Konten dari Pengguna

Afi dan Gilang Dalam Buku Thomas Lickona

4 Juni 2017 16:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nardis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Afi dan Gilang Dalam Buku Thomas Lickona
zoom-in-whitePerbesar
Afi dan Gilang Dalam Buku Thomas Lickona (1)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sebuah tulisan bisa memberikan dampak yang luar biasa bagi para pembacanya. Contohnya baru-baru ini, kita telah digemparkan dengan sebuah tulisan yang sangat kontroversial tentang masalah “Warisan” yang ditulis oleh Afi Nihiya Faradisa ,siswi asal Bayuwangi yang duduk di bangku SMA.
ADVERTISEMENT
Tulisan yang membahas tentang isu masalah toleransi antar umat beragama ini, banyak menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, baik dari para pelajar, politikus, hingga pada pemerintahan. Contohnya datang dari pelajar indonesia yang kuliah di jepang yaitu Gilang Kazuya Shimura.
Gilang memberikan tulisan balik untuk menaganggapi tulisan dari Afi tersebut. namun lagi-lagi tulisan tersebut menuai pro dan kontra. Ada yang mengatakan tulisan tersebut kurang nyambung atau kuarng tepat untuk membalas tulisan dari afi yang dikarekan sudut pandangnya berbeda dan ada yang mengatakan itu sudah benar, karena berlandaskan dari agama.
Berangkat dari hal itu, kita harus bisa belajar untuk menilai dengan bijak. Ada saran yang bagus dari Filsfuf Jon Moline dalam buku Thomas Lickhona dengan Judul “Educating For Character” (2013: 380) yang mengatakan bahwa salah satu kualitas penilaian yang bijak adalah mencari saran dari orang yang lebih berpengalaman ketika kita harus membuat keputusan yang sulit.
ADVERTISEMENT
Jika dikaitkan dengan tulisan dari Afi dan Gilang, tulisan itu muncul akibat kegalauan dari mereka terhadap realita yang ada, sehingga mereka memutuskan untuk mengekspresikan kegalauannya dalam bentuk tulisan yang tersebar di Sosial media sekarang ini.
Di buku tersebut menjelaskan bahwa secara tradisional, orang yang menghadapi keputusan yang sulit telah mencari saran dari orang-orang yang dihormati: orang tua, kakek dan nenek, guru, kakak perempuan dan laki-laki, teman baik, dan guru spiritual.
Dari sini kita bisa mengambil pembelajaran bahwa, sebelum kita mengambil keputusan dalam menyebarkankan kagalauan kita, alangkah baiknya kita minta saran dari orang-orang yang mungkin lebih tahu dari kita atau ahli dibidangnya untuk mengatasi masalah kegalauan tersebut. Sehingga masalah tulisan yang viral seperti ini, tidak menjadi perhatian utama bagi masyarakat, khususnya bagi orang yang tahu ataupun sok tahu. Karena masih banyak masalah di negara kita ini yang harus dibenahi, khususnya di bidang pendidikan.
ADVERTISEMENT
Pendidikan ini sangat penting untuk dibenahi, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin bijak orang dalam bertindak. Akan tetapi, semakin tinggi pendidikan seseorang, belum juga bisa menjamin prilaku baik yang di lakuakan. Olehnya itu, jangan jauh-jauh memikirkan permasalahan yang ada di luara sana, pikirkan dulu, apakah karakter yang baik itu ada dalam diri kita atau belum. Kalau belum, maka belajarlah untuk berbuat baik dalam bulan Ramadhan ini. karena untuk menciptakan toleransi antar umat beragama, dibutuhkan karakter yang baik dari tiap individunya, tentu sesuai dengan keyakinan masing-masing.