Konten dari Pengguna

Keinginan ≠ Kebutuhan

Nantaya Aulia Fitri
Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
11 Desember 2024 15:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nantaya Aulia Fitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Wants (keinginan) tidak sama dengan Needs (kebutuhan)
Terkadang, tidak mudah untuk menetapkan mana kebutuhan dan mana keinginan. Tumpang tindih di antara keduanya dapat berujung pada pengambilan keputusan yang salah.
Keinginan bersumber dari emosi atau psikologis seseorang yang sebenarnya tidak harus dipenuhi dan tidak terlalu berdampak apabila tidak terpenuhi. Sedangkan kebutuhan adalah fungsi rasional seseorang, bersifat mendesak, dan harus dipenuhi.
Bagaimana Mengetahui Kita Butuh atau Kita Ingin?
Analisis lebih apa yang sebenarnya kita butuhkan? Kebutuhan adalah hal mendesak yang harus segera kita penuhi. Contoh mudahnya seperti kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Namun, tidak sesederhana itu. Saya akan membahas melalui kacamata seorang mahasiswa.
Image by freepik
Berkuliah di Manajemen FEB UGM memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan diri. Baik dari segi softskill maupun hardskill. Fakultas ini memberikan banyak sekali fasilitas kepada mahasiswa. Contohnya seperti wadah untuk berorganisasi, event, volunteer, student exchange, dan lain sebagainya. Ada juga kegiatan seperti BEM dan UKM.
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara untuk menentukan apa yang sebenarnya kita butuhkan diperkuliahan ini? The important thing (but sometimes miss) yaitu ketahui dan kenali diri sendiri terlebih dahulu. Mengenali diri sendiri adalah hal yang penting.
Image by freepik
Selanjutnya, kita bisa dibidang apa? Minat dibidang apa? What benefits can you get? dan pertimbangan yang saya lakukan yaitu: What will and can you give for others, for your family, for your friends, for your uni, and so on.
ADVERTISEMENT
I believe that: When you give someone a good things, in fact, they give you a chance to do a good things and get many more than you gave them.
ADVERTISEMENT
Image by freepik
Kasus yang lebih dalam lagi pada dunia perkuliahan. Saya merasa bimbang ingin mengikuti pawai takbiran yang akan dilaksanakan di kampung saya atau aktif berorganisasi di kampus. sungguh dilema yang dialami kali ini benar-benar mengajarkanku bahwa tidak semua hal harus kita dapatkan.
Pertimbangan demi pertimbangan saya ambil, saya analisis, dan saya cari jalan terbaiknya.
Sekali lagi,
ADVERTISEMENT
Lantas, kalau mengetahui apa masalahku dibalik kata sempurnamu, apakah akan mempengaruhi hidupmu? Apakah ada yang berubah? Tidakkah itu hanya rasa penasaran saja yang tidak berujung pada solusi atau menumbuhkan sedikit saja kepedulian?
Kuncinya adalah,
bersyukur. Bersyukur terhadap apa yang kita punya, apa yang kita jalani, apa yang telah Tuhan berikan. Tidak perlu bertanya-tanya, bahkan menyesali hal yang sudah diberikan oleh-Nya.
Image by freepik
Bagaimana mengetahui apakah rasa syukur sudah ada pada diri kita? indikatornya, (Saya mempelajari dari Ustadz Oemar Mita, bahwa: Kita akan dicukupkan kebutuhannya, disederhanakan keinginannya), dan semua itu akan membuat kita semakin bersyukur.
ADVERTISEMENT