news-card-video
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Mempertaruhkan Etika Demi Viral?

Naomi Anakampun
Mahasiswi Universitas Katolik Santo Thomas Medan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, jurusan Manajemen
16 Maret 2025 11:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naomi Anakampun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh Naomi Anakampun
Pada saat sekarang, etika sangat diperlukan didalam kehidupan sehari-hari, namun banyak orang-orang yang menganggap sepele etika berdalih hanya konten atau hanya bercanda.
ADVERTISEMENT
Etika adalah sebuah konsep untuk menilai apakah tindakan itu baik atau benar dan salah atau buruk. Etika memberi semacam standar yang mengatur bagaimana seharusnya seseorang melakukan suatu tindakan.
Nah, disini kita akan membahas yang lagi viral nih!! Seorang anak muda yang mengorbankan etika demi naik panggung alias terkenal.
sumber:pexels
Konten Berujung Klarifikasi
Ada banyak anak muda jaman sekarang menggunakan teknologi dengan tidak beretika. Dengan canggihnya teknologi sekarang, semua jadi serba sat-set!
Seperti contohnya saat ini nih yang lagi viral, ada content creator yang dengan teganya selalu merusak nama baik guru-guru di kontennya. Bukan hanya sekali duakali, namun cerita di kontennya selalu membawa guru.
Sebenarnya sah-sah saja ya, tetapi konten ini semakin lama semakin diluar nalar nih! Ia bahkan mengajak viewersnya untuk tidak menghormati guru lagi.
ADVERTISEMENT
Disini sangat perlu dipertegaskan bahwa semua orang wajib memiliki etika, apalagi ini sudah membawa-bawa profesi. Fenomena mengolok-olok guru ini sudah banyak di tonton oleh pengguna sosial media.
Masalah ini mungkin dipicu oleh beberapa faktor:
1. Demi Engagement dan Viralitas, konten sensasional sering kali mendapat lebih banyak perhatian, sehingga ada yang sengaja membuat video provokatif demi popularitas.
2. Kurangnya Kesadaran Etika Digital, banyak anak muda tidak memahami batasan antara kritik yang membangun dan penghinaan yang merusak.
Berujung klarifikasi, kreator itu pun berklarifikasi jika ia melakukan hal itu bukan tanpa alasan, melainkan ia hanya ingin membalas “dendam” namun kita tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, yang jelas ini sudah menyalahi etika anak muda.
ADVERTISEMENT
Membangun Kesadaran Etika dan Tanggungjawab Digital
Untuk mengatasi masalah ini kedepannya, diperlukan untuk lebih memperkenalkan anak dengan etika dimulai dari hal kecil.
Peran orang tua dalam mengawasi anak. Orang tua harus lebih aktif dalam mendampingi anak-anak mereka dalam bermedia sosial, mengajarkan mereka nilai-nilai kesopanan, dan menegaskan konsekuensi dari tindakan yang tidak beretika.
Anak muda perlu diajarkan bagaimana menyampaikan keluhan tanpa harus merendahkan pihak lain.
Anak muda yang mengorbankan etika demi viralitas di media sosial menghadapi dilema antara popularitas instan dan tanggung jawab moral.
Keinginan untuk dikenal sering kali mendorong mereka melampaui batas, mengabaikan etika, dan merugikan orang lain demi konten sensasional. Jika fenomena ini terus berkembang, kita bukan hanya kehilangan standar kesopanan, tetapi juga menciptakan lingkungan digital yang penuh ketidakpedulian dan eksploitasi.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, bangun kesadaran akan dampak jangka panjang dari tindakan, memperkuat regulasi, serta menanamkan nilai-nilai moral dalam penggunaan media sosial menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan etika.
Penulis adalah mahasiswa Universitas Katolik Santo Thomas semestee 6, fakultas ekonomi jurusan manajemen.