Konten dari Pengguna

Dari Layar ke Kehidupan: Menonton Film dan Perubahan Perspektif

najwa ayu
Mahasiswa Semester 1 Universitas Sebelas Maret
12 November 2024 8:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari najwa ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
beberapa orang menonton film di ruang teater, sumber:https://pixabay.com/illustrations/search/watching%20movie/
zoom-in-whitePerbesar
beberapa orang menonton film di ruang teater, sumber:https://pixabay.com/illustrations/search/watching%20movie/
ADVERTISEMENT
Banyak hal yang bisa kita lakukan utnuk mencari inspirasi, salah satunya adalah dengan menonton film. Bukan hanya sebuah hiburan, film telah menjadi bagian integral kehidupan manusia yang menyentuh emosional penontonnya. Film berpengaruh pada cara pandang dan perspektif hidup manusia, karena melalui cerita, visual, dan musik yang disajikan secara harmonis mampu memberikan kesan batasan budaya, bahasa, dan pengalaman individu.
ADVERTISEMENT
Film seringkali dianggap sebagai cara pandang kehidupan. Banyak film yang di ambil dari kisah nyata atau terinspirasi dari orang atau kejadian nyata. Ketika kita menonton film, seringkali menemukan adegan-adegan kehidupan nyata yang disampaikan melalui karakter, plot, atau tema cerita. Misalnya, film-film bertema keluarga, persahabatan, bahkan kejadian-kejadian bersejarah di suatu tempat.
Film memiliki kemampuan untuk memperluas empati seseorang. Melalui film, manusia seolah-olah memasuki dunia orang lain dan merasakan pengalaman yang tidak pernah dialami secara langsung. Film juga dapat mempengaruhi cara pandang manusia terhadap masalah-masalah sosial dan politik. Film seringkali mejadi sarana untuk menyampaikan kritik mereka terhadap kondisi sosial, politik atau ekonomi. Salah satu contoh film yang memiliki dampak besar dalam mengubah pandangan politik dan sosial adalah “12 Years a Slave” (2013), yang menceritakan kisah Solomon Northup, seorang pria kulit hitam yang diculik dan dijual sebagai budak di Amerika Serikat pada abad ke-19. Film ini mengangkat isu-isu rasisme dan banyak orang yang menyadari adanya tindakan rasisme pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Cuplikan dari film “12 Years a Slave” (2013) sumber: https://www.latimes.com/entertainment/movies/moviesnow/la-et-oscars-2014-12-years-slave-wins-best-picture-20140226-story.html
Menonton film memang dapat mengubah perspektif hidup, tetapi tidak selalu terlihat langsung. Terkadang, sebuah film yang sudah ditonton di masa lalu, baru akan mempengaruhi ketika seseorang mengalami situasi atau kondisi tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa film dapat menimbulkan emosional yang mampu diingat oleh penonton dalam waktu yang lama. Sebagai contoh, seseorang mungkin menonton film “Dead Poets Society” (1989) ketika masih remaja, namun benar-benar merasakan dampak dari film ketika sudah dewasa. Film ini memberi nilai tentang pentingnya berpikir secara mandiri dan mengikuti apa yang kita minati, yang mungkin baru dirasakan ketika penonton menghadapi dilema kehidupan.
Cuplikan dari film “Dead Poets Society” (1989) sumber: https://www.mentalfloss.com/article/59232/15-facts-about-dead-poets-society
Menonton film bukanlah untuk hiburan semata, Film memiliki kekuatan yang besar untuk mengubah cara pandang seseorang. Dari merefleksikan realitas hingga membangun rasa empati, film memberikan pengalaman yang banyak dan seringkali menyentuh hati penontonnya. Film menjadi jembatan antara layar dan kehidupan nyata, membawa penonton pada perjalanan emosional yang akhirnya dapat mengubah perspektif mereka terhadap dunia, orang tercinta, dan diri mereka sendiri.
ADVERTISEMENT