Konten dari Pengguna

Petugas yang Tak Tersorot

nasywaa r
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta
10 Juni 2024 11:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari nasywaa r tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
LRT JABODEBEK (gambar: freepik)
zoom-in-whitePerbesar
LRT JABODEBEK (gambar: freepik)
ADVERTISEMENT
Di tengah hiruk-pikuk ibukota, di mana waktu seolah berlomba dengan langkah para penumpang, sebuah momen terjadi di dalam salah satu gerbong Light Rail Transit atau LRT JABODEBEK dengan tujuan Dukuh Atas. Kejadian ini menggambarkan betapa pentingnya peran petugas transportasi publik yang seringkali luput dari perhatian.
ADVERTISEMENT
Pada Senin pagi pukul 07.35 WIB, LRT JABODEBEK yang padat penumpang sedang melaju dari stasiun Jatimulya menuju stasiun Dukuh Atas. Di antara desakan para penumpang, masih banyak penumpang yang menanti lajunya kereta sembari bermain gawai, membaca novel dan mendengarkan musik. Dinginnya rangkaian LRT memang lebih menusuk kulit daripada transportasi umum lainnya, saya merasa LRT lebih dingin dibandingkan Transjakarta, KRL bahkan MRT, namun di pagi ini saya menyadari LRT menjadi lebih dingin dari hari-hari biasanya. Hari Senin yang ribut membuat saya hanya bisa berdiri di dekat pintu, badan ini tidak mampu dibawa lebih mundur atau bahkan mendapat kursi, bisa masuk ke rangkaian gerbong ini saja sudah syukur, karena jika terlewat maka saya akan membuang waktu sekitar sepuluh menit untuk sekadar menunggu.
ADVERTISEMENT
Di tengah musik yang sedang mengalun di telinga, keringat terus mengalir di sekujur tubuh, keheranan mulai berputar di kepala karena “darimana asal si keringat kalau LRT saja dinginnya sudah seperti ini?”. Semakin jauh kereta ini berangkat, keringat ini juga disusul dengan hadirnya rasa pusing serta mual yang sudah tidak beraturan. Saya sadar kaki saya sudah tidak mampu menopang badan dan saya tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan, saya tidak bisa bergegas minta pertolongan karena memang sedang ramai-ramainya. Saya hanya berharap saya bisa bertahan hingga stasiun selanjutnya.
Rasyid Abdilah, petugas LRT yang serentak saya lihat pada saat pemberitahuan terbukanya pintu kereta langsung menjulurkan tangannya untuk memberi bantuan. Ia kemudia memanggil bantuan menggunakan Handy Talkie memberi instruksi untuk segera menyiapkan ruangan klinik kesehatan. Tidak sampai di situ saja, para petugas juga dengan sigap memutar balik akses tangga jalan menjadi arah turun agar saya bisa segera menuju ke ruangan kesehatan tersebut. Beberapa petugas turut membantu saya menuruni tangga jalan dan petugas lainnya turut sigap menyiapkan air untuk segera saya minum.
ADVERTISEMENT
Apa yang mereka lakukan mungkin tampak sepele bagi sebagian orang, saya mengetahui bahwa hal tersebut merupkan SOP atau Standar Operasional Prosedur dari tim mereka, namun saya terus berdecak kagum walaupun sedang merasa kesakitan. Tim kesehatan juga langsung tiba sesaat saya berada di klinik tersebut, ini sangat sigap dan profesional. Saya diperiksa dan tidak lupa juga diberikan obat untuk langsung saya konsumsi. Petugas LRT juga silih berganti memberikan semangat dan memastikan ke arah mana stasiun tujuan saya setelah ini.
Saya hanya seorang penumpang biasa, mungkin sama seperti Anda. Namun, saya merasa beruntung bisa menyaksikan langsung dedikasi para petugas LRT ini. Mereka mengingatkan kita bahwa di balik setiap kenyamanan yang kita nikmati, selalu ada kerja keras dan dedikasi yang patut dihargai. Kejadian ini membuat saya sadar betapa pentingnya peran petugas transportasi publik dalam memastikan keselamatan dan kenyamanan penumpang. Saya berharap semakin banyak petugas transportasi yang mendapatkan pelatihan untuk menghadapi situasi darurat seperti ini. Dengan demikian, keselamatan dan kenyamanan penumpang akan semakin terjamin. Rasyid dan para petugas lainnya, dengan kesigapannya, telah menunjukkan bahwa di balik seragam petugas LRT, ada manusia yang siap membantu dengan sepenuh hati.
ADVERTISEMENT