Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Silsilah Prabowo Berpucuk ke Kertanegara
15 Februari 2025 16:49 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Nasihin Masha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan menteri Pertahanan sekaligus presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto menyapa para warga usai menghadiri upacara peringatan HUT ke-79 TNI di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, Sabtu (5/10/2024). Foto: Dok. Istimewa](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01j9dxd7cy0rm950h7ynskqhq4.jpg)
ADVERTISEMENT
Rumah kediaman keluarga Prabowo Subianto adalah di Jalan Kertanegara No 4. Rumah ini terletak di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di kawasan ini terdapat nama-nama jalan seperti Gunawarman, Adityawarman, Purnawarman, Senjaya, dan sebagainya. Semuanya adalah nama-nama raja atau nama-nama wangsa di masa Kerajaan Hindu-Buddha. Jadi nama Jalan Kertanegara sudah pasti merujuk pada nama Raja Singosari, Kertanegara, yang berkuasa di abad ke-13. Namun bagi keluarga Prabowo, nama Kertanegara bisa bermakna lain dan sangat personal.
ADVERTISEMENT
Rumah ini adalah kediaman Sumitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo. Dan, Kertanegara IV lebih spesial lagi buat keluarga ini. Sebab pilihan alamat rumah Jalan Kertanegara No 4 adalah pilihan khusus, sebuah tetenger, pertanda.
Margono Djojohadikusumo, ayah Sumitro, pernah menulis silsilah keluarganya. Silsilah itu dimulai dari Paku Buwana III dari Keraton Mataram Kertasura. Anak Paku Buwana III dinikahkan dengan patihnya, Patih Mangkupraja. Lahirlah anak yang kemudian bergelar Kertanegara I. Dia memiliki anak Kertanegara II. Ia menjadi Bupati Nayaka Surakarta. Kertanegara II menikah dengan putri Bupati Banyumas, Yudanegara II – jadi dari garis ibu, keluarga Prabowo memiliki silsilah ke bupati Banyumas, yaitu melalui Raden Ayu Kertanegara II.
Kertanegara II kemudian memiliki anak, Kertanegara III dan Hendrajit Kertanegara. Hendrajit adalah panglima Talangpati Kasunanan Surakarta. Dia lalu mempunyai anak, Kertanegara IV. Ia menjadi Bupati Roma. Ia kemudian berjuluk Banyak Wide, kurang lebih artinya adalah Brahmana (Kasta tertinggi dalam agama Hindu) yang memiliki banyak pengetahuan atau cerdik. Kertanegara IV inilah yang kemudian menjadi muasal keluarga Prabowo.
ADVERTISEMENT
Dari penjelasan itu, bisa dilihat juga berdasarkan karya Nassirun Purwokartun. Dia adalah orang yang menyukai sejarah secara otodidak. Ia menulis serial novel tentang Penangsang, namun ketekunannya yang luar biasa adalah melacak jejak sejarah tentang wilayah Banyumas dan sekitarnya, termasuk tokoh-tokohnya. Sudah 175 buku yang ia tulis, termasuk novel, namun 101 di antaranya adalah tentang Banyumas, di antaranya tentang riwayat keluarga Prabowo.
Ia menulis bahwa Kabupaten Roma adalah hasil penggabungan Kadipaten Kaleng dan Kadipaten Pucang, yang terjadi pada tahun 1543. Kaleng terletak di Puring, Kebumen. Sedangkan Pucang terletak di dekat Gombong. Ibukota Kabupaten Roma pertama adalah Sedayu, sebelah utara Gombong. Setelah itu ibukota pindah ke Jatinegara, sebelah barat Gombong. Bupati pertama Kabupaten ini adalah Kertiwecana, setelah meninggal digantikan Kertanegara I.
ADVERTISEMENT
Di masa Keraton Surakarta, Kertanegara I ditarik ke Kerajaan dan menjadi patih yang bergelar Adipati Mangkupraja. Anaknya naik menjadi Bupati Kertanegara II. Namun kemudian ditarik lagi ke Keraton Surakarta menjadi Bupati Nayaka. Posisi Bupati Roma diserahkan ke adiknya, yang kemudian bergelar Kertanegara III. Setelah Kertanegara III meninggal, yang menjadi Bupati Roma adalah cucu Kertanegara II, yang kemudian bergelar Kertanegara IV. Nassirun mendasarkan silsilah dan riwayat ini dari Babad Brangkal.
Dari sini terlihat ada perbedaan antara silsilah yang ditulis Margono dan yang ditulis Babad Brangkal. Silsilah keturunan Kertanegara yang diterbitkan Yayasan Eko Saroyo Kertanegara Banyakwide Wonohito memiliki kesamaan dengan silsilah yang disusun Margono.
Nassirun menilai ada versi lain yang juga memiliki detail yang berbeda. Karena itu ia berharap bisa menelusuri jejak keluarga Prabowo ini secara serius. Namun ia terbentur pada pendanaan, maklum ia hanya seorang seniman, pencinta budaya dan sejarah, dan penulis buku. Selama ini, sebagai otodidak, ia membiayai sendiri semua kegiatannya, termasuk membangun rumah literasi, rumah budaya, museum, dan kegiatan kebudayaan.
ADVERTISEMENT
Versi Margono, Kertanegara I adalah putra Patih Mangkupraja. Sedangkan versi Babad Brangkal, Kertanegara I adalah Patih Mangkupraja itu sendiri. Mana yang benar? Hal ini harus ditelusuri ke dokumen-dokumen tertulis di Keraton Solo ataupun mungkin dari catatan Belanda yang umumnya tersimpan di Leiden, Belanda.
Nassirun mengaku mendengar cerita bahwa Sumitro pernah meminta Kuntoro Mangkusubroto, mantan menteri pertambangan dan energi (1998-1999) di masa Soeharto, untuk melacak jejak keluarga ini. Kuntoro memang berasal dari Banyumas juga. Namun hingga kini tak ada kabar tentang hasilnya. Sumitro memang memiliki kepedulian terhadap asal usul keluarganya dan dia pula yang kemudian membangun kediaman di Jalan Kertanegara yang bernomor 4. Jadi itu menjadi semacam Kertanegara IV.
Siapa Kertanegara IV?
Kertanegara IV adalah Bupati Roma, yang kini menjadi wilayah Kebumen. Saat Perang Jawa meletus, yang dipimpin Pangeran Diponegoro, Kertanegara IV mendukung Diponegoro. Diponegoro memberi gelar Senopati Banyakwide ke Kertanegara IV.
ADVERTISEMENT
Perang Diponegoro memang perang besar yang melibatkan para pembesar di Jawa. Bahkan cerita lisan di Gorontalo menyebutkan bahwa mereka ikut mengirim pasukan untuk mendukung perang ini. Kisah itu saya dapatkan ketika saya menanyakan ikat kepala mereka yang berupa kain batik, yang itu bukan dari tradisi Gorontalo.
Dalam acara adat, pemangku adat Gorontalo menggunakan ikat kepala atau blangkon dari kain batik. Tentu desainnya berbeda dengan blangkon di Jawa. Mereka menyebutnya dengan “payungo”. Di Gorontalo memang ada pengikut Kiai Mojo yang bermigrasi dari Tondano – mereka dibuang ke Minahasa dan sebagian migrasi ke Gorontalo. Mereka disebut juga dengan sebutan Jaton, Jawa Tondano. Namun payungo, bukan lahir dari mereka, tapi dari sisa prajurit yang ikut perang membantu Diponegoro dan kembali ke Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, pada 18 April 1829 Banyak Wide ditangkap Belanda dan dibuang ke Ternate. Jabatan bupati Roma tidak lagi diteruskan oleh keturunan Kertanegara tapi diambil dari Keraton Yogyakarta. Penangkapan ini terjadi satu tahun sebelum penangkapan Diponegoro.
Akan tetapi, atas permintaan keluarga dengan alasan sudah tua, Banyak Wide bisa dipulangkan ke kampungnya. Ia tinggal di Pejagogan (sebelah barat Kebumen), dan setelah meninggal dikubur di Pekuncen, utara Gombong. Di sini juga dimakamkan Kertanegara I dan Kertanegara III.
Selanjutnya, sesuai silsilah yang ditulis Margono, Banyak Wide memiliki anak Kartoatmojo, yang kemudian menjadi Patih Banjarnegara. Kartoatmojo mempunyai anak Hendrokusumo, yang menjadi jaksa di Banyumas. Hendrokusumo mempunyai anak Margono Djojohadikusumo. Margono mempunyai anak Sumitro, dan Sumitro mempunyai anak Biantiningsih (menikah dengan Joseph Soedradjad Djiwandono, yang pernah menjadi gubernur Bank Indonesia), Marjani Ekowati, Prabowo Subianto, dan Hashim Suyono Djojohadikusumo.
ADVERTISEMENT
Seperti juga Kertanegara yang merupakan nama yang sama dengan Raja Singasari, nama Banyak Wide pun ada kesamaan dengan nama pejabat di masa Singasari. Ia adalah sepupu Raja Kertanegara. Banyak Wide adalah ahli siasat dan penasihat raja. Karena ia seorang muslim, ia dibuang ke Madura. Nah, Banyak Wide dari Banyumas pun bernasib sama, dibuang ke Ternate karena melawan Belanda.