Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
The Truman Show Delusion: Jangan-jangan Sedang Diawasi?
28 November 2022 7:40 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari NASHWA SALSABILLA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dikenal dengan The Truman Show Delusion karena fenomena psikologis ini ditemukan setelah rilisnya film yang disutradarai oleh Peter Wier dan diperankan oleh Jim Carrey berjudul The Truman Show. Daripada bingung mengenai fenomena psikologis The Truman Show Delusion, mending kita bahas dahulu film ini.
ADVERTISEMENT
Film The Truman Show mengisahkan perjalanan hidup Truman Burbank yang bekerja sebagai sales asuransi. Truman menjalani kehidupannya yang tenang meskipun flat. Pengalaman pertama Truman berlayar bersama ayahnya menyisakan trauma, trauma inilah yang menahannya untuk keluar dari zona aman dan nyaman walau dia memiliki hasrat untuk bertualang di luar pulau Seahaven, sebuah pulau fiksi dalam film ini. Sebelum kita bahas lebih lanjut, tulisan ini mengandung spoiler berat yang mungkin akan mengurangi euphoria kalian saat menonton film ini, bagi kalian yang benci spoiler disarankan untuk tonton dahulu (di platform legal tentunya).
"Di mana letak delusinya? Cuma film komedi". Banyak dari kalian yang mungkin berasumsi akan lebih terhibur dengan tawa ketika menonton film ini dibanding merasa terganggu. "Pemeran utamanya Jim Carrey, jelas komedi". Asumsi tersebut mungkin bisa dibenarkan mengingat daftar peran Jim di film-film terdahulu. Namun, lelucon-lelucon khasnya mungkin hanya dapat menghibur hingga pertengahan film, karena sisanya penonton akan dibuat shock mendekati puncak film.
ADVERTISEMENT
Mari kita mulai pembahasannya, Truman Burbank menjalani sepanjang hidupnya di Seahaven (at least, itu yang terjadi sebelum akhir film). Truman tak pernah merasakan keganjalan di balik hidupnya yang jauh dari kata normal. Hal ini dapat dijelaskan melalui landasan yang dikemukakan Rangaswami.
Lingkungan berpengaruh besar terhadap proses belajar individu. National Institutes of Health pada proyek Connectome manusia, memungkinkan pemetaan otak dan mengklarifikasi bagaimana faktor epigenetik dan neuroplastisitas membantu perkembangan otak sebagai respons terhadap pengaruh lingkungan seperti faktor budaya, nutrisi dan hormonal serta latihan fisik (Rangaswami, 2021). Sebagai contoh, anak Amerika yang tidak ditegur saat memanggil orang dewasa dengan nama dan berbicara santai akan berpikir itu hal yang wajar.
Hal yang sama terjadi pada Truman, sepanjang hidupnya menyaksikan orang di sekitarnya menggunakan produk rumah tangga layaknya bintang iklan, Truman tidak menganggapnya aneh karena hal itu terus dilakukan. Semua kecurigaan Truman dimulai dari kejanggalan-kejanggalan lain mulai disadari seperti hujan yang kerap mengikutinya, gadis yang ditaksir Truman saat muda menghilang, finger crossed sign istrinya pada potret pernikahan mereka, petugas polisi yang tahu namanya, aktivitas jalanan yang sama setiap hari, dll.
ADVERTISEMENT
Perlahan-lahan akhirnya Truman mendapati bahwa dirinya berada dalam acara realitas. Pulau Seahaven sengaja dijadikan simulasi kehidupan yang mempertontonkan kehidupan Truman Burbank dari bayi hingga dewasa dan terdapat kamera di seluruh titik di pulau itu untuk memantau pergerakan Truman. Truman merasa dibohongi karena seluruh kru acara membuatnya trauma pada laut hanya untuk menahannya di Seahaven, Truman akhirnya memberanikan diri untuk berlayar hingga menemukan jalan keluar dan kembali ke dunia nyata.
Baik, sekarang mari bahas efek delusi yang disebabkan film ini. Mampukah fiksi menanamkan gangguan pada individu? Di forum diskusi para praktisi dan akademisi di bidang psikologi banyak yang membantah jika film dapat menyebabkan delusi, sebagian beranggapan bahwa fenomena ini hanyalah variasi dari Persecutory Delusion dan Grandiose Delusion (Gold, 2002). Gangguan Persecutory Delusion merupakan gangguan di mana individu menganggap bahwa pihak luar bermaksud buruk, berniat mencelakai dan merugikannya, dalam kasus ini, individu merasa dibohongi dan dikhianati. Bayangkan jika keluarga dan pasangan yang kita cintai ternyata hanya membaca skrip, sedangkan Grandiose Delusion yakni sebuah delusi yang menempatkan individu pada anggapan bahwa dia memiliki keistimewaan karena disaksikan banyak penonton melalui kamera tersembunyi, beberapa ahli juga beranggapan kultur Zeitgeist dapat membentuk delusi (Weiner, 2004). Weiner beranggapan seperti itu bukan tanpa alasan, pada tahun 1940, saat dia sedang menjalani tugas residen, dia bertemu dengan dua pasien yang mengaku sebagai Elizabeth Taylor dan pasien yang mengaku bahwa otaknya dipengaruhi gelombang radio. Weiner menyimpulkan bahwa tayangan berpengaruh terhadap sistem delusi. Namun, bagi Psikolog klinis, Jill P. Weber, individu dapat mengalami psikosis dengan atau tanpa pengaruh tayangan. Hingga saat ini perdebatan tentang The Truman Show Delusion belum berakhir, yang perlu diingat adalah fakta bahwa pencetusnya sendiri, Joel Gold dan Ian Gold pun tidak mengklasifikasikan fenomena ini sebagai diagnosis melainkan variasi jenis delusi lain.
ADVERTISEMENT
Lagi pula bukankah kita semua ini aktor yang berlaga di dalam skenario Tuhan? Siapa peduli jika kamu karakter utama atau sekadar NPC (Non Playable Character), di film Free Guy NPC-nya setampan Ryan Reynolds tuh (nanti kita bahas film ini juga ya). NPC kek, Main character kek, Love interest kek, villain kek (ets jangan dong), kita semua layak mendapatkan Stand alone movie kita sendiri-sendiri karena setiap dari kita punya cerita.
Referensi:
Rangaswami, Subramoniam. (2021). Nature, Nurture and the Learning Brain. 10.1007/978-3-030-72400-9_17.
Wright, Suzanne. (2008). The Truman Show Delusion: Real or Imagined?. https://www.webmd.com/mental-health/features/truman-show-delusion-real-imagined