Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sepolwan
31 Maret 2017 18:09 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Nanda Anjaswari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
SEPOLWAN PUNYA CERITA LUCU DIBALIK CANTIK DAN ANGGUNNYA PARA POLWAN
ADVERTISEMENT
Polwan atau polisi wanita adalah satuan polisi berjenis kelamin wanita yang kelahirannya tak jauh berbeda dengan proses kelahiran polisi wanita di Negara lain, yang bertugas untuk melindungi mengayomi dan melayani masyarakat, dimana tugas tersebut sama dengan tugas polisi laki – laki. Lahirnya Polwan di Indonesia pada 1 September 1948, berawal dari kota Bukittinggi, Sumatera Barat, tatkala Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) menghadapi Agresi Militer Belanda II, dimana terjadinya pengungsian besar-besaran pria, wanita, dan anak-anak meninggalkan rumah mereka untuk menjauhi titik-titik peperangan. Untuk mencegah terjadinya penyusupan, para pengungsi harus diperiksa oleh polisi, namun para pengungsi wanita tidak mau diperiksa apalagi digeledah secara fisik oleh polisi pria. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Indonesia menunjuk SPN (Sekolah Polisi Negara) Bukittinggi untuk membuka "Pendidikan Inspektur Polisi" bagi kaum wanita. Setelah melalui seleksi terpilihlah 6 (enam) orang gadis remaja yang kesemuanya berdarah Minangkabau dan juga berasal dari Ranah Minang. Ke enam gadis remaja tersebut secara resmi tanggal 1 September 1948 mulai mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukittinggi. Sejak saat itu dinyatakan sebagai hari lahirnya Polisi Wanita yang akrab dipanggil Polwan.
ADVERTISEMENT
Tidak semua masyarakat Indonesia mengetahui tentang sekolah yang satu ini atau bahkan sebaliknya. Sepolwan merupakan singkatan dari sekolah polisi wanita yang tidak hanya membentuk tetapi juga menempa serta membina para wanita yang telah terpilih dan lulus seleksi untuk menjadi Polwan yang diharapkan. Sepolwan berlokasi di Jakarta selatan dan telah berdiri sejak 24 Januari 1984, jadi bisa dibayangkan sudah berapa banyak Polwan yang sampai saat setiap tahunnya ini telah dilahirkan dari Sepolwan. Oleh karena itu tidak mengherankan Sepolwan punya banyak cerita lucu dibalik cantik dan anggunnya para Polwan, mulai bangun pagi hingga tidur di malam hari Sepolwan bagaikan saksi bisu dari perjuangan para wanita pilihan untuk lahir menjadi Polwan. Selanjutnya mari kita bahas hal-hal lucu dibalik cantik dan anggunnya para Polwan.
ADVERTISEMENT
1. Penampilan
Penampilan adalah hal yang pertama dilihat seseorang ketika pertama kali bertemu. Tidak dapat dipungkiri dan tidak dapat diragukan lagi dibalik penampilan dari para Polwan yang tidak diketahui banyak masyarakat yang mengidolakan bahkan berkeinginan anggota keluarga nya (anak) untuk menjadi Polwan. Namun untuk menuju penampilan yang rapi, tidak semudah membalikkan telapak tangan, penuh dengan liku – liku yang harus dilalui setiap harinya. Ketika setelah dinyatakan dalam pembukaan pendidikan secara resmi, maka secara resmi pula sebagai peserta didik (Serdik) dengan panggilan “siswa”.
Berbicara mengenai penampilan saat menjadi siswa di Sepolwan, dapat dibagi menjadi dua tipe. Tipe pertama, siswa yang “tidak peduli” dengan penampilan dirinya. Memang perlu disadari bahwa secara umum penampilan tidak terlalu diperhatikan awalnya oleh siswa, disebabkan proses pembelajaran yang sangat padat dalam tujuh bulan menjalankan pendidikan. Hal itulah salah satunya yang menyebabkan para siswa tidak peduli dengan penampilannya. Ketentuan didalam pendidikan rambut diharuskan dengan potongan pendek, yang bertujuan bahwa selama dalam menjalankan pendidikan diharapkan fokus pada banyaknya materi pelajarann dan aktivitas padatnya kegiatan yang diajarkan selama dalam pendidikan, Oleh karena rambut yang pendek tersebut maka, untuk menyisir rambutpun terkadang jarang dilakukan oleh siswa.
ADVERTISEMENT
Ada satu pengalaman saat tiba waktunya mereka diberi kesempatan untuk ijin bermalan diluar (IBL), saat apel pengecekan dan keberangkatan keluar kesatrian, banyak sekali hampir seluruhnya siswanya banyak ditemukan dalam pengecekan tersebut yang tidak menggunakan lipstick, namun hanya bedak atau bahkan sebagian dari mereka bedaknya banyak yang sudah luntur. Cukup kaget seluruh siswa dengan kejadian tersebut, pelajaran yang di dapat adalah bahwa menjaga penampilan perorangan dalam memberikan pelayanan atau bertemu dengan masyarakat adalah yang utama. Teguran dan sanksi yang diterima atas temuan dalam pengecekan yang dilaksanakan oleh para pengasuh harus menggunakan lipstick dan bedak saat itu juga, jika tidak menggunakan maka mereka tidak akan diberikan ijin untuk keluar kesatrian. Pengecekkan tidak hanya penampilan wajah, namun pakaian juga tidak sedikit ditemukan saat pengecekan hampir seluruhnya tidak menyetrika seragam mereka, atau bahkan tidak mencuci pakaiannya. Maka tidak mengherankan siswa selalu identik dengan “aroma yang khas saat pendidikan” Bisa di buktikan saat menjumpai mereka pada saat aktivitas di dalam Sepolwan. Lembaga Pendidikan ini memberikan ke khas-an tersendiri yang tidak akan mungkin dimiliki oleh setiap wanita yang diberikan kesempatan untuk dapat mengikuti pendidikan.
ADVERTISEMENT
Tipe kedua, adalah tipe siswa yang selalu memperhatikan “peduli” terhadap penampilannya. Tipe ini terbilang agak sedikit ribet karena mayoritas dari mereka disetiap kegiatan apapun selalu mengutamakan penampilannya. Misalnya saat kegiatan “korve” atau bersih-bersih lingkungan sekitar. Ada ditemukan beberapa siswa datang terlambat dari yang lainnya karena ingin menampilkan dirinya tetap rapi dalam setiap kegiatan sekalipun hanya menggunakan bedak, lipstick dan menyisir rambutnya berulang kali bahkan berkali-kali, padahal kegiatannya hanya korve , hal tersebut juga tidak dibenarkan terlalu berlebihan dalam pendidikan, karena manajemen waktu benar-benar di sampaikan secara berulang-ulang, apabila kegiatan yang dilakukan dalam lingkungan pendidikan mengalami keterlambatan yang disebabkan oleh satu, dua tau lebih maka kegiatan yang lainnya pun mengalami keterlambatan. Sehingga apapun konsekuensi yang dilakukan oleh siswa ada reward dan punishment sehingga kesalahan atau prestasi yang dilakukan memberikan dampak pembelajaran yang baik bagi perorangan maupun ikatan detasemen. Tidak jarang pula disela-sela proses pembelajaran berlangsung ada yang menyimpan cermin kecil di kotak pensilnya saat belajar maupun disimpan di saku celananya digunakan mereka sesekali bercermin, bahkan didalam barisan (naluri wanitanya tetap harus terlihat cantik).
ADVERTISEMENT
2. Makan
Kegiatan makan merupakan kegiatan yang mulai awal pendidikan sampai dengan penutupan pendidikan dilakukan dengan memuat ketentuan/ tata cara etika pelaksanaan di ruang makan. Kegiatan Makan ini pula diatur berdasarkan pentahapan selama di lembaga pendidikan ini, yang pertama tahap Dasbhara (dasar bhayangkara) tahap selama 2(dua) bulan siswa di berikan peralatan saat makan menggunakan “ompreng” wadah makan yang terbuat dari aluminium. Makan yang diberikan telah memenuhi standar kalori dan gizi sesuai dengan ukuran energi yang dilakukan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan setiap harinya. Karena makan tersebut telah di bagikan sesuai ukuran/takaran yang di tetapkan maka namanya juga siswa, maka ketika siswa satu persatu memasuki ruang makan ada yang memperebutkan posisi agar mendapatkan porsi yang lebih banyak atau pun dengan sengaja memilih posisi dengan porsi yang lebih sedikit. Hal terseut juga tidak diperkenankan untuk memilih porsi makan lebih sedikit / banyak sehingga teguran akan di sampaikan oleh pengasuh. Memang bulan-bulan pertama pendidikan masih belum disadari oleh siswa arti pentingnya makan yang diasup untuk membantu bertahannya dalam mengikuti pendidikan ini, bahkan menyembunyikan makanan, makanan yang tidak habis dengan waktu yang cepat. Konsekuensi tersebut seiring dengan berjalannya waktu memberikan kemanfaatan dan kebiasaan yang baik bagi diri sendiri, yang sebelumnya tidak ada aturan – aturan yang menjadikan disiplin diri. Tahap Dasbhara selesai maka tahap selanjutnya adalah 5(lima) bulan berikutnya Tahap F.T Kepolisian (red- pelajaran sudah masuk pelajaran kelas dan pelajaran tugas umum kepolisian) Makan pun telah ditandai yaitu denggan menggunakan piring ditiap mejanya. Sudah ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang telah ditentukan dari lembaga kepada serdik diantaranya adalah bertugas sebagai piket meja tugasnya adalah mengecek dan menghitung jumlah kelengkapan dari lauk yang telah di berikan sesuai dengan bagian masing-masing. Tidak jarang dari mereka ingin menjadi piket meja, ataupun sengaja menjadi piket meja walaupun bukan hari piketnya. Dengan alasan wewenang piket meja ialah mereka dapat mengurangi jumlah nasi yang telah disediakan atau menukar lauk yang lebih besar di tempat mejanya atau mengatur mengenai posisi tempat duduk, (red-siswa sudah mulai memahami arti pentingnya asupan makan yang dibutuhkan dengan kegiatan yang cukup padat dan banyak)
ADVERTISEMENT
3. Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran adalah proses yang mutlak harus dikuti oleh peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan, Lulus mengikuti seleksi Polwan adalah berarti lulus baik akademik, kesehatan dan jasmani. Peserta didik yang telah lulus dianggap memiliki kemampuan yang sama yang telah ditetapkan oleh panitia seleksi jadi lembaga ini menganggap bahwa yang lulus adalah wanita-wanita pilihan yang memiliki 3 (tiga) kemampuan yang mampu menghadapi proses pendidikan ini berjalan dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Banyak Polwan yang memiliki prestasi-prestasi baik nasional maupun internasional yang memiliki kemampuan yang sama dengan polisi laki-laki sehingga mampu menjadi panutan dan motivasi bagi masyarakat, contohnya bidang pemerintahan telah ada yang menduduki sebagai Anggota KPK, Kapolda, Kapolres, Kapolsek, Ka SPN, Bidang Olah Raga : Menembak, Volley, Terjun Payung, Beladiri dan setiap cabang olah raga. Selanjutnya bagaimana ketika mereka masih berstatus sebagai siswa ? kemampuan status sebagai siswa masih menantang untuk mampu menyesuaikan diri dan memposisikan diri dari masyarakat umum menjadi suit mental menjadi anggota Polri sehingga eksplorasi terhadap prestasi / kemampuan diri secara akademik belum muncul, Pendidikan yang dilaksanakan di Sepolwan selama 7 (tujuh) bulan tersebut mampu menuntaskan 48 (empat puluh delapan) jenis mata pelajaran, Oleh karena itu waktu pelajaran yang harus ditempuh adalah menggunakan sistim 3:2 ( 3 (tiga) unit pertama – break- dilanjutkan sore hari 2 (dua) unit terakhir ) tidak mengherankan waktu jam pembelajarannya dikulai dari 07.15 s.d 17.45 wib. Padatnya waktu dalam pembelajaran tersebut tak jarang dari siswa suka ada yang mengantuk. Mengantuk memang hal yang manusiawi pada diri setiap orang, akan tetapi di Sepolwan mengantuk adalah hal kedua yang selalu identik dengan siswa. Dilemdik ini akademik, jasmani dan kesehatan dialkukan penilaian setiap harinya dan ketiganya berjalan secara bersamaan, hal tersebut menuntut kesiapan bagi serdik untuk mampu mengatur (manage) waktu dengan baik, karena proses penyesuaian diri harus dihadapi oleh siswa (mungkin kaget masuk lembaga ini, biasanya santai, waktu, istirahat cukup) sehingga dampak penyesuaian itu menjadi energy, waktu, pikiran tercurah akibatnya menimbulkan kelelahan, sehingga pelajaran yang mudahpun terasa sulit untuk dimengerti atau dipahami, mungkin pula pelajaran yang diberikan merupakan pelajaran yang baru didengar, dilihat, dipelajari sehingga suasana itu pula yang memungkinkan siswa mengantuk, sehingga di setiap pembelajaran tidak ada yang pernah absen dari mengantuk. Lucunya para instruktur /Pendidik red personel yang bertugas menjadi guru sering menegur kepada siswa yang mengantuk dengan bentuk dan ragam mengantuk yang lucu-lucu. Kelopak mata yang berusaha keras untuk terbuka jadi kelihatan putih matanya saja sampai dengan kepalanya yang berulangkali tergoyang-goyang karena menahan kantuk, membuat para gadik menahan tawa sendiri. Bahkan tidak sedikit dari para gadik memiliki cara-cara/ jurus tersendiri dalam membangkitkan motivasi dan semangat belajar yang sangat beragam tanpa mengurangi jam dan materi pelajaran seperti megabadikan moment tersebut dengan memfotonya, menyanyi, joget atau berpose jadi patung, membuat teka-teki, ice breaking bahkan mengambar kumis di wajah siswa tersebut menggunakan spidol , sehingga menimbulkan suasana kelas menjadi cair kembali (seisi satu ruang kelas tersebut tertawa terpingkal-pingkal melihat salah satu temannya itu ) dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan berjalannya waktu cara-cara atau formulasi jitu untuk menghindari mengantuk mulai di temukan tanpa diketahui oleh gadiknya, yaitu “Posisi” duduk di dalam kelas. Posisi duduk di depan dinamakan cari perkara di pendidikan ini. Posisi duduk dibelakang banyak hal yang ditakutkan, salah satunya para gadik suka memperhatikan dan menghampiri serdik yang duduk di belakang (lebih leluasa jika menegur) tak jarang mendapatkan siswa yang tertidur saat proses pembelajaran. Posisi tengah, adalah posisi strategis dan posisi favorit. Adapun banyak cara di posisi tersebut yang dapat dilakukan beragam antara lain : pura-pura membaca padahal sedang tertidur, menutupi wajahnya dengan buku. Namun apa yang terjadi sampai salah satu siswa yang ketahuan menutupi wajahnya karena tertidur, ternyata buku yang digunakan tersebut terbalik, semua menjadi tertawa ….Kreatifitaspun bertambah yaitu .Ada penemuan baru dari yaitu dengan menciptakan sebuah benda yang dinamakan “Melek Water”. Jadi air yang diwadahkan dalam botol parfum bekas yang nantinya disemprotkan ke area mata ketika sudah muncul gejala-gejala mengantuk. Ada Hal yang dapat dikatakan menarik selama proses pembelajaran ini adalah saat sesi istirahat break makan snack siswa. Jadi seberat apapun kantuk mereka akan seketika hilang apabila sudah tiba waktunya pembagian snack. Seiring pendidikan sudah dilaui setengah perjalanan, kalau dulu memilih makanan yang sedikit, namun kebutuhan asupan tenaga juga terjadi saat. Ukuran snack menjadi perhatian yang paling besar dalam pembagian dengan tujuan snack itu bisa menjadi bagiannnya. Tak berhenti sampai disitu saja sejujurnya proses istirahat ini berlangsung lama di pembagiannya karena hampir seluruh siswa akan menimbang-nimbang snack mana yang paling besar untuknya, Karena Jadwal Jajan pun diatur dengan tujuan postur tubuh tetap proporsional dan obesitas tidak ada, kalupun ada maka akan mendapatkan tambahan fisik agar tubuh tetap proporsional, makanya postur tubuh polwan oke-oke…
ADVERTISEMENT
4. Saat Jajan
Sehingga jika ada jadwal jajan benar-benar dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya namun juga tetap memperhatikan kemungkinan yang terjadi (obesitas yang mungkin saja terjadi harus disadari oleh siswa) yang sebelumnya belum terpikirkan bahwa semua itu kuncinya “pengendalian diri” Mungkin saja diluar sana para Polwan terlihat anggun dan sangat sopan disetiap kegiatannya, namun lain halnya ketika menjadi siswa terutama saat jajan. Rebutan makanan favorit sudah pasti dengan jumlah jajanan yng tersedia dengan animo yang dibutuhkan menjadi cerita tersendiri……dan makan favorit tersebut adalah “Piscok”. Jadi dapat dibayangkan seperti adanya lautan manusia dadakan di dalam kantin itu. Tak segan-segan karena menyukai piscok tersebut, karena harganya sangat terjangkau maka satu orang bisa membeli sampai satu kantong plastic penuh bahkan satu nampan pula sekalipun satu orang membeli banyak mereka akan berbagi pula dengan rekannya.
ADVERTISEMENT
5. Saat Menjelang Ujian
Ujian, ujian adalah saat yang ditakuti oleh siswa karena ketidaksiapannya yang dilakukan oleh siswa sendiri “kata ujian” adalah pelajaran yang telah dipelajari dan akan di lakukan uji apakah siswa tersebut dapat mengulangi kembali yang telah disampaikan instruktur / Pendidik, karena apabila hasil ujian tersebut ditandai dengan nilai yang telah ditentukan standar pessanggrade tidak dapat dipenuhi oleh serdik maka akan terkena remidi (pengulangan alias her) akan diujikan kembali lagi begitu seterusnya sampai nilainya mencapi standar yang telah ditentukan. Maka dapat dibayangkan jika ada serdik yang mengalami hal tersebut betapa ekstranya mereka harus berjuang untuk mengulang belajar pelajaran yang materinya setiap ujian adalah memuat satu buku. Namun yang namanya siswa tidak pernah kehabisan akal untuk menanganinya. Salah satunya dengan memaksimalkan waktu senggangnya untuk belajar, dengan catatan kecil yang dapat dibawa kemana-mana. Dalam setiap kegiatan konsentrasi terbagi hanya untuk membaca catatan tersebut (Saat berada di ruang makan, berbaris, arahan sosialisasi, istirahat pada proses pembelajaran bahkan saat dikamar mandi pula siswa tersebut akan membaca materi. Bahkan kembali saat pulang apel malam sampai larut malam, tempat belajar menjadi salah satu inspirasi dalam mudah menghafal pelajaran tersebut yaitu di dekat jemuran dengan alasan lebih fokus karena hening.
ADVERTISEMENT
6. Sikap dan Perilaku
Attitude, perilaku atau sikap perilaku merupakan modal utama seseorang dalam melakukan setiap aktivitas di lembaga pendidikan ini, diharapkan perilaku yang baik menjadi tertanam bagi setiap insan anggota Polwan dalam meberikan pelayanan kepada masyarakat. Berbicara mengenai sikap dan perilaku di saat menjadi siswa, banyak ternyata hal-hal yang tidak terduga terjadi. tingkah laku dan kebiasaan sangat mengenal satu dengan lainnya diawali mulai dari aktivitas bangun pagi sampai tidur di malam yang dilakukan hampir selalu bersama-sama, maka tidak mengherankan bila pergaulan sudah seperti saudara sehingga mulai hilang namanya rasa jaim. Banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan pada umumnya namun menjadi tidak biasa di lembaga ini, seperti : saat makan, saat berjalan, saat bertanya dan menjawab dikelas, saat bertamu, saat berjalan, saat berkomunikasi, dan masih banyak lagi , hampir setiap saat, setiap waktu dan setiap harinya tak bosan-bosan dan tak henti-hentinya hal-hal kebiasaan yang baik selalu disampaikan oleh pengasuh, Diharapkan serdik setelah lulus mampu cepat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya, mampu menjadi agen perubahan dalam melaksanakan tugas di lapangan dengan penuh percaya diri. Walaupun tempaan dalam Sekolah polisi wanita ini cukup berat, dengan teguran perbaikan yang secara terus menerus dilakukan tanpa bosan dan henti-hentinya selalu disampaikan namun bukti nyata bahwa lembaga ini telah menghasilkan performa dan attitude yang baik dalam menjunjung tinggi hirarki, tutur kata serta tingkah lakunya sangat beretika dan sopan, sehingga tempaan dan teguran itu banyak yang memberikan apresiasi yang cukup membanggakan yakni siswa didikan dari Sepolwan, mampu memberikan kontribusi dan agen perubahan yang cukup signifikan yah inilah yang di namakan the power of siswa. Ingin menampilkan hal terbaik dalam performa yang ditampilkan guna memberikan persembahan kepada para pengasuhnya Dimana membuat sampai membuat para pengasuh keheranan pula.
ADVERTISEMENT
Banyak Cerita yang bisa diangkat dari semua pelajaran yang dilalui dalam pendidikan di Sekolah Polisi Wanita, Banyak cerita lucu, sedih, senang, mengharukan, yang menjadikan pendidikan ini jiwa korsa yang ada dan tertanam dalam hati sanubari siswa tidak akan hilang sampai kapan pun. Sekolah Polisi Wanita yang menjadikan wanita-wanita Indonesia yang telah lulus terpilih menjadi putri-putri pilihan yang patut diberikan apresiasi yang setinggi-tingginya mampu melaksanakan tugas sebagai wanita yang tidak dimiliki oleh polisi laki-laki, Namun mampu berkontribusi guna mengabdikan diri untuk bangsa dan Negara. Jika anda yang merasa ingin membuktikan dan penasaran dengan hal itu maka anda adalah seorang perempuan baik dan akan mencoba dengan mendaftarkan diri menjadi calon Polwan sehingga bisa lulus seleksi dan mengikuti pendidikan di Sepolwan dengan catatan mencukupi kriteria yang telah ditentukan.
ADVERTISEMENT
Namanya Polwan selalu identik dengan cantik dan anggun serta memiliki sikap yang ber-etika dalam bertindak sopan dalam bertutur kata di dalam menjalani tugasnya, walaupun banyak cerita dibaliknya tetap dituntut memberikan perlindungan, pelayanan, pengayoman dan Harkamtibmas kepada masyarakat tercinta ini.