Transformasi Tren Pariwisata Setelah Pandemi: Inovasi Menuju Pemulihan Ekonomi

nasywa aurellia
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2023
Konten dari Pengguna
20 Desember 2023 17:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari nasywa aurellia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020. Dalam upaya memutus rantai penyebaran Covid-19, beberapa negara, termasuk Indonesia, mulai mengambil tindakan serius. Mereka menerapkan karantina wilayah, larangan bepergian, dan menjaga jarak yang membuat individu membatasi interaksi sosial di luar rumah.
https://pixabay.com/photos/coronavirus-covid-covid-19-pandemic-4947210/
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 mengatur kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang juga diberlakukan oleh pemerintah Indonesia. Namun, dampak dari strategi ini tidak bisa dianggap enteng. Gangguan yang signifikan terhadap perekonomian telah terjadi akibat pembatasan yang parah pada perjalanan dan keterlibatan. Kemungkinan terjadinya krisis kesehatan dan ekonomi yang lebih sulit menambah ketidakpastian situasi global.
ADVERTISEMENT
Karena skenario ini, daya beli masyarakat menurun, yang menyebabkan beberapa pelaku perusahaan menyusut dan tidak mampu bertahan karena penurunan pendapatan yang tajam. Akibatnya, banyak perusahaan mengurangi jumlah karyawan. Menurut data statistik yang dikumpulkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan antara bulan April dan Juli 2020, terdapat sekitar 2.175.928 pekerja yang terdampak oleh epidemi ini.
https://pixabay.com/photos/adult-annoyed-blur-burnout-1850268/
Dampak pandemi Covid-19 tidak bisa dilepaskan dari sektor pariwisata atau ekonomi kreatif. Padahal, sektor pariwisata merupakan tulang punggung yang mendorong pertumbuhan ekonomi negara dan menghasilkan devisa. Sayangnya, kebijakan larangan bepergian akibat pandemi telah mengubah jumlah wisatawan yang ingin berkunjung ke Indonesia secara signifikan.
Hanya ada sekitar 4,02 juta kunjungan wisatawan mancanegara, menurut data statistik BPS 2020. Pendapatan negara dari industri pariwisata turun sekitar Rp20,7 miliar akibat penurunan 75,03 persen dari 16,11 juta kunjungan di tahun 2019. Selain itu, wabah Covid-19 juga mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan bagi hampir 409 ribu orang di industri pariwisata.
https://www.istockphoto.com/id/foto/social-distancing-dua-pria-yang-mengenakan-masker-wajah-duduk-menjaga-jarak-satu-sama-gm1226682667-361502145?phrase=social+distancing&searchscope=image%2Cfilm
Pendekatan pemerintah untuk mencapai kebangkitan ekonomi melalui pariwisata berkelanjutan
ADVERTISEMENT
Selama dua tahun terakhir, wabah Covid-19 telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap sektor pariwisata Indonesia. Seiring berjalannya waktu, kondisi pandemi di Indonesia mulai stabil. Dalam Pernyataan Pers Presiden Republik Indonesia tanggal 17 Mei 2022, Presiden Joko Widodo lebih lanjut menyatakan bahwa pemerintah telah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan penggunaan masker di tempat-tempat yang memiliki jumlah orang yang lebih sedikit, kecuali jika Anda berada di ruangan tertutup, menggunakan transportasi umum, memiliki penyakit penyerta, atau sedang sakit (Humas, 2022). Selain itu, untuk bepergian baik domestik maupun internasional, pemerintah tidak lagi memberlakukan persyaratan tes PCR atau tes usap antigen.
Setelah pandemi, sektor pariwisata Indonesia secara bertahap mulai pulih. Menurut statistik BPS, 1,07 juta wisatawan internasional berkunjung pada September 2023. Angka ini naik 52,76 persen dari September 2022 ke Agustus 2023, meskipun terjadi penurunan 5,51 persen dari bulan tersebut. Sementara itu, ada kenaikan total kunjungan wisatawan internasional dari Januari hingga September 2023 sebesar 143,41 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perjalanan wisatawan domestik di Indonesia mencapai 192,52 juta perjalanan pada kuartal ketiga tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Tampaknya pandemi Covid-19 telah mengubah pola perjalanan internasional, yang akan berdampak pada tindakan wisatawan pada tahun 2023. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa, setelah menghabiskan hampir dua tahun terkurung di rumah, individu perlu memanjakan keinginan mereka untuk berlibur di destinasi berkualitas tinggi, aman, dan bebas dari keramaian yang menawarkan pengalaman baru dan baik untuk kesehatan mental.
Wisatawan saat ini lebih cenderung tertarik pada ide-ide wisata yang menawarkan rekreasi di alam terbuka dan kearifan budaya sekaligus berusaha melindungi lingkungan dan ekosistem di sekitarnya.
https://www.istockphoto.com/id/foto/suasana-sekitar-pantai-gm1388731795-446277676?phrase=pantai+ampenan&searchscope=image%2Cfilm
Tanpa adanya kolaborasi dan interkonektivitas yang kuat antara pemerintah dan masyarakat, pemulihan ekonomi Indonesia setelah epidemi tidak akan berjalan mulus. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan semua inisiatif pemerintah, terutama yang diimplementasikan melalui program-program Kemenparekraf. Hal ini termasuk memilih untuk melakukan perjalanan ke Indonesia dan membeli serta menggunakan produk lokal, serta secara aktif mengadvokasi baik secara online maupun offline.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Herawati, S., & Mas’ud, M. (2023). Perubahan Tren Pariwisata Pascapandemi: Inovasi
Menuju Pemulihan Ekonomi. Kumparan.
Purwowidhu, A. (2023). Tren Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi Berubah, Apa Upaya
Parekraf?. Kompas Travel.
Alhayyu, A. (2022). Pemulihan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pasca Covid-19. Kumparan.
Humas. (2022). Pernyataan Pers Presiden RI terkait Pelonggaran Penggunaan Masker. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Purwowidhu, C. (2023). Kian Melesat di 2023, Pariwisata Indonesia Bersiap Menuju Level
Prapandemi. Mediakeuangan.Kemenkeu.