Pledoi untuk Liverpool

Nanda Rizka Syafriani Nasution
Halftime student Fulltime footballover
Konten dari Pengguna
11 Oktober 2017 22:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Rizka Syafriani Nasution tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Liverpool berpesta di Anfield. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Liverpool berpesta di Anfield. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“My Liverpool, the Kop will always rule
We’ll show the world how football’s played
ADVERTISEMENT
My Liverpool, the Kop will always rule
Come and join us
We’re gonna take the cup away”
Sepenggal lirik ‘My Liverpool’ yang dinyanyikan setiap para pendukung Liverpool tersebut selalu menjadi pembakar semangat pasukan The Kop dengan beserta You’ll Never Walk Alone yang selalu bergemuruh di mana pun mereka bertanding. Mereka terus bernyanyi walaupun pahlawannya saat ini bak sedang duduk di pojok kelas merenungi kesalahan, namun lantas tak bergerak untuk mengubah keadaan.
Jika Anda bukan seorang Kopites, kalian tidak perlu tertawa atau menyeringgai. Tidak akan ada cerita kegagalan disini, inkonsistensi, maupun permasalahan kronis lini belakang yang tak kunjung selesai dari rezim ke rezim. Saya bukan pendukung sang liverbird akan mencoba membela sang hewan terbang yang sayapnya sedang terluka.
ADVERTISEMENT
Liverpool dan kesejarahannya tidak perlu ada yang dipertanyakan dan mempertanyakan. Tanyalah para orangtua ataupun yang lebih berumur dari mereka. Mereka tak mungkin membantahnya.
Liverpool didirikan pada tanggal 15 Maret 1892 yang berawal dari perseteruan antara Komite Everton FC dengan John Houlding sebagai Presiden Klub yang juga pemilik Anfield (yang menjadi Stadion Liverpool samai sekarang dan Everton pindah ke Goodison Park). Mengawali debutnya sebagai klub sepak bola profesional dengan bermain di Liga Lancashire dan berhasil menjadi juara sebelum akhirnya bergabung dengan Divisi II Liga Inggris pada musim 1993/1994.
Liverpool kemudian berhak untuk promosi ke Divisi I yang atau lebih sering akrab kita kenal dengan Premier League dan lantas menjadi juara musim pertama (1900-01).
ADVERTISEMENT
Cerita Bill Shankly sebagai arsitek Liverpool juga akan terus diingat. Namanya akan terus dinyanyikan dan di elukan dimana pun fans berada. Bill adalah seseorang yang mampu membawa Liverpool ke tangga kesuksesan sebuah tim sepakbola. Bill Shankly datang pada saat Liverpool berada di divisi II liga. Pelatih yang memulai karir nya di kepelatihan dengan melatih Carlisle United itu berhasil membawa Liverpool menjadi tim yang disegani.
Shankly (dalam tiga tahun) berhasil membawa Liverpool naik ke divisi I Liga Inggris di musim 1961/1962. Liverpool ditangan Bill mencatatkan tiga gelar juara Premier League, satu kali juara divisi II, 2 gelar FA Cup, 4 Charity Shield (Community Shield) dan juara UEFA Cup pada musim 1972/1973. Berkat torehan tersebut nama Bill Shankly diabadikan menjadi nama salah satu gerbang (Shankly Gates) di Anfield Stadium.
ADVERTISEMENT
Klub yang saat ini dilatih oleh Juergen Klopp bukan tanpa torehan setelah era Bill. Liverpool sampai saat ini telah meraih lima trofi Liga Champions yang menjadikan mereka sebagai klub dengan raihan piala terbanyak di Inggris. Pasukan The Kop juga telah menjuarai 3 gelar Liga Eropa, 3 Piala Super UEFA. 18 EPL, 7 Piala FA dan 7 Piala Liga. Mereka bukan klub semenjana,bukan?
Yang paling penting adalah, adakah dari kalian semua disini yang menonton pada malam itu melupakan rasa merinding melihat Final Liga Champions 2005 di Istanbul Turki? Sudahkah menonton film ‘Will, You’ll Never Walk Alone’ yang merupakan inspirasi dari game tersebut? Adakah diantara kalian yang tidak menangis? Termasuk para Milanisti saya percaya mereka tidak akan bisa melupakan malam 25 Mei 2005 yang di cap sebagai final paling bersejarah dan dianggap fenomenal.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, Liverpool yang sudah tertinggal 3-0 dibabak pertama oleh gol Maldini dan brace Hernan Crespo memaksa AC Milan bermain hingga babak adu penalti (setelah Gerrard, Smicer, dan Alonso menyeimbangkan skor di babak kedua). Skuad Rafa Benitez memenangkan piala di kuping besar lewat drama adu penalti.
Dan catat, Liverpool hanya finish ke-3 di Liga Inggris dan harus merangkak dari babak play-off untuk kemudian juara di Turki. Bayangkan gemuruh campur aduk perasaan kedua tim di Ataturk Olympic Stadium saat itu.
Liverpool dengan kebesaran namanya tidak akan tertingggal dari pada legenda dunia si kulit bundar. Mulai dari Kenny Dalglish, Ian Rush, Robbie Fowler, Michael Owen, Steven Gerrard, Xabi Alonso, Jerzy Dudek, Fernando Torres, sampai Luis Suarez dan mungkin Philippe Coutinho akan masuk daftar legenda yang namnaya akan dinyanyikan para pemenuh stadion (syarat dan ketentuan berlaku).
ADVERTISEMENT
Manis sudah dikenang apalagi dengan pahitnya kesedihan. Tragedi Heysel (1985) yang mengakibatkan hilangnya 39 nyawa dan tragedi Hillsborough (1989) yang menewaskan 96 orang (terburuk dalam sejarah Britania Raya) dialami oleh klub yang bermarkas di Anfield tersebut. Dalam 4 tahun Liverpool mengalami dua kejadian kelam yang dapat menurunkan mental baik pemain, pelatih maupun orang-orang yang bersinggungan dengan klub.
Tragedi tersebut menempa kedewasaan dan persatuan para penggemar si merah. Liverpudlian (sebutan penggemar Liverpool yang berasal dari kota Liverpool) menjadikan Liverpool sebagai klub yang dihormati oleh berjuta pasang mata penikmat olahraga ini.
Maka wajarlah saat Steven Gerrard berkata ‘Jika Liverpool bermain di bulan, fans kami akan membeli tiket untuk pergi ke sana’
ADVERTISEMENT
Pembaca budiman, jangan berkomentar ‘Ini semua hanya masa lalu sementara yang kita tata sekarang adalah masa depan’. Ingat kata bapak pendiri bangsa kita ‘Jangan sesekali melupakan sejarah’, kan? Bagaimana kalian mulai menggilai sesuatu hal tanpa tau akan sejarahnya?
Liverpool bukan Real Madrid yang dihuni dengan Los Galacticos. Bukan Barcelona yang punya penyihir lapangan hijau. Bukan Chelsea, Manchester City atau Paris Saint Germain yang bergelimang harta. Bukan Everton meski sekota ataupun Manchester United walaupun sama-sama merah. Dulu, kini, dan nanti, Liverpool tetap Liverpool. Klub dengan sejuta sejarah. Klub dengan torehan kebanggaan. Penghuni the real big four dengan segala keyakinan untuk lebih baik tahun depan.
Bisa ucapkan You’ll Never Walk Alone? Tidak usah dipaksa jika lidah terlalu kaku.
ADVERTISEMENT
Now, let’s playing The Anfield Road'
“All round the fields of Anfield Road,
Where once we watched the king Kenny play and could he play,
Stevie Heighway on the wing,
We had dreams and songs to sing,
Of the glory round the fields of Anfield Road”