Kerusakan Ekosistem Laut di Indonesia: Siapa yang Dirugikan?

Nanda Putri
Mahasiswi Hubungan Internasional
Konten dari Pengguna
28 Juni 2021 12:13 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sampah Laut. Photo by Lucien Wanda on pexels.com: https://www.pexels.com/id-id/foto/tumpukan-sampah-di-tepi-pantai-2827735/
zoom-in-whitePerbesar
Sampah Laut. Photo by Lucien Wanda on pexels.com: https://www.pexels.com/id-id/foto/tumpukan-sampah-di-tepi-pantai-2827735/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia secara geografis adalah negara yang memiliki wilayah kelautan yang luas. Indonesia juga memiliki beribu-ribu pulau. Oleh karenanya Indonesia dijuluki sebagai negara maritim. Indonesia adalah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar dibandingkan dengan daratan.
ADVERTISEMENT
Wilayah perairan yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi negara yang kaya akan sumber daya laut. Ekosistem laut Indonesia pun juga sangat beragam hingga memiliki potensi yang kuat untuk dikembangkan.
Dilansir dari laman Universitas Islam Indonesia, laut memiliki banyak manfaat bagi kehidupan, seperti sebagai sumber pangan dan perikanan terbesar, penghasil 50 persen oksigen bagi organisme di darat dari fitoplankton, penyerap karbondioksida dan sumber air baku air minum. Potensi perikanan di laut Indonesia sebanyak 12,54 juta ton per tahun, memiliki 8500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan 950 biota terumbu karang. Ini adalah hal yang sangat menakjubkan.
Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk menjaga ekosistem laut di Indonesia terlihat sangat kurang. Hal ini bisa dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua negara dengan penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Tentu ini bukan sebuah prestasi yang membanggakan bagi negeri ini. Dilansir dari laman CekAja, setiap tahun Indonesia memproduksi hingga 3,2 juta ton sampah plastik. Ironisnya, sebagian besar sampah plastik ini selalu berakhir di lautan karena kurangnya pengelolaan. Jika dihitung, setiap penduduk Indonesia bertanggung jawab atas 17,2 kg sampah plastik yang mengapung dan mencemari ekosistem di laut.
ADVERTISEMENT
Apakah hanya sampah saja yang dapat merusak ekosistem laut? Tentu saja tidak. Penyebab sekaligus ancaman kerusakan ekosistem laut di Indonesia juga berasal dari adanya pencemaran limbah industri. Aktivitas industri yang tidak memiliki sistem pembuangan limbah akan memiliki dampak yang serius. Sumber daya laut seperti ikan-ikanan, udang dan yang lainnya apabila telah tercemar dan terkonsumsi oleh manusia maka hal tersebut tentu akan berdampak sangat buruk terhadap manusia.
Aktivitas selanjutnya yang dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem laut adalah Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUUF). Dilansir dari laman Mongabay, aktivitas IUUF ini dapat menimbulkan degradasi dan hilangnya ekosistem pesisir dan laut yang ada di seluruh kawasan, yaitu hutan bakau, rumput laut, dan terumbu karang yang masuk dalam kelompok ekosistem laut besar Indonesia. Padahal, ekosistem pesisir dan laut adalah habitat yang penting bagi keanekaragaman hayati dan produktivitas perikanan.
ADVERTISEMENT
Sudah jelas bahwa kerusakan ekosistem laut di Indonesia ini membawa akibat yang banyak. Padahal, hal ini sangat disayangkan karena ekosistem laut indonesia sangatlah indah dan beragam serta sumber daya lautnya juga sangat melimpah. Sumber daya laut yang melimpah ini membuat penduduk di pesisir memanfaatkannya untuk keperluan hidup serta pemenuhan perekonomian.
Pemanfaatan sumber daya laut oleh manusia juga bertujuan untuk mencukupi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Namun, jika ekosistem laut telah rusak hingga menyebabkan minimnya sumber daya laut, maka manusia sendirilah yang dirugikan. Mereka dirugikan oleh perilaku mereka sendiri.
Nelayan adalah contohnya. Pencemaran yang terjadi di laut menyebabkan buruknya kualitas ikan-ikanan yang akan mereka jual. Kemudian, masih terdapat nelayan yang menangkap hasil laut secara tidak alami, melainkan menggunakan bahan peledak seperti bom. Tentu saja hal ini akan berdampak pada kehidupan biota laut.
ADVERTISEMENT
Misalnya, seperti nelayan di daerah Kampung Nelayan Kelurahan Tanahberu, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Ekosistem terumbu karang menjadi rusak akibat ulah nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan bom, racun dan pukat. Kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bom tersebut menyebabkan terumbu karang hancur dan ikan-ikan menjadi mati.
Selain itu, kegiatan tersebut juga mengakibatkan kegiatan budidaya ikan dalam keramba terganggu sehingga merusak pertumbuhan budidaya rumput laut. Kerusakan ekosistem laut ini terjadi akibat rendahnya pengetahuan nelayan tentang dampak yang ditimbulkan.
Adanya kerusakan ekosistem laut tersebut kemudian menyebabkan kecenderungan menurunnya hasil tangkapan ikan. Akibatnya, mereka akan semakin merugi. Jika mereka terus merugi maka mereka akan mengalami kemiskinan karena tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonominya. Hal ini tentu saja menjadi ancaman terhadap keamanan manusia.
ADVERTISEMENT
Kemudian, apakah penangkapan ikan dengan menggunakan bom yang dilakukan nelayan adalah salah mereka? Sepenuhnya, tidak. Seharusnya, pemerintah harus turun tangan dalam melakukan sosialisasi dan pengawasan terhadap aktivitas nelayan. Karena hal tersebut akan dapat membantu dalam meminimalisir terjadinya aktivitas illegal dalam penangkapan hasil laut.
Kerusakan ekosistem laut di Indonesia adalah masalah yang cukup serius dan perlu ditangani dengan sungguh-sungguh. Lantas, bagaimana solusi yang bida dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut? Cara pertama adalah cukup dimulai dari kesadaran diri individu akan pentingnya menjaga lingkungan.
Selanjutnya, tanggung jawab negara terhadap kelestarian laut di Indonesia sangatlah besar. Kebijakan yang harus dikeluarkan oleh pemerintah adalah kebijakan yang mengarah pada ekosentris, bukan antroposentris.
Untuk bergerak dalam menyelematkan krisis lingkungan secara cepat, maka pendekatan antroposentris bukanlah pilihan yang tepat. Hal ini karena target dan sasaran sesungguhnya dari antroposentris adalah pada upaya tercapainya pembangunan ekonomi, bukan pada perlindungan ekologinya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, dalam ekosentris, target utamanya adalah upaya menjaga agar kelestarian lingkungan dengan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, dibutuhkan juga kepastian hukum yang jelas terhadap kasus pencemaran di laut.
Menjaga ekosistem laut adalah hal yang penting untuk dilakukan oleh semua kalangan karena lautan menyediakan sebagian besar lingkungan pendukung kehidupan di planet ini. Laut menampung sebagian besar keanekaragaman hayati, memainkan peran utama dalam regulasi iklim, menopang ekonomi yang dinamis dan berkontribusi pada ketahanan pangan di seluruh dunia.
Referensi:
Asnelly, Afri dan Yusran. 2017. Kajian Green Politics TheoryDalam Upaya Menangani Krisis Ekologi Laut Indonesia Terkait Aktifitas Illegal Fishing. “Indonesian Journal of International Relations” Vol. 1, No. 2
Darsono, Prapto. 1999. Pemanfaatan Sumber Daya Laut dan Implikasinya Bagi Masyarakat Nelayan. “Oseana” Volume XXIV, Nomor 4: 1 - 9.
ADVERTISEMENT
Gattuso, Jean-Pierre, Magnan Alexandre K., Bopp Laurent, Cheung William W. L., and more. 2018. Ocean Solutions to Address Climate Change and Its Effects on Marine Ecosystems. “Frontiers in Marine Science” Volume 5
Hasman, Andi. 2017. Pengaruh Aktivitas Nelayan terhadap Ekosistem Laut (Studi Kasus Kampung Nelayan Kelurahan Tanah Beru Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. “Skripsi”. Makassar: Universitas Muhammadiyah.
CekAja. Biang Kerok Banjir, Ini 5 Negara Penghasil Sampah Plastik Terbanyak di Dunia. Diakses dari https://www.cekaja.com/info/biang-kerok-banjir-ini-5-negara-penghasil-sampah-plastik-terbanyak-di-dunia
Mongabay. Ambari. “Seperti Apa Ancaman Kerusakan Ekosistem Laut Besar di Indonesia?” Diakses dari https://www.mongabay.co.id/2019/04/12/seperti-apa-ancaman-kerusakan-ekosistem-laut-besar-di-indonesia/
Universitas Islam Indonesia. Potensi Ekosistem Laut Indonesia. Diakses dari https://www.uii.ac.id/potensi-ekosistem-laut-indonesia/