Konten dari Pengguna

Pasar Antik Cikapundung: Rumah Kedua untuk Edi

Nasywa Athifah Putri
Seorang mahasiswa prodi Jurnalistik di Universitas Padjadjaran
1 Juli 2023 15:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nasywa Athifah Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tampak depan toko buku bekas antik milik Edi di Pasar Antik Cikapundung (Nasywa Athifah)
zoom-in-whitePerbesar
Tampak depan toko buku bekas antik milik Edi di Pasar Antik Cikapundung (Nasywa Athifah)
ADVERTISEMENT
Mengoleksi buku dan majalah bekas sudah menjadi hobi Edi sejak lama. Hal ini yang membuat dirinya memilih untuk berjualan buku bekas antik. Menurut Edi, buku-buku tersebut memiliki memorinya masing-masing. Ia ingin membagikan memori tersebut agar dapat berkesan pula untuk orang lain.
ADVERTISEMENT
Edi sudah berjualan buku bekas antik sejak tahun 2014 di Pasar Antik Cikapundung yang terletak di Jl. ABC No. 1, Braga, Kota Bandung. Pasar antik ini dibuka sejak tahun 2012. Pasar ini memiliki berbagai macam barang peninggalan bersejarah yang dapat ditemui. Tempat ini sangat cocok untuk dikunjungi oleh para kolektor barang antik.
Tak hanya Edi, banyak juga penjual lain yang berjualan di pasar ini. Alasannya pun sama, karena hobi mengoleksi barang antik. Barang antiknya pun beragam, seperti buku, jam, prangko, pajangan, patung, dan sebagainya. Pengunjung yang datang ke tempat ini juga memiliki ketertarikan pada barang antik karena memiliki nilai emosional bagi mereka.
Barang-barang antik yang dijual dan dikoleksi di Pasar Antik Cikapundung (Nasywa Athifah)
Buku-buku yang dijual Edi sangat beragam, namun kebanyakan adalah buku dari tahun 80-an. Edi mendapat buku-buku bekas tersebut karena memang dasarnya yang merupakan kolektor buku antik. Jadi, terbilang mudah untuknya mendapatkan buku antik yang akan dijual kembali. Selain itu, banyak pula orang yang datang ke tokonya untuk membeli dan juga menjual buku dan majalah antik. Buku tersebut pun dijual kembali oleh Edi dengan harga yang tidak jauh dari harga belinya.
ADVERTISEMENT
Bagi Edi, hobinya ini adalah ladang rezeki untuknya. Awalnya, ia tidak mengira bahwa akan ada yang membeli barang jualannya. Ternyata ia salah, bahkan para pembelinya pun menjadi kenalan baik bagi dirinya karena memiliki hobi yang sama. Edi mengaku bahwa ia sangat mencintai hobi sekaligus pekerjaannya ini.
“Dari hobi saya mengoleksi buku tersebut, saya ingin juga menyalurkan untuk memperoleh pendapatan, makanya saya coba untuk jual lagi. Tapi sebenarnya ada juga buku atau majalah yang gak saya jual lagi, tapi saya simpan. Ya, kalau yang memang limited gitu dan saya suka, lumayan buat nambah-nambah koleksi buku saya,” ujar Edi.
Sayangnya, kala pandemi waktu itu sangat berdampak terhadap aktivitas jual beli di Pasar Antik Cikapundung. Para pengunjung yang tadinya ramai berdatangan ke pasar ini pun kian menjadi sepi. Keadaan pasar ini tak lagi sama seperti saat sebelum pandemi. Sebelum pandemi, aktivitas jual beli di pasar ini dapat berjalan hingga malam hari. Namun, sejak pandemi, para penjual sudah menutup tokonya dari pukul lima sore.
ADVERTISEMENT
“Dulu sih banyak yang beli, tapi sekarang semenjak pandemi jadi sepi yang tertarik buat kesini lagi, buat beli buku lagi,” jelas Edi.
Namun, hal itu tentunya tidak membuat Edi berubah haluan. Sebab mengoleksi buku ini adalah hobinya, ia pun bertahan sampai saat ini. Edi merasa memiliki hubungan yang terikat antara dirinya dan buku-buku antik miliknya. Pasar Antik Cikapundung seakan menjadi rumah kedua untuk dirinya. Edi berharap suatu saat nanti toko buku antik miliknya dapat semakin dikenal oleh masyarakat.