Rasio Utang Indonesia Terendah Kedua Se-Asia Tenggara

Kabar Bangsa
Kabari Bangsa
Konten dari Pengguna
1 November 2017 12:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Bangsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rasio Utang Indonesia Terendah Kedua Se-Asia Tenggara
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Penambahan utang luar negeri oleh pemerintah saat ini sering ditanggapi negatif oleh masyarakat. Padahal itu penting untuk pembiayaan infrastruktur dan hal produktif lainnya.
ADVERTISEMENT
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah pusat sampai akhir Juli 2017 telah mencapai Rp 3.779,98 triliun yang telah digunakan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Tambahan pembiayaan utang ini dilakukan untuk mendukung kenaikan belanja produktif di bidang pendidikan, infrastruktur, kesehatan, transfer ke daerah dan dana desa serta belanja sosial. Sementara itu, pemanfaatan utang pemerintah, terutama yang berasal dari pinjaman, antara lain ditujukan untuk pembiayaan proyek yang dilaksanakan oleh beberapa kementerian/lembaga.
Meskipun terlihat bertambah, sebenarnya rasio utang pemerintah saat ini masih aman. Bahkan dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara, rasio utang Indonesia termasuk yang terendah.
Berdasarkan data Trading Economics, rasio utang Indonesia dibandingkan Produk Domestik Bruto (PDB) berada di peringkat kedua terendah se-Asean.
ADVERTISEMENT
Indonesia mencatat utang pemerintah setara dengan 27,90 persen PDB pada 2016. Utang Pemerintah terhadap PDB di Indonesia rata-rata 39,58 persen dari 2000 sampai 2016, mencapai titik tertinggi sepanjang masa di 87,43 persen pada 2000 dan rekor terendah 22,96 persen pada 2012.
Hal di atas berhasil diraih karena utang selalu digunakan untuk kegiatan produktif. Di samping juga kinerja tim ekonomi pemerintahan Jokowi yang piawai mengelola tambahan pinjaman tersebut.
Untuk itu, masyarakat harusnya dapat bersikap bijak pada informasi utang yang berkembang di media sosial. Sebaiknya kita terus melakukan verifikasi informasi agar tidak terjerumus pada infornasi sesat.