Konten dari Pengguna

Jasa Pahlawan Mulai Terlupakan: Apa Tindakan Mahasiswa?

Naomi audri klarisa sitompul
Seorang mahasiswa fakultas hukum Universitas Sumatera Utara
6 Juni 2022 15:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naomi audri klarisa sitompul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang mahasiswa, tentunya kita diharapkan untuk dapat memberikan dampak dan perubahan dengan ilmu serta kesempatan yang kita miliki. Mahasiswa dituntut untuk turut meberikan ide-ide cemerlang yang inovatif guna dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Namun untuk dapat memberikan ide-ide tersebut, mahasiswa harus mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat yang akan menjadi target perubahan terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Inilah yang membuat mahasiswa Pendidikan Pancasila kelas 8 USU yang terdiri dari Naomi Audri Klarisa Sitompul, (210200236), Ayu Salsabila Puteri (210200323), Altalinda Hutabarat (210306158), Sally Silvia Kifli (210200537), Vicky Rifai Ardiansyah (210905005), Yuni Wulan (210200033) dan Yasser (210907108) tergerak untuk melakukan mini project wawancara demi mendapatkan sumber fakta primer dari partisipan. kegiatan ini merupakan tugas pengganti Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan dosen pengampu Bapak Fajar Utama Ritonga S.Sos, M.Kesos.
Saat ini manusia tidak dapat lepas dari yang namanya telepon genggam. Bahkan tak dapat dimungkiri bahwa telepon genggam sudah dikategorikan sebagai kebutuhan primer masyarakat. Walaupun dengan telepon genggam orang menjadi lebih mudah dalam memperoleh informasi pendidikan, namun sayangnya kebanyakan orang tidak berminat untuk memanfaatkan kemudahan akses tersebut. alih-alih orang malah lebih tertarik menghabiskan waktu mereka untuk mengakses media sosial.
ADVERTISEMENT
Inilah yang menjadi salah satu penyebab tergerus nya keinginan masyarakat untuk mengenang jasa pahlawan yang telah mengorbankan diri mereka demi kepentingan rakyat Indonesia. Bahkan mirisnya, kini orang-orang tampaknya lebih mengetahui tentang seluk-beluk kehidupan selebgram, seleb tiktok, atau idola kesayangan mereka ketimbang sejarah pahlawan kita.
keprihatinan inilah yang membuat kami terinspirasi untuk mengangkat tema pahlawan dalam sebuah mini proyek. Dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang pahlawan Indonesia dan juga untuk mempertajam kembali ingatan masyarakat terkait sejarah pahlawan Indonesia.
Kami melakukan wawancara dengan membangun komunikasi terebih dahulu dengan harapan agar partisipan tidak gugup dan wawancara dapat berlangsung dengan lebih santai dan tidak kaku. Adapun upaya yang dilakukan yaitu dengan saling bertukar informasi pribadi serta menyematkan beberapa obrolan kecil sebelum memulai wawancara.
ADVERTISEMENT
Saat wawancara, partisipan yang bernama Brian mengungkapkan bahwa Pangeran Diponegoro merupakan tokoh yang sangat dia kagumi dan beliau merupakan teladan baginya karena sifat kesederhanaan Pangeran Diponegoro yang rela berjuang memimpin perlawanan rakyat Yogyakarta demi mengusir Belanda terlepas dari status sosial beliau yang merupakan seorang Pangeran.
wawancara salah satu anggota kelompok 9 dengan partisipan. sumber: Dokumentasi Pribadi
Kemudian ada Ibu Suktiwati yang merupakan seorang ibu rumah tangga yang dapat mendeskripsikan dengan baik ketika tim kami memintanya untuk menceritakan mengenai perjuangan Cut Nyak Dien dan R.A. Kartini. Ibu Suktiwati juga dengan antusias menceritakan tentang bagaimana kedua tokoh pahlawan wanita tersebut menginspirasi dirinya untuk menjadi wanita yang mandiri dan berdedikasi dalam mengakomodasi pendidikan anak -anaknya.
Wawancara bersama ibu Suktiwati. Sumber: Dokumen Pribadi
Selain itu ada pula Bapak Suryadi yang bersedia meluangkan waktunya untuk kami wawancarai sembari melakukan aktivitasnya. Percakapan kami mulai dengan saling berkenalan dan penjelasan mengenai tujuan wawancara. Beliau yang sudah memasuki usia 60 tahun tersebut merasa senang melihat kami selaku mahasiswa karena mengangkat topik ini. Sehingga percakapan yang berlangsung kurang lebih 6 menit tersebut memberikan banyak insight baru serta opini yang khas.
ADVERTISEMENT
Beliau berpandangan bahwa presiden kedua kita yaitu M.Soeharto merupakan sosok pemimpin yang berorientasi pada kemakmuran rakyatnya dan menginginkan agar bangsanya maju seperti bangsa-bangsa lain terutama dalam bidang infrastruktur. Selain itu kami juga dibuat kagum dengan pandangan beliau mengenai kesetaraan gender di mana beliau mengutarakan kekaguman nya dengan sosok R.A Kartini yang memperjuangkan hak-hak Wanita untuk dapat mengakses pendidikan yang layak seperti kaum pria.
Beberapa partisipan lain yang kami wawancarai kebanyakan hanya mengetahui informasi dasar mengenai pahlawan. Sehingga kami masih harus memberikan edukasi singkat mengenai profil pahlawan Indonesia dan juga menceritakan perjuangan mereka dengan Bahasa yang informal agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Sehingga dari wawancara yang kami laksanakan dengan pendekatan FGD, kami menarik kesimpulan bahwa masyarakat sekarang masih cenderung asing dengan topik pahlawan. Dalam proses wawancara, kami menunjukkan beberapa foto pahlawan yang nantinya akan ditebak namanya oleh partisipan. Dan hasil menunjukkan bahwa partisipan masih banyak yang tidak mengenali wajah pahlawan dan kalaupun mereka mengetahui nama pahlawan yang kami maksud, mereka masih belum mampu memberikan paparan tentang perjuangan pahlawan tersebut.
ADVERTISEMENT
Sehingga tim kami pun melakukan upaya dengan cara edukasi singkat serta pemberian poster foto pahlawan kepada para partisipan dengan harapan agar wawancara yang kami laksanakan menjadi momen yang akan tetap dikenang dan foto pahlawan yang kami berikan dapat dipajang sebagai bentuk peringatan dan penghormatan atas jasa-jasa pahlawan yang mulai terlupakan.
Nilai-nilai pahlawan sejatinya menjadi salah satu identitas nasionalisme warga negara tanpa terkecuali, khususnya mahasiswa. Oleh karena itu, harapan kami selaku mahasiswa pendidikan Pancasila kelas 8 USU ialah agar keringat dan darah pahlawan yang telah tercurah dalam memerdekakan Indonesia tidak tergantikan dengan media sosial yang saat ini kerap menjadi penyebab kurang nya wawasan masyarakat tentang sejarah pahlawan. Kami juga berharap agar perjuangan pahlawan Indonesia tetap terkenang abadi dalam lubuk hati masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Link video: https://youtu.be/X8N_INVJZys
Referensi: Paramita, A., & Kristiana, L. (2013). Teknik focus group discussion dalam penelitian kualitatif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 16(2), 117-127