Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Pilkada DKI Jakarta 2024: Suara Pemilih dan Harapan untuk Masa Depan
13 Januari 2025 9:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nasywa Kinanthi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pilkada DKI Jakarta 2024 menjadi sorotan utama dalam kancah politik Indonesia, menghadirkan dinamika yang tidak hanya melibatkan para kandidat, tetapi juga kisah dan harapan masyarakat ibu kota. Pemilihan yang dijadwalkan pada 27 November 2024 ini telah menarik perhatian luas, terutama dengan hasil quick count yang menunjukkan kemenangan pasangan Pramono Anung dan Rano Karno dari nomor urut 3, dengan perolehan suara sekitar 50,07%. Namun, dibalik angka statistik itu, terdapat cerita- cerita yang mencerminkan aspirasi dan keprihatinan pemilih Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pemilihan ini, yang semula dijadwalkan pada 2022, hanya melibatkan satu kertas suara tanpa adanya pemilihan walikota atau bupati. Meski pasangan nomor urut 3 tampak dominan, tingkat partisipasi pemilih yang hanya mencapai 57,2% menjadi sorotan tajam.
Untuk menggali lebih dalam tentang pandangan masyarakat, saya berbincang dengan sejumlah pemilih. Mayoritas responden menekankan pentingnya latar belakang kandidat, visi, misi, serta program kerja yang diajukan. Latif (19), seorang mahasiswa, mengungkapkan bahwa ia memilih berdasarkan rekam jejak kandidat dan relevansi program kerja mereka. “Saya memilih gubernur berdasarkan track record-nya, lalu program kerja serta visi misinya. Saya ingin mereka membenahi kali-kali, pengolahan sampah, dan trotoar agar lebih memadai. Selain itu, pemerataan infrastruktur di seluruh Jakarta juga penting, tidak hanya Jakarta Selatan atau Pusat saja,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Harapan serupa disampaikan oleh Lisa (30), seorang pekerja swasta. Ia berharap ada lebih banyak debat publik agar masyarakat dapat memahami visi para kandidat secara langsung. Abdul (20), seorang mahasiswa lainnya, menambahkan pentingnya mengadakan uji publik dengan panelis dari masyarakat. “Debat publik tidak hanya antar calon, tetapi juga melibatkan masyarakat sebagai panelis. Format seperti debat calon presiden kemarin dapat diterapkan untuk memberikan pemahaman lebih jelas tentang rencana kerja para kandidat,” katanya.
Rendahnya tingkat partisipasi pemilih menjadi tantangan besar dalam Pilkada kali ini. Kurangnya sosialisasi dan informasi tentang para kandidat dianggap sebagai salah satu penyebab utama. “Kampanye yang lebih intensif melalui media sosial dan platform lainnya perlu digencarkan agar masyarakat lebih mengenal calon-calon gubernur,” ujar Lisa. Selain itu, format debat publik yang lebih menarik dan informatif juga diusulkan oleh sejumlah responden.
ADVERTISEMENT
Pilkada DKI Jakarta 2024 bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang menentukan masa depan Jakarta sebagai kota yang inklusif dan berkelanjutan. Harapan masyarakat terhadap perbaikan infrastruktur, pengelolaan lingkungan, dan pemerataan pembangunan menjadi pesan yang harus direspons oleh calon terpilih. Tinggal bagaimana mereka mewujudkan visi tersebut menjadi nyata, sambil membangun kepercayaan dan partisipasi aktif masyarakat dalam proses demokrasi.
Dengan kisah, harapan, dan tantangan yang mewarnai Pilkada kali ini, Jakarta kembali berada di persimpangan jalan. Akankah pemimpin yang terpilih mampu menjawab aspirasi masyarakat dan membawa perubahan yang berarti? Waktu yang akan menjawabnya.