Konten dari Pengguna

Dopamin: Mekanisme Neurobiologis di Balik Kecanduan dan Strategi Pemulihan

Najwah Alifiah Putri
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
26 November 2024 11:12 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najwah Alifiah Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Stimulasi otak manusia atau aktivitas dengan DNA, Ilustrasi 3D (Picture from iStock)
zoom-in-whitePerbesar
Stimulasi otak manusia atau aktivitas dengan DNA, Ilustrasi 3D (Picture from iStock)
ADVERTISEMENT
Dopamin adalah neurotransmitter yang memainkan peran sentral dalam sistem penghargaan otak. Zat kimia ini bertanggung jawab atas sensasi senang, motivasi, dan dorongan untuk bertindak yang kita rasakan. Selain itu, dopamin berperan dalam pembelajaran berbasis penghargaan, di mana pengalaman positif diperkuat untuk mendorong perilaku serupa di masa depan. Dalam konteks kecanduan, dopamin menjadi komponen utama yang mendorong perilaku kompulsif, di mana pelepasan dopamin dalam jumlah besar menciptakan rasa euforia yang memperkuat keinginan untuk mengulangi perilaku atau penggunaan zat tertentu.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik perannya yang mendukung perilaku adaptif, dopamin juga menjadi kunci dalam memahami kecanduan. Proses ini melibatkan perubahan biologis dan neurologis yang membuat individu sulit melepaskan diri dari ketergantungan. Paparan berulang terhadap zat adiktif atau aktivitas yang memicu penghargaan berlebih menyebabkan otak beradaptasi, sehingga sensasi puas atau senang tidak lagi mudah dicapai. Kondisi ini sering kali menjadi penghalang utama dalam proses pemulihan. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang mekanisme dopamin dalam kecanduan dan pemulihan, kita dapat mengembangkan strategi pengobatan yang lebih efektif dan mendukung rehabilitasi jangka panjang.

Jalur Dopamin dan Kecanduan

Kecanduan, baik terhadap zat seperti narkotika maupun perilaku seperti judi, berkaitan erat dengan perubahan pada jalur dopamin di otak. Jalur mesolimbik, yang mencakup area ventral tegmental area (VTA) dan nucleus accumbens, adalah pusat dari sistem penghargaan ini. Ketika seseorang menggunakan zat adiktif atau terlibat dalam aktivitas yang memberikan kepuasan besar, dopamin dilepaskan dalam jumlah besar dari VTA menuju nucleus accumbens. Lonjakan dopamin ini menciptakan rasa euforia yang kuat, mendorong individu untuk mengulangi perilaku yang memicu pengalaman tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, penggunaan berulang menyebabkan otak beradaptasi melalui mekanisme toleransi. Sistem dopamin menjadi kurang responsif terhadap stimulus yang sama, sehingga individu perlu meningkatkan dosis atau intensitas untuk mencapai efek yang serupa. Proses ini memperburuk kecanduan, karena tubuh mulai bergantung pada zat atau perilaku tersebut untuk menjaga keseimbangan kimiawi di otak. Ketika akses terhadap zat dihentikan, individu mengalami gejala putus zat (withdrawal) yang menyakitkan, termasuk kecemasan, depresi, dan dorongan kuat untuk kembali menggunakan zat tersebut.

Dopamin dan Proses Pembelajaran

Selain perannya dalam menciptakan rasa senang, dopamin juga memainkan peran penting dalam pembelajaran dan pembentukan memori. Sistem dopamin memungkinkan otak untuk mengaitkan pengalaman tertentu dengan penghargaan yang diterima. Proses ini melibatkan penguatan hubungan antara perilaku, lingkungan, dan hasil yang menyenangkan. Misalnya, seseorang yang menggunakan narkoba dalam suasana pesta dapat mengasosiasikan lingkungan pesta dengan rasa euforia. Akibatnya, hanya dengan berada di lingkungan serupa, otak dapat memicu hasrat (craving) yang intens untuk menggunakan narkoba lagi, bahkan jika individu tersebut telah berhenti.
ADVERTISEMENT
Proses ini menjelaskan mengapa kecanduan sulit diatasi: otak secara aktif mengingat dan memprioritaskan perilaku yang terkait dengan penghargaan. Pemahaman ini juga membantu kita memahami pentingnya memutus asosiasi antara pemicu eksternal dan respons dopamin selama proses pemulihan.

Pemulihan: Mengatasi Ketergantungan pada Dopamin

Pemulihan dari kecanduan melibatkan proses yang kompleks, di mana pendekatan neurologis, psikologis, dan sosial bekerja bersama. Salah satu tantangan terbesar adalah mengatasi ketergantungan otak pada lonjakan dopamin yang dihasilkan oleh zat atau perilaku adiktif. Pendekatan pertama dalam pemulihan adalah terapi untuk membantu individu mengenali pemicu dan membangun pola pikir baru. Terapi Kognitif-Perilaku (CBT), misalnya, bertujuan untuk membantu individu memahami pola pikir dan kebiasaan yang mendukung kecanduan, sekaligus mengajarkan strategi untuk menghindari pemicu dan menghadapi stres tanpa kembali menggunakan zat.
ADVERTISEMENT
Selain terapi psikologis, intervensi farmakologis juga memainkan peran penting. Obat-obatan seperti antagonis dopamin dirancang untuk mengurangi efek penghargaan dari zat adiktif, sehingga perilaku penggunaan menjadi kurang memuaskan. Pendekatan ini memungkinkan individu untuk memutus siklus kecanduan secara bertahap.
Selain itu, strategi untuk meningkatkan produksi dopamin alami sangat penting dalam proses pemulihan. Aktivitas fisik seperti olahraga teratur diketahui merangsang pelepasan dopamin, memberikan manfaat positif tanpa risiko adiktif. Demikian pula, meditasi dan praktik mindfulness dapat membantu menenangkan otak dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Keterlibatan dalam aktivitas sosial yang bermakna, seperti mendukung komunitas atau menjalani hobi, juga membantu membangun sumber kebahagiaan baru yang lebih sehat.
Ilustrasi konseptual dari tumpahan otak manusia terbuka untuk mengekstrak jaringan saraf (Picture from iStock)

Peran Neuroplastisitas dalam Pemulihan

Salah satu aspek yang menjanjikan dalam pemulihan dari kecanduan adalah neuroplastisitas, kemampuan otak untuk beradaptasi dan membentuk koneksi baru. Ketika individu berhenti menggunakan zat adiktif, otak mulai mengembangkan jalur baru yang mendukung kebiasaan sehat. Namun, proses ini memerlukan waktu dan dukungan. Lingkungan yang positif, termasuk keluarga, teman, dan kelompok pendukung, memainkan peran penting dalam mempercepat proses ini.
ADVERTISEMENT
Dengan memberikan ruang bagi otak untuk pulih, individu dapat mengurangi ketergantungan pada jalur dopamin yang tidak sehat dan mulai membangun keseimbangan emosional yang lebih stabil. Penting untuk diingat bahwa neuroplastisitas tidak hanya melibatkan pembentukan koneksi baru tetapi juga penghapusan kebiasaan lama. Oleh karena itu, konsistensi dalam menjalani terapi dan menjaga gaya hidup sehat menjadi faktor penentu keberhasilan pemulihan.
Kesimpulan
Dopamin adalah pedang bermata dua dalam kecanduan dan pemulihan. Di satu sisi, sistem ini memungkinkan pengalaman yang menyenangkan menjadi bagian dari perilaku adaptif kita. Namun, dalam konteks kecanduan, lonjakan dopamin dapat menyebabkan siklus perilaku kompulsif yang sulit dipecahkan. Meskipun demikian, sistem dopamin juga memberikan peluang untuk pemulihan.
Melalui pendekatan neurologis yang mendalam, terapi yang ditargetkan, dan strategi pemulihan yang mendukung produksi dopamin alami, individu dapat mengatasi kecanduan dan membangun kehidupan yang lebih sehat. Pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dopamin memungkinkan kita untuk terus mengembangkan terapi yang lebih efektif, membantu individu memutus siklus kecanduan, dan meraih kebebasan yang berkelanjutan dari ketergantungan.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Dopamine, Time, and Impulsivity in Humans. (2010). In The Journal of Neuroscience (Vols. 30–26, pp. 8888–8896). https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.6028-09.2010
Neumann, J., Hofmann, B., Dhein, S., & Gergs, U. (2023). Role of dopamine in the heart in health and disease. In Claudiu T. Supuran & Clemente Capasso (Eds.), International Journal of Molecular Sciences (Vol. 24, p. 5042). https://doi.org/10.3390/ijms24055042
Powledge, T. M. (1999). Features Addiction and the brain: The dopamine pathway is helping researchers find their way through the addiction maze (p. 513). https://academic.oup.com/bioscience/article/49/7/513/236613
Wise, R. A., 1,2, & Jordan, C. J. (2021). Dopamine, behavior, and addiction. Journal of Biomedical Science, 28:83. https://doi.org/10.1186/s12929-021-00779-7