Konten dari Pengguna

'Tenggo', Salah Nggak Sih?

Nasrul Hidayatullah
An accounting student at Pamulang University
29 September 2021 16:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nasrul Hidayatullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Wanita Bekerja Dengan Tepat Waktu. Source: Shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wanita Bekerja Dengan Tepat Waktu. Source: Shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Masih merupakan perdebatan bagi para pekerja, teng langsung go (dibaca: tenggo) alias pulang tepat pada waktunya terkadang dinilai kurang loyal pada perusahaan. Masa sih? Nyatanya, ada beberapa nilai dan pandangan positif yang patut diambil dari si tenggo ini lho!
ADVERTISEMENT
Menghargai waktu dan dirinya sendiri
Si tenggo tahu kapan harus menikmati waktu luangnya, kapan harus menghabiskan waktu bersama para keluarga dan kerabatnya, dan tentunya kapan harus bekerja. Baginya, 24 jam dalam sehari haruslah dinikmati dengan cara yang berkualitas. Dengan pulang tepat waktu, ia tidak perlu terburu-buru pulang ke rumah hanya untuk “menumpang tidur".
Perlu diketahui, work-life balance merupakan salah satu cara menghargai waktu dan diri sendiri. Dengan menerapkan hal ini, kita dapat beristirahat dan bersantai dengan lebih efektif di luar jam kerja. Cukup beristirahat merupakan salah satu bentuk peduli dengan kesehatan, lho. Jika keseringan overwork sampai sakit dan pekerjaan jadi terbengkalai, bukankah lebih repot?
Loyal dengan cara yang lain
Tidak hanya sekadar ingin dianggap loyal terhadap perusahaan, namun ia tahu betul arti kontribusi yang sesungguhnya. Si tenggo cenderung cepat dalam melakukan pekerjaan, buktinya ia bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaannya sebelum jam pulang. Dengan catatan, pekerjaan yang dikerjakan bukanlah membuahkan hasil yang asal-asalan.
ADVERTISEMENT
Melakukan pekerjaan dengan baik dan maksimal secara kualitas akan lebih berharga dibandingkan bekerja hanya berdasarkan kuantitas jam kerja. Berikanlah the best of yourself bukan lewat lamanya jam kerja, tapi lewat seberapa besar sumbangsih yang bisa diberikan dalam jam kerja tersebut. Misalnya dengan cara fokus dan menuangkan ide-ide terbaik untuk divisimu, dibandingkan dengan mengobrol sampai lama dan bermalas-malasan hingga membuat pekerjaan tak kunjung selesai.
Punya skala prioritas dari banyak nilai di hidupnya
Banyak hal yang dianggap penting di hidupnya, mungkin pekerjaan menjadi salah satunya. Namun ia berusaha menyusun skala prioritas dan kadar masing-masing nilai penting di hidupnya. Mungkin hidupnya tidak melulu soal pekerjaan namun juga soal kebersamaan, kebahagiaan, dan bersantai. Ia tahu bagaimana cara mencintai hidup dan orang-orang di sekitarnya lebih dari sekadar mencari uang dan tahu bagaimana cara menempatkan diri lebih dari di satu tempat saja alias ruang kantor saja. Prinsip utama mereka: “Investasi diri tidak melulu soal bekerja sepanjang waktu kok" dan “Cara mengungkapkan cinta kepada orang-orang terkasih di sekitar sesungguhnya adalah dengan kehadiran kita".
ADVERTISEMENT
Coba sekarang hitung, berapa jam yang sudah kamu habiskan sedari pergi dari rumah untuk ke kantor hingga benar-benar tiba lagi di rumah? Apakah porsi waktunya seimbang sekitar 50:50 atau 60:40? Idealnya, work-life balance haruslah seimbang. Jika belum, sesekali coba deh sesuaikan diri agar bisa menikmati weekdays yang menyenangkan! Wajar kok jika kita punya urusan dan agenda lain di luar jam kantor, seperti makan malam bersama keluarga, beribadah, bertemu teman lama, atau sekadar bersosialisasi menyapa para tetangga.
Jadi, tenggo nggak ya? Itu kembali lagi menjadi pilihanmu, pulang terlambat atau tepat waktu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing orang, apalagi pandangan setiap orang berbeda-beda. Asalkan jangan sampai datang terlambat ya!