Peran Ilmu Pangan dalam Mencegah Permasalahan Kesehatan Masyarakat Indonesia

Nanda Marizky
Hi!! Currently, I am a master student in Food Science at IPB University. I want to share the content of science behind food. Hope you enjoy my content.
Konten dari Pengguna
31 Oktober 2023 18:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Marizky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: unsplash
ADVERTISEMENT
Pangan dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan gizi dan juga dijadikan sebagai cara untuk menurunkan risiko terbentuknya masalah-masalah kesehatan di masyarakat. Ilmu pangan berperan memformulasikan gizi yang seimbang dalam produk pangan sehingga dapat menghambat munculnya masalah-masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia dan salah satunya melalui fortifikasi pangan. Fortifikasi merupakan salah satu metode penambahan vitamin serta mineral tertentu ataupun senyawa bioaktif yang bermanfaat di dalam tubuh ke dalam bahan pangan yang bertujuan untuk menyediakan pangan sehat dan bergizi bagi seluruh lapisan masyarakat, terlebih lagi bagi populasi rawan gizi.
ADVERTISEMENT

Peran Ilmu Pangan dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang terjadi di Indonesia

Fortifikasi Kalsium dan Vitamin D

Sumber: freepik
Fortifikasi kalsium dan vitamin D biasa dilakukan di produk susu, sereal, mentega, dan margarin. Peran vitamin D bagi tubuh antara lain membantu penyerapan kalsium, proses pertumbuhan sel, pembentukan tulang, dan dapat mengurangi proses peradangan yang terjadi akibat suatu penyakit. Selain vitamin D, kalsium juga berperan besar dalam pembentukan serta metabolisme tulang. Tanpa adanya kalsium yang cukup, tulang dapat menjadi rapuh. Selain itu, kalsium juga sangat berperan penting dalam proses penyembuhan patah tulang. Selain fortifikasi vitamin D dan kalsium pada produk susu, ilmu pangan dapat berperan untuk menemukan pangan lain yang dapat dilakukan fortifikasi vitamin D dan kalsium dengan mempertimbangkan penyerapan vitamin D dan kalsium di dalam tubuh yang tinggi saat pangan fortifikasi vitamin D dan kalsium dikonsumsi.
ADVERTISEMENT

Fortifikasi Zat Besi

Sumber: Thinkstock
Zat besi diperlukan dalam tubuh untuk mencegah terjadinya anemia. Badan Standarisasi Nasional Tepung Terigu (2009) mewajibkan untuk melakukan fortifikasi tepung terigu zat besi dengan minimum 50 ppm tetapi bentuk senyawanya tidak ditentukan. Adawiyah et al. (2019) menyatakan bahwa selama ini fortifikasi tepung terigu di Indonesia sudah dilakukan oleh produsen terigu menggunakan Fe-element (iron element). Akan tetapi, Adawiyah et al. (2019) juga menyatakan bahwa Fe-element memiliki kelemahan terutama dalam penyerapan Fe-element di dalam tubuh yang rendah.
World Health Organization (2009) merekomendasikan penggunaan Fe-Sulfat, Fe-Fumarate atau NAFeEDTA pada kelompok asupan <150 gram per hari untuk fortifikan tepung terigu yang memiliki kemampuan penyerapan yang lebih tinggi dibandingkan Fe-element. Oleh sebab itu, diperlukan perhatian khusus untuk menggunakan jenis zat besi oleh industri pangan dengan kemampuan penyerapan di dalam tubuh yang tinggi agar zat besi dapat dimanfaatkan oleh tubuh.
ADVERTISEMENT

Fortifikasi Iodium

Sumber: Thinkstock
Tubuh tidak dapat menghasilkan iodium sendiri, sehingga dibutuhkan asupan iodium dari makanan. Iodium diperlukan untuk membuat hormon tiroid, yaitu hormon yang berperan dalam mengendalikan metabolisme dan berbagai fungsi tubuh lainnya. Jika asupan iodium tidak terpenuhi, beragam dampak kekurangan iodium seperti penyakit gondok atau kanker tiroid akan mengintai.
Salah satu peran ilmu pangan dalam mengatasi masalah kekurangan iodium di Indonesia dengan adanya fortifikasi iodium dalam garam. Garam biasa digunakan setiap hari oleh masyarakat untuk memberi rasa asin dalam makanan sehingga menjadi langkah yang tepat untuk mengatasi kekurangan kebutuhan iodium dalam tubuh. Selain fortifikasi iodium pada garam, ilmu pangan dapat berperan untuk menemukan pangan lain yang dapat dilakukan fortifikasi iodium dengan mempertimbangkan penyerapan iodium di dalam tubuh yang tinggi saat pangan fortifikasi iodium dikonsumsi.
ADVERTISEMENT

Peran Ilmu Pangan di Masa Depan

Jenis-jenis fortifikasi yang telah disebutkan merupakan peran ilmu pangan yang telah dilakukan serta harapan pengembangan proses fortifikasi yang diharapkan kedepannya. Ilmu pangan diharapkan dapat terus berkembang dan menghasilkan inovasi produk pangan maupun teknologi pangan yang dapat digunakan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan bergizi. Harapan tersebut harus diimbangi dengan mempertimbangkan aspek kimia dan analisis pangan, mikrobiologi dan keamanan pangan, rekayasa proses pangan, biokima pangan, serta gizi dan kesehatan.

Daftar Pustaka

Adawiyah DR, Muhandri T, Subarna, Sugiyono. 2019. Pengaruh fortifikasi zat besi menggunakan Fe-Sulfat, Fe-Fumarat dan Na Fe EDTA terhadap kualitas sensori produk-produk olahan tepung terigu. Jurnal Mutu Pangan. 6(2): 54 – 62.
WHO, FAO, UNICEF, Global Alliance for Improved Nutrition, Micronutrient Initiative, Flour Fortification Initiative. Recommendations on wheat and maize flour fortification. Meeting report: interim consensus statement. Geneva: WHO; 2009. Diakses pada 30 Oktober 2023.
ADVERTISEMENT
Penulis:
Nanda Marizky (Mahasiswa Magister Ilmu Pangan IPB University)