Konten dari Pengguna

Derasnya Hasrat Korea Selatan pada Persenjataan Nuklir

Nararya W P
Mahasiswa Akuntansi, FEB, Universitas Gadjah Mada.
15 September 2024 17:09 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nararya W P tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
KM SAM/Foto: DAPA (Defense Acquisition Program Administration) Korea Utara
zoom-in-whitePerbesar
KM SAM/Foto: DAPA (Defense Acquisition Program Administration) Korea Utara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: Nararya W. P.
Semenanjung Korea sejak pecahnya perang hingga kini tidak pernah surut statusnya menjadi titik panas geopolitik dunia. Council on Foreign Relations (CFR) pun pada survei terbarunya menempatkan konflik antara Utara dengan Selatan di Semenanjung Korea pada Tingkatan I berdasarkan faktor berdampaknya pada kepentingan AS dan peluang terjadinya pada tahun 2024.[1]
ADVERTISEMENT
Program nuklir yang selama ini dijalankan oleh Pyongyang merupakan penyebab fundamental yang kemudian menciptakan banyak cabang hingga memicu ketegangan berkepanjangan di semenanjung tersebut. Ketegangan sangat dinamis oleh karena diwarnai berbagai provokasi, baik berupa komentar tajam, penembakan artileri ke dekat garis perbatasan, uji coba peluncuran rudal balistik, hingga pengiriman balon udara berisi sampah dalam jumlah banyak.[2]
Menguatnya ancaman dari Korea Utara (Korut) telah membentuk pikiran banyak warga Korea Selatan (Korsel) untuk mendambakan kehadiran persenjataan nuklir yang lebih nyata di tanah air mereka sebagai alat penangkal, bukan hanya payung nuklir dari Amerika Serikat (AS) yang tidak begitu jelas bagaimana bentuk implementasi yang sebenarnya.
Tulisan ini akan menganalisis faktor-faktor yang menggeser persepsi warga Korsel, dampak bagi kebijakan pemerintah Korsel, serta tantangan yang dihadapi negara tersebut di masa depan dalam merespons tekanan internasional dan menjaga stabilitas regional.
ADVERTISEMENT

Pergeseran Persepsi

Survei terbaru oleh Korea Institute for National Unification (KINU)[3] memberikan realitas yang menarik tentang persepsi warga Korsel atas kepemilikan persenjataan nuklir sendiri. Pertanyaan yang diajukan adalah “Terdapat pendapat bahwa Korea Selatan juga harus memiliki senjata nuklir jika Korea Utara tak mau menanggalkan persenjataan nuklirnya. Bagaimana tanggapan Anda?”. Pilihannya antara sangat setuju, agak setuju, agak tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Hasilnya, pada survei terkini April 2024 terjadi peningkatan kembali dukungan pada angka 66,0% setelah sebelumnya terdapat sedikit penurunan dari 69,0% menuju 60,2%. Sejak tahun 2014, angka tertinggi yang pernah tercapai adalah 71,3% pada Oktober 2021. Namun terlepas dari adanya fluktuasi angka yang sebenarnya masih relatif tipis, sejak 2016, dukungan untuk adanya kepemilikan senjata nuklir bagi Korea Selatan sendiri tak pernah kurang dari 60%.
ADVERTISEMENT
Pergeseran persepsi semakin diperkuat pada momen ketika diberikan pilihan untuk penguatan pertahanan nasional, warga akan lebih memilih kehadiran pasukan AS di Korsel (USFK) atau keberadaan persenjataan nuklir. Hasilnya cukup mengejutkan karena untuk pertama kalinya, pilihan untuk adanya persenjataan nuklir melampaui pilihan untuk adanya USFK. Warga juga semakin tipis kepercayaannya pada kebijakan payung nuklir AS yang turun dari 72,1% pada 2023 menjadi 66,9% pada 2024.
Pergeseran persepsi publik tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan jaminan perlindungan dari AS sudah turun pamornya. Publik merasa kehadiran 28.500 personel USFK[4] di tanah air mereka dan gaung payung nuklir-nya AS selama ini ternyata tidak cukup ampuh untuk dapat meredam Korea Utara dan menggeser jauh perasaan gelisah atas keamanan nasional mereka yang berdampingan dengan negara totaliterisme yang lebih mengutamakan kepala rudal balistik dibanding kepala manusia.[5]
ADVERTISEMENT

Dilema Kebijakan

Presiden Korsel Yoon Suk Yeol pernah menyampaikan bahwa Korsel mempertimbangkan untuk mengembangkan senjata nuklir sendiri atau setidaknya meminta AS untuk menggelar kembali persenjataan nuklir taktis yang pernah ditarik dari Korsel pada 1991 sebagai upaya AS untuk mengurangi persenjataan nuklir secara luas.[6] Hasrat untuk memiliki persenjataan tidak hanya tumbuh dalam dada warga biasa, namun juga dalam pikiran pejabat pemerintahan.
Dalam realitasnya, ide tersebut tidaklah sederhana untuk diwujudkan sekalipun Korsel merupakan salah satu negara dengan kapasitas IPTEK yang unggul dan telah mendapatkan kepercayaan dari negara lain untuk membangun reaktor nuklir.[7] Jika secara nyata mengupayakan pengembangan senjata nuklir sendiri, Korsel akan berhadapan dengan sejumlah tantangan berat dan berharga mahal.
Pertama, sudah pasti memerlukan restu AS. Pada bagian ini AS akan mengkalkulasi banyak hal yang kompleks mulai dari faktor teknis hingga politis, termasuk respons dari dalam negeri. Namun jika pun AS dapat memberikan lampu hijau, masalah belum usai. Kedua, Korsel akan berhadapan dengan dunia internasional dan utang komitmen pada Traktat Nonproliferasi Nuklir. Gelombang sanksi, terutama ekonomi, siap menerjang Korsel.
ADVERTISEMENT
Ketiga, negara seperti Tiongkok atau Rusia tidak dapat dipinggirkan dari pertimbangan. Tiongkok, perihal THAAD (Terminal High Altitude Area Defence) saja sudah murka, apalagi nuklir.[8] Apalagi saat ini Tiongkok merupakan mitra dagang nomor satu bagi Korsel. Kehilangan mitra dagang utama ditambah potensi sanksi tambahan adalah dari dari sekian banyak potensi harga mahal yang harus dibayar jika berkeras dengan ide pengembangan senjata nuklir sendiri.[9]

Potensi dan Peluang

Deklarasi Washington yang dilahirkan di tengah upacara perayaan 70 tahun hubungan persahabatan AS-Korsel, dapat dinilai memberikan jalan yang cukup menggembirakan bagi Korsel atas keinginannya untuk menghadirkan persenjataan nuklir. Deklarasi tersebut telah mengakomodir keinginan Korsel dalam bentuk yang lebih halus yaitu dapat ditempatkannya aset militer strategis AS berkemampuan nuklir di dalam wilayah kedaulatan Korsel.[10]
ADVERTISEMENT
Dengan adanya pembentukan Nuclear Consultative Group (NCG) yang oleh banyak peneliti menyebutnya sebagai bentuk lain dari Nuclear Planning Group (NPG) dari NATO, berpotensi secara perlahan membukakan pintu dan mengenalkan lebih jauh kepada Korsel bagaimana berinteraksi dengan persenjataan nuklir entah sebagai alat tangkal maupun alat agresi.
Dengan mempertimbangkan biaya ekonomi, faktor teknis, dan daya tangkal yang lebih bergengsi dibanding persenjataan konvensional, membekali nuklir taktis untuk Korsel adalah jalan yang relatif aman alih-alih memberikan ruang bagi Korsel mengembangkan sendiri atau hanya menggeser alutsista strategis AS secara periodik ke Semenanjung Korea.[11]
Dengan statusnya sebagai negara yang sedang tumbuh industri pertahanannya yang kemudian dipercaya untuk memasok alutsista bagi banyak negara,[12] Korsel masih memiliki potensi dan peluang untuk dapat menggenggam senjata nuklir taktis untuk menyempurnakan kemampuannya di persenjataan konvensional. Dengan begitu, doktrin 3K yaitu Kill Chain, KAMD (Korea Air and Missile Defense), dan KMPR (Korea Massive Punishment and Retaliation), untuk menghalau Korea Utara menjadi lebih bertenaga.[13]
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Tipisnya perwujudan bentuk perlindungan yang tegas dari AS bagi Korea Selatan menimbulkan trust issue yang makin hari makin besar di dalam negeri Korsel. Publik ingin sesuatu yang jauh lebih konkrit dari sebuah kebijakan payung nuklir yang masih sangat ambigu soal implementasi dan panduan teknisnya.
Menguatnya keinginan dari publik Korsel terhadap kepemilikan sendiri atas persenjataan nuklir atau setidaknya nuklir taktis AS yang diletakkan dalam gudang senjata Korsel, merupakan ekspresi keresahan yang mendalam atas berbagai provokasi yang selalu meneror. Dari waktu ke waktu kian agresif, dari masa ke masa semakin banyak membuat kemajuan.
Dilema atas kebijakan pertahanan dan keamanan yang dialami oleh Korsel merupakan realitas yang sering dihadapi oleh berbagai negara. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari globalisasi dan keadaan dunia yang tak lagi bipolar seperti tiga dekade yang lampau. Tinggal tugas rezim yang sedang berkuasa untuk merumuskan keputusan yang bijak dan tak menambah panas ketegangan.
ADVERTISEMENT
***

Referensi

1. Paul B. Stares. Conflicts to Watch in 2024. Council on Foreign Relations. January 2024. Accessed September 14, 2024. https://www.cfr.org/report/conflicts-watch-2024
2. Center for Strategic & International Studies. Database: North Korean Provocations. Beyond Parallel. December 20, 2019. Accessed September 14, 2024. https://beyondparallel.csis.org/database-north-korean-provocations/
3. Sang Sin Lee, Tae Eun Min, Juhwa Park, Moo Chul Lee, Kwang Il Yoon, Bon Sang Koo. Executive Summary: KINU Unification Survey 2024. Korea Institute for National Unification; 2024. Accessed September 14, 2024. https://www.kinu.or.kr/eng/board/view.do?nav_code=eng1678858138&code=78h7R6ucKsuM&idx=24481
4. Choi D. Combined command in South Korea completes ‘historic’ move to Camp Humphreys. Stars and Stripes. November 15, 2022. Accessed September 14, 2024. https://www.stripes.com/branches/army/2022-11-15/combined-command-usfk-un-korea-humphreys-8058722.html
5. Human Rights Watch. “A Sense of Terror Stronger than a Bullet.” Human Rights Watch. March 7, 2024. Accessed September 14, 2024. https://www.hrw.org/report/2024/03/07/a-sense-of-terror/stronger-than-a-bullet-the-closing-of-north-korea-2018%E2%80%932023
ADVERTISEMENT
6. Hun CS. In a first, South Korea declares nuclear weapons a policy option. The Japan Times. January 13, 2023. Accessed September 15, 2024. https://www.japantimes.co.jp/news/2023/01/13/asia-pacific/south-korea-nuclear-weapons-policy/
7. Alfie Shaw. South Korea’s KHNP selected to build Czech nuclear power plant. Power technology. July 18, 2024. Accessed September 15, 2024. https://www.power-technology.com/news/south-koreas-khnp-has-been-selected-to-build-a-nuclear-power-plant-in-the-czech-republic/
8. Volodzko DJ. China wins its war against South Korea’s US THAAD missile shield – without firing a shot. South China Morning Post. November 18, 2017. Accessed September 15, 2024. https://www.scmp.com/week-asia/geopolitics/article/2120452/china-wins-its-war-against-south-koreas-us-thaad-missile
9. Santander. South Korean foreign trade in figures. Santander Trade Markets. July 2024. Accessed September 15, 2024. https://santandertrade.com/en/portal/analyse-markets/south-korea/foreign-trade-in-figures#haut
10. Ministry of Foreign Affairs. Washington Declaration View. MoFA Republic of Korea. April 28, 2023. Accessed September 15, 2024. https://www.mofa.go.kr/eng/brd/m_25772/view.do?seq=14&page=1
ADVERTISEMENT
11. United States Forces Korea. USS Kentucky arrives in the Republic of Korea. United States Forces Korea. July 18, 2023. Accessed September 15, 2024. https://www.usfk.mil/Media/Press-Products/Press-Releases/Article/3461511/uss-kentucky-arrives-in-the-republic-of-korea/
12. Tian N, Silva DL da, Liang X, Scarazzato L. Trends in World Military Expenditure, 2023. Stockholm International Peace Research Institute. April 2024. Accessed September 15, 2024. https://www.sipri.org/publications/2024/sipri-fact-sheets/trends-world-military-expenditure-2023
13. Jung D. South Korea’s Revitalized “Three-Axis” System. Council on Foreign Relations. January 4, 2023. Accessed September 15, 2024. https://www.cfr.org/blog/south-koreas-revitalized-three-axis-system