Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Guru Gila
31 Agustus 2017 13:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Nardis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika guru dikenal dengan sosok berpenampilan yang rapi dan selalu ditandai dengan baju ala kehijauan sebagai abdi negara , di Festival Guru Kreatif tidak demikian. Guru-guru SGI XXI berpenampilan beda dengan guru pada umunya. Hal itu dilakukan untuk menjawab dari tantangan dari pengelola yang menginstruksikan untuk berpenampilan sesuai tokoh idola. Tidak tanggung-tangung, ada yang berpenampilan sebagai penyanyi, tokoh kartun dan tokoh pahlawan karena mengingat hari itu masih memperingati HUT RI yang Ke-72.
ADVERTISEMENT
Penampilan yang berbeda ini bukan tidak memiliki arti, namun dari penampilan ini, kami menceritakan inspirasi apa yang bisa diambil dari tokoh ini. mulai dari prilaku keseharian, prestasi dan pengalaman hidup yang dimiliki. Mungkin jika penampilan ini dilihat oleh orang dewasa yang notabennya sudah mengetahui bagaimana penampilan guru seharusnya, Mereka akan menganggap bahwa guru itu GILA, guru itu tidak waras, atau guru itu baru keluar dri rumah sakit jiwa. mendengar pernytaan itu, cukup jawab saja dengan satu kata "Ia".
Ia, kami memang GILA, gila untuk membuat anak-anak senang dalam pembelajaran kami, gila untuk membuata anak-anak penasaran mengenai materi apa yang akan diajarakan, dan gila untuk membuat anak-anak antusias dalam pembelajaran kami. Kami memang tidak sewaras guru lain yang hanya mementingka materi belaka.
ADVERTISEMENT
Menurut Toto Tasmara (2006: 43) persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh pengindraan (senses), orang-orang tertarik dan terpengaruh oleh penampilan. Jika dikaitkan dengan penampilan seorang guru, maka jelaslah bahwa hal pertama yang dilihat dan menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran di kelas adalah penampilan seorang guru itu sendiri.
Di Festival Guru Kreatif ini, bukan hanya penampilan rambut yang rapi, badan yang tegak dan baju yang bersih diajarakan, namun kami dituntut untuk kreatif berpenampilan yang unik, out of the box yang sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan. Semua itu dilakukan agar siswa suka dengan gurunya, terutama pembelajaran yang dilakukan.
Selain berpenampilan menarik, Rumah Mentor (2014) menawarkan beberapa tips agar siswa menyukai gurunya, diantaranya adalah:
ADVERTISEMENT
1. Mudah Tersenyum
Siswa paling suka kepada guru yang mudah tersenyum. Lebih menyenangkan lagi jika senyuman tersebut diselingi dengan sapaan. Guru yang ‘mahal’ senyum akan terkesan sangar dan sudah pasti tidak disukai siswa. Satu pesan buat anda, walaupun siswa suka dengan guru yang mudah tersenyum, jangan terlalu mengumbar senyum apalagi sampai senyum-senyum sendiri tanpa ada orang lain di sekitar anda !
2. Humoris
Belajar dengan serius memang harus diutamakan. Tetapi jika dalam penyampaian materi ajar yang dilakukan guru terlalu serius maka yang terjadi adalah siswa menjadi bosan. Akibatnya tujuan pembelajaran yang telah dicanangkan bisa-bisa tidak tercapai. Selingi dengan humor ringan (jangan yang berat, anda bukan pelawak) ketika anda menyampaikan materi yang serius agar pembelajaran menjadi mengasyikkan dan siswa anda tetap fresh
ADVERTISEMENT
3. Menguasai bahan ajar
Rupanya ada guru yang kurang/tidak menguasai bahan ajar? Ada ! Tanya saja pada diri kita sendiri, terus jawab saja sendiri-sendiri (canda). Jujur, kita pasti pernah menemukan sosok guru yang sedang menyampaikan bahan ajar di depan kelas dengan bolak-balik melihat ke buku atau catatan yang ada di mejanya. Menurut anda, bagaimana penilaian siswa terhadap guru yang demikian?
4. Menyampaikan materi pembelajaran melalui permainan
Rupanya? Jangan dilanjutkan. Aku pernah membuat survey di kelasku dengan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana, diantaranya : “Pelajaran apa yang paling kamu sukai?” Apa jawaban dari mereka? Tanpa sengaja mereka sepakat : “Penjas, Pak!” Kusimpulkan bahwa ternyata mereka lebih menyukai pelajaran yang disampaikan lewat permainan. Tantangan buat anda, ciptakanlah teknik pembelajaran yang dalam cara menyampaikan materinya dilakukan lewat permainan. Ingat! Bukan belajar sambil bermain, tapi bermain untuk belajar yang benar-benar untuk belajar. Kalau anda belum mampu menemukan teknik yang tepat seperti halnya saya, sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu ajak keluar semua siswa anda. Sebagai tahap awal lakukan proses pembelajaran dengan suasana santai misalnya di bawah pohon. Sayangnya cara seperti ini hanya sesuai untuk jumlah siswa yang relatif sedikit.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa tips di atas, semuanya bisa guru lakukan, tinggal mengumpulkan motivasi untuk melakukannya, marilah bersama-sama menjadi Guru yang GILA, gila untuk mengubah pembelajaran yang monoton menjadi menyenangkan dan gila untuk menjadi guru yang bukan biasa-biasa saja. Cintailah profesi guru bukan karena materi, tapi karena pengabdian yang mulia dan ibadah kepada ALLAH SWT.