Mengatasi Permasalahan Stunting di Indonesia

Amalia Nasution
Mahasiswa Magister Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
4 Desember 2023 18:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amalia Nasution tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/group-happy-kids-running-through-green-314219645
zoom-in-whitePerbesar
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/group-happy-kids-running-through-green-314219645
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Latar belakang terjadinya stunting secara umum melibatkan faktor-faktor kompleks yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Stunting sendiri merujuk pada kondisi gagal pertumbuhan pada anak, terutama dalam hal ketinggian atau panjang badan, yang biasanya terjadi pada periode pertumbuhan awal kehidupan. Beberapa faktor yang dapat menjadi latar belakang terjadinya stunting melibatkan aspek nutrisi, kesehatan, dan lingkungan. Kondisi gizi yang kurang optimal, seperti kekurangan gizi pada ibu selama kehamilan, pemberian ASI yang tidak eksklusif, atau pola makan yang tidak seimbang pada anak-anak, dapat menjadi pemicu stunting.
ADVERTISEMENT
Selain itu, infeksi dan penyakit pada masa anak-anak, seperti diare kronis atau infeksi saluran pernapasan, juga dapat mempengaruhi pertumbuhan anak. Faktor-faktor ini seringkali terkait dengan kondisi sanitasi dan kebersihan yang buruk, terutama di daerah-daerah dengan akses kesehatan dan sanitasi yang terbatas. Lingkungan sosial-ekonomi juga memiliki dampak pada terjadinya stunting. Keluarga yang hidup dalam kemiskinan seringkali memiliki akses terbatas terhadap sumber daya kesehatan dan gizi, serta kurangnya pendidikan tentang praktik-praktik kesehatan yang
Berita terkini menyebutkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022. Menurut data tersebut, tingkat stunting menurun dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022. Dalam konteks ini, Presiden Joko Widodo menekankan bahwa stunting bukan hanya masalah tinggi badan, tetapi lebih berdampak pada kemampuan anak-anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan risiko munculnya penyakit kronis. Presiden menetapkan target penurunan stunting menjadi 14% pada tahun 2024 dan menyatakan keyakinannya bahwa hal ini dapat tercapai melalui kerjasama dan konsolidasi semua pihak.
ADVERTISEMENT
1. Gizi Buruk dan Kekurangan Gizi
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-vector/healthy-fresh-vegetables-unhealthy-junk-food-473166793
Kurangnya asupan gizi yang memadai selama 1.000 hari pertama kehidupan, terutama pada masa kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan anak, dapat berkontribusi pada stunting. Kekurangan nutrisi, seperti zat besi, vitamin A, dan protein, dapat menghambat pertumbuhan optimal.
2. Pola Makan yang Tidak Seimbang
sumber : Image by <a href="https://www.freepik.com/free-vector/flat-design-woman-choosing-healthy-unhealthy-food-illustration_8355406.htm#query=pola%20makan%20yang%20tidak%20seimbang&position=12&from_view=search&track=ais&uuid=74f24670-83ac-4018-8d43-453558f3ef2a">Freepik</a>
Pola makan yang tidak seimbang, termasuk kurangnya variasi jenis makanan, dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal.
3. Praktik Pemberian ASI yang Kurang Baik
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/mother-breastfeeding-newborm-baby-on-bed-2283827359
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang tidak eksklusif atau praktik pemberian makanan pendamping yang tidak sesuai dengan anjuran dapat memengaruhi pertumbuhan anak.
ADVERTISEMENT
4. Infeksi dan Penyakit Menular
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-vector/set-kids-monkeypox-virus-symptoms-concept-2237640019
Beberapa penyakit infeksi, terutama yang sering terjadi pada anak-anak, seperti diare dan infeksi saluran pernapasan, dapat menghambat penyerapan nutrisi dan berkontribusi pada stunting.
5. Kondisi Sanitasi dan Kebersihan yang Buruk
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/poor-impoverished-slums-dharavi-city-mumbai-1766001359
Lingkungan yang tidak bersih dan sanitasi yang buruk dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit, yang pada gilirannya dapat memengaruhi pertumbuhan anak.
6. Faktor Ekonomi dan Sosial
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/poor-boy-collecting-garbage-his-sack-1396479926
Keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah seringkali menghadapi keterbatasan akses terhadap pangan bergizi dan layanan kesehatan yang memadai, yang dapat memperburuk kondisi stunting.
7. Pendidikan dan Pengetahuan
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/female-teacher-helps-school-kids-finish-1918252379
Tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya pengetahuan tentang praktik gizi yang baik dapat memengaruhi perilaku masyarakat terkait perawatan anak dan gizi.
Mengatasi stunting memerlukan pendekatan lintas sektor yang melibatkan kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sanitasi. Upaya-upaya pencegahan dan perbaikan kondisi gizi anak perlu ditingkatkan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal generasi muda Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisi untuk mengatasi stunting, diperlukan pemahaman mendalam terkait jenis gizi yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Berikut adalah jenis gizi yang penting untuk memerangi stunting:
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/foods-high-iron-boosts-hemoglobin-red-1560929708
1. Gizi yang diperlukan untuk mengatasi stunting mencakup sejumlah nutrisi esensial yang berperan penting dalam proses pertumbuhan anak. Protein merupakan salah satu komponen utama yang diperlukan untuk pembentukan jaringan tubuh, termasuk pertumbuhan otot dan tulang. Selain itu, zat besi dan kalsium memiliki peran signifikan dalam pembentukan tulang dan sistem darah.
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/fresh-fruits-vegetables-commercial-non-use-2331978265
2. Vitamin A, D, dan E merupakan vitamin yang memiliki dampak besar terhadap kesehatan dan pertumbuhan anak. Vitamin A dikenal karena peranannya dalam menjaga kesehatan mata dan sistem kekebalan tubuh, sementara vitamin D mendukung penyerapan kalsium dan pertumbuhan tulang. Vitamin E berperan sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan.
ADVERTISEMENT
3. Asam folat dan vitamin B kompleks juga menjadi bagian penting dari aspek gizi untuk memerangi stunting. Asam folat, yang termasuk dalam kelompok vitamin B, esensial dalam pembentukan DNA dan pertumbuhan sel. Selenium dan zinc adalah mineral yang perlu diperhatikan karena berkontribusi pada perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh.
Dengan memahami jenis-jenis gizi tersebut, dapat dirancang program pangan dan nutrisi yang berfokus pada penyediaan makanan bergizi untuk anak-anak, terutama pada masa pertumbuhan mereka. Langkah-langkah pencegahan dan intervensi yang melibatkan aspek-aspek gizi ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah stunting di kalangan anak-anak Indonesia.
Mengatasi stunting di Indonesia dalam waktu lima tahun ke depan memerlukan upaya yang terintegrasi, komprehensif, dan berkelanjutan. Dengan melakukan analisis pangan menjadi kunci penting dalam upaya mengatasi stunting di Indonesia. Melalui pendekatan ini, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap ketersediaan, aksesibilitas, dan keberagaman pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam mengatasi stunting, analisis pangan dapat melibatkan beberapa aspek sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Kandungan Gizi Pangan
Analisis ini mencakup evaluasi terhadap kandungan gizi dari berbagai jenis pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Penting untuk memastikan bahwa pangan yang dikonsumsi oleh anak-anak dan ibu hamil kaya akan nutrisi esensial seperti protein, zat besi, kalsium, vitamin A, dan lainnya.
2. Aksesibilitas dan Ketersediaan Pangan
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/white-rice-paddy-field-background-2160680471
Melibatkan penilaian terhadap sejauh mana masyarakat memiliki akses terhadap pangan yang bervariasi dan bergizi. Upaya untuk meningkatkan distribusi pangan yang merata ke berbagai wilayah di Indonesia perlu diperkuat untuk memastikan semua lapisan masyarakat mendapatkan akses yang memadai.
3. Pola Konsumsi Masyarakat
Analisis ini fokus pada pola konsumsi masyarakat, termasuk kebiasaan makan dan pola asupan pangan sehari-hari. Identifikasi pola konsumsi yang tidak sehat atau kurang mendukung pertumbuhan anak dapat menjadi dasar untuk merancang intervensi kesehatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
4. Edukasi Gizi
sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/doctor-nurse-using-virtual-touch-screen-2269874235
Peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang melibatkan analisis terhadap efektivitas program edukasi gizi yang telah dilaksanakan. Edukasi gizi dapat mencakup penyuluhan mengenai pemilihan dan pengolahan pangan yang tepat.
5. Kerjasama dengan Sektor Pangan dan Kesehatan
Sinergi antara sektor pangan dan kesehatan dapat ditingkatkan melalui analisis kebijakan yang mendukung pangan bergizi. Kerjasama ini melibatkan peran pemerintah, produsen pangan, pedagang, dan lembaga kesehatan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung gizi anak.
Analisis pangan yang komprehensif menjadi landasan untuk merancang kebijakan yang berfokus pada peningkatan kualitas nutrisi masyarakat, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu hamil.
Sumber :
Ruaida, N. 2018. Gerakan 1000 hari Pertama Kehidupan Mencegah Terjadinya Stunting (Gizi Pendek) di Indonesia. Global Health Science, 3(2), 139-151.
ADVERTISEMENT
Waliulu, S. H., Ibrahim, D., Umasugi, M. T. 2018. Pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan stunting anak usia balita. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 9(4), 269-272.
Widjayatri, R. D., Fitriani, Y., Tristyanto, B.2020. Sosialisasi Pengaruh Stunting Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini. Murhum: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 16-27.