Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Adat Pernikahan Bugis yang Disebut Mirip Pernikahan Pangeran Mateen
23 Mei 2024 18:56 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nasha Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Minggu, 14 Januari 2024 telah resmi ditetapkan menjadi hari patah hati sedunia karena Pangeran Mateen Bolkiah dari Brunei atau yang kerap kita kenal dengan Prince Mateen, telah melangsungkan pernikahan dengan Anisha Rosnah dengan megah dan khas pernikahan Kerajaan adat Brunei Darussalam. Rangkaian 10 hari pernikahan mewah tersebut sukses menjadi pusat perhatian di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Pernikahan yang bertaburkan adat istiadat khas negara sultan itu sukses menjadi perhatian warga Indonesia. Pasalnya, Pangeran Mateen pernah menjadi idola kaum hawa di Indonesia. Pernikahan tersebut bukan hanya megah dan mewah, melainkan juga mirip dengan prosesi pernikahan adat Bugis di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Suku Bugis adalah salah satu dari banyak kelompok etnis di Indonesia yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan. Tak berbeda dengan suku-suku lainnya, suku Bugis mempunyai beberapa adat istiadat dan ritual khas yang melekat secara turun-menurun di setiap generasinya. Prosesi pernikahan suku Bugis kerap disebut mirip dengan prosesi pernikahan adat khas Brunei Darussalam. Inilah 5 prosesi pernikahan khas adat istiadat suku Bugis:
Mappanre Temme
Mappanre berasal dari bahasa Bugis yang berarti memberi makan, sementara temme berarti tamat. Tradisi ini menjadi kebiasaan masyarakat Bugis untuk selalu memberi apresiasi terhadap orang yang berhasil khatam Al-Qur'an dengan cara memberi makanan kepada orang tersebut. Biasanya prosesi ini dilakukan oleh calon pengantin tepat di sore hari sebelum hari pernikahan tiba dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an langsung dari calon mempelai.
ADVERTISEMENT
Mappasau Botting
Prosesi ini adalah ritual perawatan pribadi oleh calon pengantin wanita sebelum hari pernikahannya yang biasanya dilakukan selama 3 hari. Ritual ini bertujuan mengeluarkan seluruh keringat yang tidak baik dari tubuh calon mempelai perempuan dan dilanjutkan dengan pemakaian bedak hitam yang terdiri dari jeruk nipis dan asam jawa untuk mencerahkan kulit mempelai.
Mappaci
Mappaci adalah ritual yang memiliki makna kedua calon pengantin disucikan jiwa dan raganya dari segala bentuk keburukan yang pernah dilakukan. Prosesi ini menggunakan pacci yang diusapkan ke telapak tangan calon pengantin. Tamu undangan yang hadir untuk mengikuti upacara atau prosesi mappaci biasanya berasal dari keluarga dengan status sosial yang dinilai baik oleh masyarakat.
Mappenre Boting
Mappenre boting adalah prosesi mengantar mempelai pria ke rumah sang mempelai wanita dengan iring-iringan tanpa kehadiran orang tua. Dilanjutkan dengan ritual penyambutan kedatangan mempelai pria yang disebut dengan madduppa boting.
ADVERTISEMENT
Mappasikarawa
Prosesi ini dilakukan setelah akad nikah berlangsung. Dalam prosesi ini, mempelai pria akan dituntun menuju kamar pribadi pengantin wanita untuk menemui istri yang telah dipersuntingnya.
Dengan memelihara tradisi dan adat istiadat, suku Bugis menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya Indonesia, yang tidak kalah megah dan menarik dibandingkan dengan pernikahan kerajaan seperti yang dialami Pangeran Mateen.
sumber : https://www.bridestory.com/id/blog/12-rangkaian-prosesi-pernikahan-adat-bugis-yang-penuh-makna-mendalam