Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
SOCRATES SEBAGAI GURU SAYA
28 Mei 2017 23:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Nardis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak kenal dengan socrates, seorang fisuf dari Athena yang merupakan gurunya para ahli filsafat. Socrates adalah yang mengajar Plato dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.
ADVERTISEMENT
Salah satu metode yang digunakan socrates dalam mengajar adalah dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling berdiskusi dan dihadapkan dengan deretan pertanyaan sehingga diharapkan peserta diskusi (siswa) dapat menemukan jawabannya, saling membantu dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
Dasar filsafat dari metode yang digunakan oleh socrates ini adalah setiap individu anak didik telah ada potensi untuk mengetahui kebenaran dan kebaikan serta kesalahan. Ibarat siswa datang ke sekolah bukan dengan kepela yang kosong, melainkan dengan pengetahuan yang ia daptkan dari linkungannya, baik dari komunikasi masyarakat maupun dari media informasi.
Sebenarnya metode yang di lakukan oleh Socrates ini, sering digunakan untuk membahas isu-isu yang terkait dengan kehidupan manusia yang mempertanyakan soal-soal yang terkait dengan kebaikan, moral dan keadilan.
ADVERTISEMENT
Belajar dari metode yang digunakan oleh guru Plato ini, kita bisa menerapkannya dikelas yaitu dengan melontarkan pertanyaan yang bisa membangkitkan diskusi moral yang ada di dalam kelas. Contoh mengenai “mahasiswa yang membunuh dosennya” dari tema tersebut kita bisa mengetahui sampai mana pengetahuan moral yang didaptkan oleh siswa kita.
Ada contoh real yang mungkin bisa di diskusikan oleh para siswa. Kejadian ini saya alami di kelas saya sendiri. Saya sempat berada dalam sebuah diskusi kelompok yang terjadi interaksi tanya jawab antara pemateri dan penanya. Di diskusi tersebut, penanya bertanya mengenai materi yang dianggap keliru disampaikan oleh pemateri. Sehingga pemateri menjawab namun belum sepenuhnya diterima oleh penanya. Sehingga guru bertindak sebagai penengah atau meluruskan jawaban dari si pemateri. Setelah guru meluruskan, akhirnya penanya bisa menerima.
ADVERTISEMENT
Namun dihati pemateri merasa jengkel terhadap penanya, muncul rasa keegoisan antara pemateri dan penanya. Padahal mereka berdua bisa dikatakan saudara karena tinggal dalam satu rumah walaupun tidak sedarah. Sampai saatnya pemateri ingin berdiskusi lanjut dengan si penanya, namun si penanya seakan tidak mau mendengarkan padahal cara mendengarkan si penanya memang seperti itu, namun si pemateri menganggap si penanya tidak menghargainya. Hingga sampai saat ini belum ada kabarnya bahwa mereka sudah baikan atau belum.
Dari kejadian diatas, kira-kira menurut pembaca seperti apa? Silahkan di jawab dengan kolom kometar yang telah disediakan oleh media dari wadah tulisan saya ini. semoga pemikiran dari pembaca bisa menjadi refleksi bagi saudara saya yang mengalami kejadian ini. Saya beterimakasih kepada Guru Socrates yang telah memberikan saya ilmu mengenai metode bagaimana cara mengatasi permasalahn moral yang terjadi di kelas kita. Dan semoga ilmu ini bisa ditularkan kepada guru-guru di Indonesia yang masih menganggap siswanya sebagai botol kosong.
ADVERTISEMENT