Sukarno & Makam Imam Bukhori (1): Benarkah Sukarno Ziarah ke Makam Imam Bukhori?

Nasihin Masha
Wartawan senior, pemerhati ikhwal kebangsaan
Konten dari Pengguna
17 Juni 2021 16:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nasihin Masha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden Sukarno tiba di Tashkent. Dengan kendaraan terbuka, Sukarno melintasi jalanan Tashkent disambut meriah oleh penduduk.
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Sukarno tiba di Tashkent. Dengan kendaraan terbuka, Sukarno melintasi jalanan Tashkent disambut meriah oleh penduduk.
ADVERTISEMENT
Sudah beberapa tahun ini, beredar video di media sosial tentang kisah makam Imam Bukhari–perawi hadis Nabi Muhammad SAW terbanyak–yang dikaitkan dengan jasa Presiden Sukarno. Ya, konon Bung Karno menekan pemerintah Uni Soviet untuk menemukan kuburan Imam Bukhari jika ingin dirinya mengunjungi Uni Soviet. Dalam video itu disebutkan bahwa pemimpin Soviet saat itu adalah Nikita Khrushchev. Betulkah kisah itu?
ADVERTISEMENT
Saat saya mengunjungi Samarkand, 17-20 Mei 2021, kisah itu dibenarkan oleh orang-orang di Samarkand, kota yang menjadi lokasi kuburan Imam Bukhari. Kisah itu juga dikemukakan oleh orang-orang di Tashkent, ibukota Uzbekistan. Samarkand adalah kota tua yang menjadi bagian wilayah Uzbekistan. Kepala Departemen Ilmu Hadis pada Pusat Penelitian Ilmiah Internasional Imam Bukhari, Barot Amonov, menguatkan kisah itu. Katanya, “Setelah menyanggupi permintaan Presiden Sukarno, pemerintah Soviet mengumpulkan para ahli dan ulama untuk membuktikan bahwa makam yang ditemukan itu benar-benar kuburan Imam Bukhari.” Karena itu, Barot menyatakan, “Otentifikasi kuburan ini sudah diuji para ahli dan ulama.”
Temur Mirzaev, kepala Departemen Pengembangan dan Inovasi Kepariwisataan pada Kementerian Pariwisata dan Olahraga, juga meyakinkan bahwa kisah tentang jasa Sukarno dalam penemuan kuburan Imam Bukhari memang nyata dan benar. Ia berkisah bahwa para orang tua di Uzbekistan banyak bercerita tentang hal itu. Ketika saya terus mendesak dan menguji argumennya, Temur, yang mengaku masih keturunan Temur Lenk, pemimpin terbesar bangsa Uzbek di masa lalu, itu mengirim draft naskah buku digital.
ADVERTISEMENT
“Ini merupakan terjemahan dalam Bahasa Indonesia dan ringkasan dari buku yang ditulis oleh saksi mata saat itu. Profesor yang meneliti kejadian tahun 1956 itu sudah almarhum,” katanya. Buku itu berjudul Uzbekistan dan Soekarno–banyak orang menulis nama Sukarno dengan huruf u menggunakan ejaan lama yaitu oe, padahal Sukarno selalu menggunakan huruf u; memang tanda tangan Sukarno tetap menggunakan huruf oe. Buku itu ditulis oleh Profesor Nasim Namazov.
Nasim Namazov adalah dosen di Universitas Negeri Samarkand. Ia merupakan saksi mata kunjungan Sukarno ke Samarkand. Saat itu ia masih kecil. Ia diajak ayahnya ke Samarkand. Mereka naik kereta api dari Bukhara, kota kelahiran Imam Bukhari yang letaknya tak jauh dari Samarkand. Mereka menuju ke Registan Square, sebuah situs bekas kompleks pendidikan sangat modern di masanya yang dibangun Ulugbek, seorang cendekiawan besar dan ahli astronomi. Registan (tanah berpasir, gurun) adalah sebuah kompleks pendidikan yang maju dan megah yang dibangun pada abad ke-14 hingga abad ke-16. Mereka datang masih pagi. Sehingga bisa menyaksikan persiapan rencana kedatangan Sukarno. Kemudian, ia beruntung karena sempat berjabat tangan erat dengan Sukarno.
ADVERTISEMENT
Namun kisah dalam buku Namazov dimulai bukan dari situ. Ia membuka bukunya dengan cerita saat ia mahasiswa. Dosennya, Profesor Rustam Karimov berkisah tentang rencana kedatangan Sukarno. “Ini kisah yang tak ditemukan dalam buku-buku sejarah,” kata Rustam.

Diragukan, Diyakini

Kisah Sukarno dan kuburan Imam Bukhori bermula dari sebuah video yang beredar di media jejaring WhatsApp dan media sosial YouTube. Dalam video pendek itu terlihat Sukarno berjabat tangan, berjalan bersama, berbincang, dan bergandengan tangan dengan pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev. Dalam video itu juga terlihat gambar-gambar saat Sukarno berkunjung ke Tashkent dan Samarkand. Ada pula gambar yang memperlihatkan makam Imam Bukhori maupun Sukarno yang sedang berdoa. Di video itu tampak ada Subandrio (menteri luar negeri), juga Roeslan Abdulgani (menteri luar negeri) dan KH M Ilyas (menteri agama). Namun dalam gambar itu tak memperlihatkan Sukarno sedang di kuburan Imam Bukhori. Video ini merupakan gabungan potongan-potongan video yang disatukan. Karena itu ada dua menlu. Tak ada courtesy dari mana sumber video itu, juga tak ada subtitle setiap potongan itu dalam peristiwa apa dan di mana saja. Yang ada adalah narasi suara, yang juga ditekskan.
ADVERTISEMENT
Narasi yang dibangun pada video itu adalah bahwa Uni Soviet mengundang Sukarno ke Moskow. Namun Sukarno mengajukan syarat: temukan kuburan Imam Bukhori. Kemudian Khrushchev menyampaikan bahwa pihaknya gagal menemukannya dan meminta agar syaratnya diganti. Tapi Sukarno menolak. Akhirnya Khrushchev mencari lagi dan ketemu. Sukarno pun berkunjung ke Moskow, dilanjutkan ke Samarkand. Dari video ini lalu berkembang banyak versi. Di antaranya tentang permintaan pemugaran dan perawatan. Sukarno menyatakan jika tak dipugar dan dirawat maka makam Imam Bukhari sebaiknya dipindahkan ke Indonesia. Sebagai kompensasinya, Sukarno akan memberikan emas ke Soviet seberat tanah untuk kuburan Imam Bukhori.
Betulkah semua cerita itu? Siapa yang pertama membuat video tersebut?
*Oleh Nasihin Masha