Time Anxiety atau Membuang Waktu secara Sia-sia?

Nasywa Shabrina
(she/her)
Konten dari Pengguna
26 Mei 2022 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nasywa Shabrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Julia Meslener for Scary Mommy, millann/Getty and Radek Lesz/FreeImages
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Julia Meslener for Scary Mommy, millann/Getty and Radek Lesz/FreeImages
ADVERTISEMENT
Kecemasan Waktu. Saya selalu berjuang untuk melawan suatu pemikiran. Salah satu jenis pemikiran berulang yang tidak pernah benar-benar terlewatkan: "Sudah terlambat.". Terlambat untuk meraih prestasi, terlambat untuk memulai internship di sebuah perusahaan, terlambat untuk belajar bahasa baru, terlambat untuk memiliki kebebasan finansial. Hal inilah yang disebut time anxiety atau kecemasan waktu. Kuantitas keterampilan yang belum saya miliki dan kesempatan yang tidak saya ambil karena pemikiran itu. Sejujurnya, saya tidak ingin sampai pada titik di mana saya merasa sangat membenci nasib saya, tetapi tetap saja, hal ini menyebalkan.
ADVERTISEMENT
Sementara death anxiety atau kecemasan akan kematian merupakan suatu ketakutan akan kehabisan waktu, time anxiety atau kecemasan waktu merupakan suatu ketakutan akan membuang-buang waktu yang kita miliki. Hal ini merupakan suatu obsesi untuk menghabiskan waktu dengan cara yang paling bermakna. Seketika, lingkungan masyarakat memberitahu kita—atau ketika kita menafsirkan tanda-tanda dari lingkungan masyarakat sebagai ucapan—bahwa sudah terlambat untuk mencapai tujuan tertentu, kita tidak menganggapnya cukup berarti. Kita membutuhkan—kita menuntut—bahwa apa yang kita lakukan dengan hidup kita benar-benar bernilai penting.
Terdapat beberapa jenis time anxiety atau kecemasan waktu yang seringkali kita alami:
Pertama, daily time anxiety. Dimana kita merasa terburu-buru dan membuat kita merasa overwhelmed serta panik selama keseharian. Beberapa orang juga mengalami serangan kecemasan karena stres sehari-hari yang disebabkan oleh jenis kecemasan waktu ini.
ADVERTISEMENT
Kedua, future time anxiety. Dimana kita berpikir dan merasa khawatir terkait apa yang tampaknya terjadi atau tampaknya tidak terjadi di masa depan. “Bagaimana jika…?”, pertanyaan internal dalam diri kita yang seringkali menjadi awal mula jenis kecemasan waktu ini menyerang.
Ketiga, existential time anxiety. Jenis kecemasan waktu yang paling umum terjadi–perasaan kehilangan waktu yang telah berlalu dan tidak akan pernah kembali, yang dialami banyak orang dengan cara yang lebih akut ketika memikirkan tentang kematian.
Kecemasan waktu tidak akan selalu berarti ketika kita percaya pada kekuatan eksternal yang telah menetapkan tujuan hidup kita dan yang belum kita temukan.
Kita seringkali membatasi diri dengan selalu menaksirkan potensi hasil terbaik melalui persepsi pribadi masing-masing tentang suatu probabilitas. Mengelola kecemasan waktu berarti mengalihkan fokus kita dari outcome ke output sehingga kita dapat menghabiskan energi kita untuk hal-hal yang benar-benar dapat kita kendalikan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, bagaimana cara kita mengatasinya?
Tatkala tujuan hidup merupakan faktor yang esensial terkait kebahagiaan, menghabiskan terlalu banyak energi sosial untuk menemukan tujuan hidup daripada melakukan hal-hal yang membuat kita bahagia dapat memicu kecemasan. Berikut dua strategi saya untuk mengurangi dan mengelola kecemasan waktu seraya tetap menemukan makna dan tujuan hidup dalam kehidupan sehari-hari:
Menghilangkan distraksi yang menghabiskan waktu.
Saat-saat yang kita habiskan tanpa berpikir panjang untuk scrolling media sosial atau menonton video random memang berkontribusi pada kecemasan waktu. Lalu bagaimana? Coba Anda melakukan percobaan dan pengujian terkait konten-konten yang Anda konsumsi setiap harinya lalu sedikit demi sedikit Anda dapat mencoba mengurangi durasi video atau lama waktu Anda scrolling di kanal media sosial yang Anda rasa kurang bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Definisikan apa makna "waktu yang dihabiskan dengan baik" bagi Anda.
Duduk dan renungkan tentang apa yang benar-benar membuat Anda bahagia dan membuat Anda mengikuti arus kehidupan, tanpa terlalu memikirkan seberapa layak hasil akhirnya. Pikirkan saja output Anda dan bagaimana perasaan Anda selama berproses untuk mencapainya. Misalnya, jangan berpikir bahwa bahagia itu ketika Anda berhasil meraih predikat “mahasiswa berprestasi”. Namun, tanyakan pada diri Anda sendiri apakah Anda menikmati proses belajarnya. Selain itu, Anda juga dapat membuat daftar singkat aktivitas yang benar-benar Anda nikmati dan yang memberi value bagi diri Anda atau bahkan bagi dunia.
Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, kecemasan waktu merupakan sesuatu yang masih saya perjuangkan dan mungkin tetap terus menjadi bagian dari perjuangan selama sisa hidup saya. Apabila hal ini juga menjadi sesuatu yang sedang Anda perjuangkan, saya harap strategi ini dapat bermanfaat bagi Anda.
ADVERTISEMENT