beberapa bagian otak, yaitu amigdala, hipotalamus, dan prefrontal cortex. Amigdala memproses emosi awal dan respons cepat terhadap stimulus dengan mengidentifikasi ancaman atau peluang emosional, memicu respons "fight or flight" sebelum otak berpikir secara rasional, seperti merasa takut saat melihat ular tanpa berpikir panjang. Hipotalamus menghubungkan emosi dengan respons fisiologis tubuh dengan memicu pelepasan hormon seperti cortisol saat stres dan mengatur detak jantung, tekanan darah, serta pernapasan, seperti detak jantung yang meningkat saat merasa cemas. Sementara itu, prefrontal cortex bertanggung jawab untuk analisis rasional, pengambilan keputusan, dan pengendalian emosi dengan menganalisis situasi secara mendalam untuk menentukan apakah respons emosional awal sesuai dan membantu mengatur tindakan yang lebih rasional, seperti menyadari bahwa ular tersebut berada di balik kaca sehingga tidak berbahaya.
ADVERTISEMENT
Respons emosional sering kali dimulai ketika amigdala memproses stimulus, seperti ancaman atau pujian, lebih dahulu. Jika stimulus dianggap penting, amigdala mengaktifkan respons emosional cepat, seperti rasa takut atau bahagia. Setelah amigdala bereaksi, hipotalamus memicu respons tubuh, seperti peningkatan detak jantung atau pelepasan adrenalin yang membuat tubuh siap untuk bertindak. Prefrontal cortex kemudian menganalisis stimulus secara lebih rasional, menenangkan respons emosional yang berlebihan, dan mempertimbangkan tindakan yang lebih bijaksana.
Kecepatan respons amigdala lebih cepat dibandingkan dengan prefrontal cortex yang menunjukkan bahwa emosi dirancang oleh evolusi untuk membantu manusia bertahan hidup. Dalam situasi berbahaya, reaksi cepat sering kali lebih penting daripada analisis mendalam. Namun, dalam kehidupan modern, emosi yang mendominasi dapat menyebabkan bias dalam pengambilan keputusan.
ADVERTISEMENT
Afek dan emosi adalah kunci dalam pengambilan keputusan, dengan akar evolusioner yang mendalam. Interaksi antara sistem limbik dan prefrontal cortex menciptakan hubungan kompleks antara apa yang kita rasakan dan tindakan yang kita ambil. Dalam kehidupan modern, memahami mekanisme afek dan emosi memungkinkan kita untuk lebih bijaksana dalam mengelola respons emosional dan membuat keputusan yang lebih rasional.
Memahami bagaimana afek dan emosi memengaruhi kita merupakan langkah awal yang penting untuk mengelola keduanya secara efektif. Dengan mengenali emosi yang sedang dirasakan (self-awareness), kita dapat mengambil jeda untuk mempertimbangkan tindakan dengan lebih hati-hati. Teknik pengaturan emosi (emotion regulation), seperti pernapasan dalam, meditasi, dan jurnal emosi juga membantu meredakan respons emosional yang terlalu intens. Selain itu, integrasi logika dalam pengambilan keputusan membantu memastikan bahwa fakta dan pertimbangan rasional menjadi landasan sebelum mengambil tindakan.
ADVERTISEMENT
Walaupun afek dan emosi sering kali bekerja secara otomatis, keduanya memiliki pengaruh yang signifikan pada aspek kehidupan kita. Memahami cara kerja afek dan emosi memungkinkan kita untuk tidak hanya mengenali dampaknya tetapi juga menggunakannya sebagai alat untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana dan efektif. Dengan penerapan pemahaman ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menghadapi berbagai tantangan dengan lebih percaya diri, rasional, dan bijak.
DAFTAR PUSTAKA
Franklin, Sochima, Enekwe. (2024). The role of emotion in decision making. doi: 10.14293/pr2199.001209.v1
Jan-Emmanuel, De, Neve., Robert, J., B., Goudie., Sach, Mukherjee., Andrew, J., Oswald., Andrew, J., Oswald., Stephen, Wu. (2012). Happiness as a driver of risk-avoiding behavior. Social Science Research Network,
James, C., Harris., Joseph, T., Coyle. (2024). Emotion. 105-131. doi: 10.1093/med/9780199928118.003.0005
ADVERTISEMENT
Meghan, M., McConnell. (2024). Emotions and Clinical Decision-Making. 139-168. doi: 10.4324/9781003316091-7
Дмитрий, Александрович, Гурцкой. (2023). Personal and emotional-volitional components as determinants of the decision-making process. Naučno-pedagogičeskoe obozrenie, 113-121. doi: 10.23951/2307-6127-2023-2-113-121