Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
KIBAS, Sigun Batik Lukis, dan Catwalk Dadakan di Persawahan
11 Agustus 2022 8:56 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nanang Diyanto DS tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ponorogo, 7 Agustus 2022
Kali ke-2 KIBAS mengunjungi Sigun Batik Lukis Ponorogo, kali pertama tahun 2015. KIBAS adalah Komunitas Batik Surabaya, namun sekarang bermetamorfose menjadi Komunitas Batik Jawa Timur bahkan sekarang anggotanya tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Tampak pada kehadiran kemarin ada anggota dari Pontianak, Jakarta, Jambi dan Aceh.
ADVERTISEMENT
Komunitas batik tersebut sekarang digawangi oleh dosen UK Petra Lintu Tulistyantoro. Dalam wawancara kemarin Mas Lintu mengungkapkan kebanggaannya pada mas Guntur pemilik Sigun Batik Lukis yang berkembang pesat. Dirunut dari banyaknya karya dan kreasi batik lukisnya.
Tak hanya memproduksi batik lukis untuk, Mas Guntur sekarang menjadi guru tetap seni rupa khususnya seni batik lukis di SMUN Kauman Ponorogo. Tak berhenti disitu Mas Guntur dalam berbagi ilmunya dia juga sering menjadi nara sumber workshop, seminar, pelatihan di berbagai universitas di Surabaya dan Malang. Berkali-kali mendapatkan penghargaan tingkat provinsi dan nasional.
Pada kunjungan kali pertama tahun 2015 KIBAS diprakarsai oleh Bu Nunuk (almarhumah), dosennya Mas Guntur saat kuliah di Unesa. Ibarat seorang ibu mengunjungi anaknya setelah lama tidak bertemu kala itu, rasa bangganya tidak bisa disembunyikan. Besar harapan Bu Nunuk saat itu agar mas Guntur bisa berkembang dan mandiri, bisa menjadi inpirasi, sekaligus mentor tumbuhnya batik lukis di Ponorogo dan sekitarnya. Tentu seandainya Bu Nunuk masih ada, pastilah bangga pada anak didiknya sekarang ini.
ADVERTISEMENT
Begitu turun dari bus rombongan yang terdiri dari 30-an penggemar batik tersebut langsung menyerbu galeri Sigun Batik Lukis. Mereka saling duluan memilih koleksi batik yang ada di ruang depan, tengah samping,dan belakang.
Bagi kolektor dan penghoby seperti mereka harga bukan menjadi pertimbangan. Kisaran harga 1-3 juta bukan menjadi penghalang untuk mengoleksinya. Bagi mereka batik lukis tidak ada duanya, tidak pernah kembar, tidak pernah sama meski yang melukis sama. Beda jauh dengan batik cap atau batik hasil printing. Seandainya dipakai tidak bakalan ada yang menyamai atau mengembari. Malu, kata Mbak Cristy kalau sampai di suatu acara ada yang menyamai batiknya.
Rata-rata tiap orang membawa pulang 3-5 lembar batik, menurutnya batik lukis seni kreasi tinggi. 1 karya bisa menghabiskan waktu
ADVERTISEMENT
Rata-rata tiap orang membawa pulang 3-5 lembar batik, menurutnya batik lukis seni kreasi tinggi. 1 karya bisa menghabiskan waktu 1 minggu sampai 1 bulan lebih tergantung kerumitan. Beda dengan batik cap ataupun printing. Batik printing dalam sehari bisa ratusan bahkan ribuan lembar batik yang dihasilkan dari mesin printing. Hal inilah bagi masyarakat awam seringkali menjadi bahan celaan, mengapa beli batik mahal-mahal kalau hasilnya sama kata orang awam.
Selesai mendapatkan batik, dengan sendau gurau mereka memperagakan batik buruannya. Mereka berjalan dari bus halaman rumah mas Guntur menuju area persawahan, lalu memutar di sekitar bus yang mengangkut mereka. Mereka jadikan area persawahan menjadi catwalk dadakan, sehingga orang-orang yang sedang kerja di sawah terhenti untuk menonton keindahan dan kekocakan mereka.
ADVERTISEMENT
Galeri Sigun Batik Lukis ini berada di Jl. Kartini no 5 Wetan Dalem, Desa Carat, Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Kurang lebih 5 km dari pusat kota ke arah barat. Tepatnya di belakang Kantor Kecamatan Kauman, sebelum trafic ligh ke utara 300 an meter.