Konten dari Pengguna

Dinamika dan Tantangan Keragaman: Indonesia Bangsa Multikultural

Najwa Oktaviani
saya adalah seorang mahasiswa S1 Pendidikan Non-Formal Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 24
2 Oktober 2024 7:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najwa Oktaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/bali-tradisi-indonesia-orang-bali-4319964/keberagaman indonesia
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/bali-tradisi-indonesia-orang-bali-4319964/keberagaman indonesia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa waktu belakangan ini, seringkali kita menemui dan mendengar berita yang kurang mengenakkan sedang menerpa indonesia. Mulai dari masalah di masyarakat sampai pada isu-isu seputar politik yang sedang marak beredar. Masalah yang bermunculan bisa terjadi bukan tanpa sebab. Bisa saja karena perbedaan, entah itu perbedaan dalam pendapat, pilihan, atau bahkan ada yang berlatar belakang tentang keberagaman seperti suku, agama serta kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang melatar belakanginya. Keragaman itu sering kali berbuntut pada terjadinya konflik.
ADVERTISEMENT
Konflik dalam masyarakat biasanya timbul dari ledakan kekerasan secara sporadis di berbagai kawasan indonesi yang dimana ini menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun didalam negara ini dan betapa kentalnya prasangka dan rasa kebersamaan antar kelompok masyarakat. Dengan demikian dibutuhkan suatu pengajaran atau pendidikan mengenai multikulturalisme. Multikulturalisme sendiri merupakan cara pendang yang interaktif dalam memperhatikan keberadaan setiap budaya sebagai suatu etnis yang memiliki hak yang setara.
Seperti yang sudah kita semua ketahui, bahwa indonesia mempunyai semboyan pemersatu didalam perbedaan, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan dari bagaimana keberagaman ini dipandang sebagai kekuatan yang mempersatukan, meskipun terdapat perbedaan yang signifikan. Setiap warga negara indonesia berhak memiliki perlakuan yang setara walaupun terdapat perbedaan. Indonesia sendiri merupakan negara ber kepulauan yang dipisahkan oleh lautan dimana setiap daerahnya memiliki keunikan dan budayanya masing-masing.Budaya terbentuk karena adanya perbedaan kondisi lingkungan alamnya tempat mereka tinggal. semisal masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dengan masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan akan berbeda adat dan budaya yang diciptakan dikarenakan kondisi alam tempat mereka tinggal juga berbeda. Cara bertahan hidup dan cara dalam memperoleh pekerjaan juga berbeda. Keberagaman ini menciptakan interaksi yang kompleks antara individu dan kelompok, di mana perbedaan tersebut bisa menjadi sumber kekayaan sosial namun juga dapat memicu timbulnya konflik jika tidak dikelola dengan baik.
ADVERTISEMENT
Perbedaan ini bisa menjadi sumber ketegangan jika tidak diikuti dengan sikap toleransi dan inklusivitas (sikap menghargai dan menerima perbedaan keberagaman, serta melibatkan semua orang tanpa pandang bulu). Diskriminasi, prasangka, dan perasaan eksklusif di antara kelompok-kelompok yang berbeda bisa menghambat kohesi sosial. Jika masalah ini terus dibiarkan dan tidak segera diatasi maka akan menjadi penghambat bagi bangsa ini untuk terus maju bahkan indonesia akan kehilangan ideologinya.
Masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya memiliki cara hidup dan nilai-nilai yang berbeda. Kolaborasi antar kelompok yang berbeda latar belakang dapat memunculkan ide-ide baru dan solusi kreatif untuk berbagai permasalahan. Masyarakat yang beragam biasanya memiliki potensi lebih besar untuk berinovasi dan berkreativitas karena adanya berbagai sudut pandang yang muncul dari perbedaan tersebut. Kemampuan sosial warga masyarakat dalam berinteraksi antar manusia perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat agar terciptanya kerukunan, kerjasama, keramahan, perhatian, dan kasih sayang antar sesama.
ADVERTISEMENT
Mari sejenak kita flashback tentang peristiwa di bulan Mei tahun 1998 dimana sudah terjadi sebuah tragedi yang sangat memilukan berlangsung. Sebuah peristiwa yang terjadi karena adanya ketersinggungan yang lagi-lagi bersumber dari ketidaksamaan ( perbedaan ) antar golongan yang didasarkan pada kesenjangan sosial ekonomi yang ada. Terjadinya suatu konflik yang menimpa etnis tionghoa dikarenakan pandangan masyarakat pribumi yang menganggap ketidak adilan secara ekonomi, sebab masyarakat tionghoa lebih "berada" sedangkan masyarakat setempat memiliki masalah dalam perekonomiannya yang menyebabkan terjadinya penolakan terhadap etnis tionghoa. Dengan berbagai latar belakang itu menyebabkan 1.217 meninggal dan 70.000 lainnya mengungsi. Contoh lainnya bermula dari suatu pemberontakan antara kelompok pemuda yang menjalar menjadi satu konflik besar. Yang didasari oleh perselisihan antara agama islam Bugis dengan etnis protestan di Poso. Kejadian ini menewaskan sebanyak 577 dan 384 lainnya terluka.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa contoh cuplikan peristiwa diatas dapat dilihat bahwasannya keberagaman juga sering kali diiringi dengan ketimpangan sosial dan ekonomi. Kelompok-kelompok tertentu yang mungkin tidak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, pekerjaan, atau layanan kesehatan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial yang semakin memperkuat perbedaan antar kelompok. Isu-isu seperti rasisme, sektarianisme, dan diskriminasi berbasis agama sering kali muncul dalam masyarakat yang beragam. Stereotip dan prasangka, yang sering kali terbentuk karena ketidaktahuan atau ketidakpahaman, dapat memperburuk hubungan antar kelompok. Stereotip negatif terhadap kelompok tertentu bisa memperkuat jarak sosial dan menghambat integrasi. Ketika prasangka dibiarkan berkembang, ia dapat memicu sikap diskriminatif yang berbahaya bagi kohesi sosial. Dibutuhkan integrasi nasional untuk dapat mengatasi masalah yang berkaitan dengan problematik yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara mengembangkan integrasi nasional dalam bangsa? Howard Wiggins dalam Muhaimin & Collin Max Andrews (1995) menyebut bahwa ada 5 pendekatan yang disebut sebagai faktor yang menentukan tingkat integrasi bangsa, antara lain:
a) Adanya ancaman dari luar >Dimana masyarakat akan bersatu meskipun berbeda suku, agama, dan ras ketika menghadapi musuh yang menyerang bangsanya.
b) Gaya politik kepemimpinan >Pemimpin yang karismatik, dicintai oleh rakyatnya serta berjasa besar umumnya mampu menyatukan bangsa yang sebelumnya berseteru.
c) Kekuatan lembaga politik >Bersatu padu menciptakan sistem pelayanan yang sama, baik, dan diterima oleh masyarakat yang beragam.
d) Ideologi nasional >Memberikan visi, jika suatu masyarakat tetap menerima ideologi yang sama memungkinkan untuk terjadinya persatuan. Contohnya Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi semboyan indonesia.
ADVERTISEMENT
e) Kesempatan pembangunan ekonomi >Jika saja pembangunan ekonomi meraih keberhasilan dan menciptakan keadilan, maka masyarakat bisa menerima kesatuan. Namun jika ekonomi menciptakan ketidak adilan maka akan muncul kesenjangan dan ketimpangan ekonomi.
Kesimpulannya, dinamika dan tantangan keberagaman masyarakat merupakan dua hal yang tidak bisa terpisahkan. Di satu sisi keberagaman dapat membawa potensi kekayaan budaya, inovasi, dan kolaborasi yang bisa memperkaya kehidupan sosial. Namun, keberagaman juga menghadirkan tantangan seperti diskriminasi, prasangka, ketimpangan akses, dan risiko yang dapat memicu konflik jika tidak dikelola dengan baik dan tidak segera ditangani. Dengan adanya proses integrasi nasional dapat menimbulkan sikap saling menghormati dan menghargai, meningkatkan kesejahteraan, keharmonisan, kerja sama, keserasian rakyat karena adanya rasa aman dan percaya pada persatuan bangsa.
ADVERTISEMENT