Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
6 Elemen Budaya Moral Positif di Sekolah
5 September 2017 11:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Nardis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika ditanya siapa pemimpin di sekolah? jawabnya pasti kepala sekolah, dan jika ditanya siapa pemimpin dalam proses pembelajaran di kelas? jawabnya pasti guru. Guru yang memimpin jalannya proses pembelajaran dan guru yang memberikan contoh tauadan kepada siswanya. Ketika guru menjadi tauladan bagi siswanya, lalu siapakah yang menjadi tauladan bagi guru disekolah? Jawabnya kepala sekolah. apakah hal itu benar adanya? Harusnya seperti itu, bukan hanya menjadi tauladan bagi guru melainkan juga bagi para siswanya.
ADVERTISEMENT
Namun hanya sebagian kecil kepala sekolah yang menjadi tauladan. Ini bukan tanpa alasan. Banyak kepala sekolah yang melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji. Misalnya yang terjadi di kota padang baru-baru ini (14 juni 2017), Tim Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) kota setempat baru saja meringkus dua orang yang diduga melakukan pungli. Mirisnya pelaku adalah kepala sekolah keagamaan alias madrasah. Dia adalah Chandra Karim, Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Gunungpangilung, Kota Padang dan Rahmi Jandras, Wakil Kepala MTsN Model Gunungpangilun Padang bidang humas) (jawapos.com).
Jika pemimpin sudah melakukan hal yang seperti itu, tidak menutup kemungkinan para bawahan akan terjerumus ke lubang yang sudah digali pemimpinnya sendiri. misal seorang kepala sekolah menginstruksikan anggaran dana sekian persen untuk hal yang sebenarnya, dana yang digunakan tidak sebanyak itu, maka bawahan telah berada dilingkaran tindak kejahatan yang berindikasi korupsi. Apa lagi mendapatkan persenan yang tidak tahu darimana datangnya.
ADVERTISEMENT
Masalah moral bukan hanya ada pada kepala sekolah, melainkan juga terjadi pada guru dan siswa itu sendiri. misal banyak guru yang melakukan tindakan asusila kepada siswa (Pedopilia) dan kasus terhangat di tahun ini yaitu banyaknya siswa yang melakukan tindakan Bulying, baik ke siswa maupun gurunya sndiri. Sungguh zaman sekarang, zaman yang serba teknologi, telah krisis akan budaya moral. Oleh karena itu, penting sekali membangun Budaya Moral yang Positif Di Sekolah agar seluruh warga sekolah menjadi lebih beradab dan berkarakter.
Untuk membangun budaya ini, bisa dimulai dari hal-hal kecil yang dapat mengembangkan budaya sekolah yang positif, melaui peran kepemimpinan kepala sekolah, guru dan seluruh waraga sekolah tentunya.
ADVERTISEMENT
Thomas Lickhona dalam bukunya “Educating For Character” (2016) menawarkan enam elemen budaya moral positif yang dapat diterapkan di sekolah::
1. Kepala sekolah menyediakan kepemimpinan moral dan akademik dengan cara:
a. Menyatakan visi sekolah
b. Memperkenalkan tujuan dan strategi dari program nilai-nilai moral positif kepada seluruh staf sekolahan
c. Merekrut partisipasi dan dukungan orang tua
d. Memberikan teladan nilai-nilai sekolah memalui interaksi dengan staf, murid dan orang tua
2. Sekolah menciptakan disiplin efektif yang dilakukan dengan cara:
a. Mendefenisikan dengan jelas aturan sekolah dan secara konsisten, serta adil mendorong stakeholder
b. Mengatasi masalah disiplin denagan cara yang mendorong menumbuhkan moral siswa
c. Memastikan aturan dan nilai sekolah ditegakan dalam seluruh lingkungan sekolah dan bergerak tangkas untuk menhentikan tindakan kekerasan dimanapu terjadi
ADVERTISEMENT
3. Sekolah menciptakan kepekaan terhadap masyarakat dengan cara:
a. Menumbuhkan keberanian stakeholdes sekolah untuk mengekspresikan apresiasi mereka atas tindakan peduli trhadap orang lain
b. Menciptakan kesempatan bagi setiap murid untuk mengenal seluruh staff sekolah dan murid di kelas lain
c. Mengajak sebanyak mungkin murid untuk terlibat di kgiatan ekstrakurikuler
d. Menegakkan sikap sportivitas
e. Menggunakan nama sekolah untuk mendorong masyarakat dengan nilai-nilai baik
f. Setiap kelas diberi tanggungjawab untuk berkontribusi dalam kehidupan sekolah
4. Sekolah dapat menggunakan pengelolaan murid yang demokratis untuk meningkatkn pengembangan warga masyarakat dan taggung jawab berbagi sekolah dengan cara:
a. Menyusun kepengurusan siswa untuk memaksimalkan partisipasi siswa dan interakasi di antara siswa sekelas dan dewan siswa
ADVERTISEMENT
b. Membuat dewan siswa ikut bertanggung jawab terkait dengan masalah dan isu yang memiliki pengaruh nyata pada kualitas kehidupan sekolah
5. Sekolah dapat menciptakan moral komunitas antar orang dewasa dengan cara:
a. Memberikan waktu dan dukungan untuk staf sekolah untuk bekerja bersama dalam menyusun bahan pelajaran
b. Melibatkan staf melalui kolaborasi pembuatan keputusan sesuai dengan bidangnya masing-masing
6. Sekolah dapat meningkatkan petingnya kepedulian terhadap moral dengan cara:
a. Memoderasi tekanan akademis sehigga guru tidak mengabaikan pengembanagan sosial-moral siswa
b. Menumbuhkan kepercayaan diri guru untuk menghabiskan banyak waktu untuk mengurusi moral siswa
Elemen diatas dapat dilaksanakan jika terjalin kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru, dan semua warga sekolah dalam menciptakan lingkungan bermoral, dimana akan ada banyak fase kehidupan bertemu untuk membentuk nilai-nilai yang baik dalam sekolah tersebut.
ADVERTISEMENT
“ Jika kita ingin para murid memiliki moral yang baik, maka sekolah sendiri harus menjadi institusi yang bermoral” – Janet Brodesser, Guru, Brockport, New York -