Konten dari Pengguna

Apakah Praktisi Akuntan Memiliki Etika atau Hanya Etiket?

Nanda Kurnia Fajar
Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Pamulang
11 September 2023 18:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Kurnia Fajar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi akuntansi (https://www.istockphoto.com/)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi akuntansi (https://www.istockphoto.com/)
ADVERTISEMENT
Akuntansi merupakan cara kita mencatat, mengatur, dan mengikuti uang yang masuk dan keluar dari suatu bisnis atau aktivitas keuangan. Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana uang digunakan, apa yang dihasilkan, dan bagaimana keuangan kita berkembang. Dalam mencatatan keuangan, para akuntan harus melewati siklus siklus akuntansi, yaitu Menganalisa Transaksi, Mencatat Transaksi, Memposting ke Buku Besar, Penyesuaian, Penyusunan Laporan Keuangan, Tutup Buku, dan terakhir audit dan pemeriksaan.
ADVERTISEMENT
Tentunya dengan tahapan tersebut, seorang akuntan harus membuat laporan yang memiliki sifat-sifat Keterkaitan, Keterandalan, Relevansi, Keterbacaan, Komparabilitas, Kelengkapan, Konsistensi, Transparansi dan integritas. Sifat-sifat tersebut merupakan pedoman penting dalam penyusunan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi penggunanya, termasuk pemilik bisnis, para investor, pemberi pinjaman, dan pihak yang berkepentingan lainnya.
Akuntan merupakan profesi yang memiliki peranan penting dalam sebuah perusahaan dan profesi akuntansi adalah pekerjaan yang diakui dan diterima masyarakat sebagai pekerjaan untuk kepentingan publik. Profesi akuntansi umumnya memiliki standar etika yang ketat yang diharapkan diikuti oleh para praktisi. Etika Profesi tersebut yaitu :
1. Altruisme
Altruisme berasal dari kata altruis yang berarti orang yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain. sikap yang menunjukkan kebaiakan hati seseorang dalam membantu orang lain tanpa mengharapkan sesuatu imbalan atau keuntungan pribadi. oleh karena itu seorang akuntan memiliki sikap yang lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain dari pada diri sendiri, semata-mata karena mereka peduli dan ingin membantu. Sebagai imbalan atas altruisme ini, profesi biasanya menjadi warga terhormat di dalam masyarakat
ADVERTISEMENT
2. Kompetensi
Suatu profesi harus menjalani proses pendidikan formal untuk memiliki pengetahuan yang khusus tersebut dan bisa di pertanggung jawabkan pengetahuannya. Praktisi profesi harus memiliki kuallifikasi yang ditunjukkan melalui kelulusan atas ujian kualifikasi dan sertifikasi. Seorang praktisi harus melaksanakan tugasnya berdasarkan standar prilaku tertentu. Oleh karena itu tidak mungkin seseorang yang bertugas melaksanakan pekerjaan penting bagi publik tidak memiliki kompetensi atas pekerjaan tersebut, dan tidak melaksanakan pekerjaan tersebut dengan standar perilaku yang di harapkan, karena jika hal ini terjadi maka pekerjaan tersebut hanya berdampak buruk bagi publik
3. Otonomi
untuk menjaga agar memenuhi kualifikasi yang ditetapkan, menjaga kompetensi dan melaksanakan tugas dengan standar yang disepakati, maka yang harus di miliki oleh profesi adalah organisasi atau asosiasi profesi. Organisasi ini akan menjaga agar profesi tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan status pengakuannya. Untuk menegakkan disiplik profesi, asosiasi harus dapat mengatur dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
lalu, Pernahkah kamu mendengar istilah Skandal Akuntansi?
ilustrasi skandal akuntansi (https://www.istockphoto.com/)
Skandal akuntasi merupakan praktisi akuntansi yang tidak baik, yang melanggar aturan aturan etika profesi, dan telah melakukan tindakan ilegal dalam suatu perusahaan. Hal ini sering melibatkan manipulasi informasi keuangan untuk menciptakan gambaran yang salah, dan memanfaatkan kesempatan untuk mengambil keuntungan diri sendiri.
Dalam beberapa kasus, skandal akuntansi timbul karena adanya tekanan untuk mencapai target keuangan atau mendapatkan insentif yang lebih besar sehingga praktisi akuntansi memanfaatkan hal tersebut untuk mendapatkan keuntungan pribadi, sehingga melupakan etika profesi yang ada. Inilah yang disebut praktisi akuntansi yang tidak memiliki etika dan hanya memiliki etiket
Untuk membantu praktisi akuntansi menerapkan kembali etika profesinya dan mencegah terjadinya skandal akuntan, berikut langkah yang dapat diambil:
ADVERTISEMENT
1. Pendidikan berkelanjutan
Praktisi akuntan harus terus meningkatkan pemahaman tentang etika profesinya, melalui pelatihan mereka dapat tetap up to date dengan perkembangan dalam etika akuntansi
2. Memahami Kode Etik
Praktisi akuntan harus benar-benar memahami kode etik yang berlaku di dalam profesinya. Seperti membaca, memahami, dan menginternalisasikan prinsip moral di dalam kode etik profesinya
3. Konsultasi dengan Rekan dan Mentor
Berbicara dengan rekan-rekan sesama akuntan, atau kepada mentor dapat membantu praktisi dalam memahami dilema etika yang dirasakannya dan mendapatkan perspektif yang berbeda
4. Berbicara dengan Atasan
Jika praktisi akuntan sedang berada di situasi yang menimbulkan dilema etika maka hendaklah berbicara dengan atasannya, sehingga akan mendapatkan panduan dan saran dalam menjalankan profesinya
ADVERTISEMENT
5. Pengawasan Internal
Suatu perusahaan harus memiliki sistem keamanan internal yang ketat, sehingga praktisi akuntansi akan kesulitan untuk melakukan kecurangan. dan pastikan bahwa etika profesi tetap diterapkan dalam praktik akuntansi sehari-hari
6. Pelaporan Pelanggaran Etika
Jika praktisi akuntansi melihat adanya kecurangan yang dilakukan oleh rekan kerja akuntan lainnya, mereka harus siap untuk melaporkannya ke pihak yang berwenang sesuai dengan prosedur yang ada
7. Memahami Konsekuensi
Praktisi akuntansi seharusnya menyadari konsekuensi dari pelanggaran etika yang akan dilakukannya, baik segi sanksi hukum atau reputasi yang dimilikinya. Dengan memahami konsekuensi yang ada, seharusnya praktisi akuntansi akan sadar untuk kembali mematuhi etika profesinya
Oleh karena itu carilah solusi ketika sedang berada di situasi dilema etika dan jadilah seorang akuntan profesional, yang memiliki 3 sifat di dalam hatinya, yaitu altruisme, kompetensi, dan otonom. Saya percaya bahwa di tahun 2023 ini para akuntan masih memiliki etika profesi yang kuat dalam praktinya.
ADVERTISEMENT
Nanda Kurnia Fajar, Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Pamulang