Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memperdebatkan Isu Etis Naufal Raziq Dalam Ilmu Pengetahuan
11 Juni 2017 22:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Nardis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masih ingat dengan Naufal Raziq, siswa MTSN dari aceh Timur yang menemukan energi listrik dari pohon kedondong yang bisa menerangi puluhan rumah di desanya. Dengan temuannya itu, bocah yang baru berusia 15 tahun ini mendapatkan banyak tawaran beasiswa, mulai dari beasiswa luar negeri maupun dalam negeri. Namun, dari sekian banyaknya tawaran beasiswa tersebut, ia menjatuhkan pilihannya kepada tawaran beasiswa dari Kementrian Agama yaitu melanjutkan pendididikannya di MAN 3 Malang, Jawa Timur. Saya bangga dengan bocah ini, yang lebih memilih Lembaga Pendididkan Islam di banding sekolah umum/ luar negeri di turki yang sempat ditawarkan kepadanya.
ADVERTISEMENT
Namun belakangan ini, kasus dari Naufal Raziq ini, menjadi Viral tatkala disandingkan dengan bocah Afi Nihiya Faradisa yang berkat tulisannya mengenai “Warisan” sehingga di undang oleh Presiden ke Istana. Tanggapan masyarakat pun bermunculan, pro dan kontra pun tak terelakan. Banyak yang menganggap, seharusnya Naufal Raziqlah di undang ke istana karena dengan temuannya yang bermanfaat, namun ada juga yang bilang, Afi Nihiya Faradisalah yang memang pantas mendapatkan itu, karena dengan tulisannya dapat menjaga keutuhan pancasila dan nasionalisme indonesia terhadap perbedaan yang ada.
Dari kasus ini, munculah tulisan dari R. Andika Putra Dwiyanto, S.T. (Alumni Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada, asisten penelitian TAHRops bidang Proteksi radiasi) (www.mustanir.com). Dalam tulisannya yang berjudul ‘Delusi Listrik Kedondong dan Riset Salah Arah” menceritakan bahwa penemuan dari Naufal Razik sudah pernah dilakukan dan tidak bisa menjadi alternatif untuk sumber listrik. Dia menganggap lisrik kedondong itu tidak berguna dalam skala pemakaian wajar. Walaupun dalam tulisannya Andika Putra Dwiyanto kalimat “tidak berniat untuk meruntuhkan semangat riset Dik Naufal”, namun kalau dibaca secara keseluruhan, tulisan ini mengarah agar riset ini di berhentikan karena tidak berguna.
ADVERTISEMENT
Sungguh disayangkan, disaat anak bangsa lagi semangatnya untuk menjadi seorang ilmuan, ada saja orang yang boleh dikata tidak senang dengan kesenagan orang lain, meskipun mungkin penemuannya tidak terlalu wah bagi para ilmuan senior, KATANYA. Tapi apakah yang dilakukan bocah ini tidak berguna. Kenapa ilmuan senior tidak merangkulnya untuk mengembangkan idenya yang mungkin ada kesalahan arah? Apakah dulu kita waktu duduk di SMP/MTSN pernah berpikir untuk melakukan penemuan ini. bukankah ini ciri bahwa adanya kemajuan dari pendidikan bangsa. Yang dulu hanya mengikuti instruksi buku tanpa melakukan percobaan lain. bukankah ini tindakan yang baik, yang niat dari seorang bocah hanya ingin menciptakan energi listrik alternatif, yang kita tahu bersama bahwa tarif harga listrik dari waktu ke waktu mengalami kenaikan. Bukankah bocah ini lebih baik dibanding kita yang dulu duduk di SMA bahkan Perguran Tinggi. disaat anak-anak berlomba masuk ke sekolah umum atau sekolah luar negeri, dia lebih memeilih sekolah di MAN, bukankah itu pilihan yang baik. Yang bisa mengangkat citra lembaga pendidikan agama islam ketika dia bisa berprestasi di dalamya.
ADVERTISEMENT
Naufal berpesan kepada anak-anak indonesia untuk terus belajar menuntut ilmu setinggi mungkin. “Dan yang terpenting jangan terjerumus ke narkoba” ujar Naufal (Beritagar.id). saya bangga denagan mu dik, disaat anak-anak yang lain terlena dengan dunia maya, engkau dengan semangatnya berjuang keras mencapi cita-cita dan tahu mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan
Namun, dari isu ilmu pengetahuan kontroversial ini, kita dapat mengambil pelajaran berhara didalamnya. Perdebatan ilmu pengetahuan seperti ini bisa memberikan kita pencerahan. Contohnya. Apa tujuan dalam penemuan ini? bagaimana seharusnya tanggapan pemerintah tentang kasus ini? haruskah Naufal diberikan pengharagaan atas penemuannya ini?. Dari pertanyaan ini, kita bisa mendapatkan hal yang baik untuk kita pelajari. Sehingga dalam perdebatan isu etis dalam ilmu pengetahuan ini, kita bisa melihat etika yang ada didalamnya.
ADVERTISEMENT
Jika kasus ini ditarik dalam pendidikan, menurut Catherine Geffel (Thomas Lichona, 2015: 394), dalam monografinya “Socially Responsible Education” (Pendidikian Ilmu Pengetahun yang Bertanggung jawab Sosial), berpendapat persuasif bahwa pertimbangan isu kontroversial memiliki peran penting yang khusus yang berperan dalam pendididkan ilmu pengetahuan. Memperdebatkan isu kontroversial akan menghilangkan gagasan bahwa ilmu pengetahuan itu bernilai bebas dan dapat disebut selalu memberikan jawaban yang benar. sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam isu kontiversial yang ada adalah menggabungakan pembelajaran keilmuan dengan perdebatan etika. Dengan ditanagani dengan baik, debat etika tentang topik ini, dapat mengajarkan peserta didik mempelajarai suatu persoalan secara mendalam, mengembangkan argumen yang beralasan untuk suatu posisi, menyatakan argumen-argumen tersebut di depan publik, dan mendengarkan, serta merespon terhadap sudut pandang yang diberikan. Dan yang terpenting berlandaskan agama yang kita anut.
ADVERTISEMENT