Konten dari Pengguna

Standardisasi Tes dalam Pendidikan: Menilai Kemampuan atau Menindas Kreativitas?

Nasywa orvala putri
Mahasiswa Akuakultur Universitas Airlangga
4 Juni 2023 19:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nasywa orvala putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tes. Foto: ShutterStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tes. Foto: ShutterStock
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang lebih menegangkan bagi seorang pelajar daripada menghadapi tes standar. Beberapa bulan menjelang tes, guru-guru mulai berfokus pada materi yang akan muncul di dalam tes, dan kegiatan belajar menjadi latihan menjawab soal-soal tes.
ADVERTISEMENT
Tapi, apakah standardisasi tes dalam pendidikan benar-benar efektif dalam menilai kemampuan siswa, ataukah ia hanya menindas kreativitas dan membatasi potensi mereka?
Rancangan sistem pendidikan yang baik seharusnya memberikan ruang bagi setiap siswa untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensinya, bukan hanya membatasi diri pada apa yang ditetapkan oleh tes standar. Sayangnya, pendekatan yang dominan dalam sistem pendidikan kita saat ini terfokus pada tes standar.
Sir Ken Robinson, seorang pendidik dan penulis terkenal, pernah mengatakan, “Bukannya mendiversifikasi bakat individu, kita mempunyai sistem yang mengharuskan semua orang memiliki jenis bakat yang sama.”
Ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan saat ini cenderung memaksa setiap siswa untuk memiliki set kompetensi yang sama, yang pada gilirannya dapat membatasi kreativitas dan inovasi.
Peserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT). Foto: Dok. Istimewa
Tidak bisa dimungkiri bahwa tes standar memberikan beberapa keuntungan. Salah satunya adalah memberikan standar yang jelas dan objektif untuk menilai kemampuan siswa. Selain itu, tes standar juga dapat memberikan gambaran yang cukup akurat tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa. Namun, apakah keuntungan tersebut sebanding dengan harganya?
ADVERTISEMENT
Banyak penelitian menunjukkan bahwa tes standar dapat menghambat kreativitas dan membatasi potensi siswa. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh American Journal of Education pada 2017 menunjukkan bahwa siswa yang belajar di sekolah dengan pendekatan tes standar memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih rendah dibandingkan siswa yang belajar di sekolah dengan pendekatan lain.
Terlebih lagi, tes standar seringkali gagal dalam menilai kemampuan non-akademik yang penting, seperti kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, dan kemampuan kerjasama. Selain itu, tes standar juga sering mengabaikan keberagaman cara belajar dan berpikir siswa.
Albert Einstein pernah mengatakan, “Jika Anda menilai seekor ikan dari kemampuannya untuk memanjat pohon, ikan tersebut akan hidup selamanya dengan merasa bodoh.”
Ini adalah ilustrasi yang tepat mengenai apa yang terjadi pada banyak siswa di sistem pendidikan yang terfokus pada tes standar. Siswa yang memiliki kemampuan unik dan berbeda sering merasa tidak mampu dan gagal hanya karena sistem penilaian tidak memungkinkan mereka untuk menunjukkan kelebihan mereka.
Peserta bersiap untuk mengikuti pelaksanaan UTBK seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di UPN Veteran Jakarta, Pondok Labu, Jakarta, Selasa (17/5/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa standardisasi tes dalam pendidikan perlu dikaji ulang. Sebuah sistem pendidikan yang baik seharusnya mampu menilai kemampuan setiap siswa secara holistik, dan memberikan ruang bagi setiap siswa untuk mengembangkan potensi mereka.
ADVERTISEMENT
Sebuah sistem pendidikan yang baik seharusnya mampu menilai kemampuan setiap siswa secara holistik, dan memberikan ruang bagi setiap siswa untuk mengeksplorasi dan mengembangkan bakat dan minat mereka.
Tentu, perubahan ini tidak akan terjadi dalam semalam. Namun, jika kita mulai sekarang, kita bisa menciptakan sebuah sistem pendidikan yang lebih inklusif, yang mampu mempersiapkan generasi muda kita untuk menjadi pemikir kritis, inovator, dan pemimpin masa depan.
Bukankah seharusnya inilah tujuan sebenarnya dari pendidikan? Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela, "Pendidikan adalah senjata paling kuat yang bisa digunakan untuk mengubah dunia." Jadi, mari kita gunakan pendidikan sebagai alat untuk mempersiapkan generasi muda kita, bukan hanya untuk tes standar, tetapi juga untuk tantangan dan peluang masa depan.
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai tujuan ini, kita perlu menciptakan sistem pendidikan yang mendorong kreativitas dan pemikiran kritis, bukan hanya menghafal fakta dan formula. Kita perlu menciptakan sistem penilaian yang mampu menilai kemampuan dan potensi setiap siswa, bukan hanya kemampuan mereka untuk menjawab soal tes.
Suasana UTBK di UGM. Foto: Dok. Humas UGM
Di masa depan, semoga kita bisa melihat sistem pendidikan yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan setiap siswa, bukan sistem yang menindas kreativitas dan membatasi potensi mereka. Sebuah sistem pendidikan yang memahami bahwa setiap siswa adalah individu unik dengan kelebihan dan potensi yang unik pula.
Maka dari itu, sebagai penulis, saya menyerukan kepada para pendidik, pembuat kebijakan, dan semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, untuk mempertimbangkan kembali peran tes standar dalam sistem pendidikan kita.
ADVERTISEMENT
Mari kita bersama-sama menciptakan sistem pendidikan yang inklusif yang menghargai keberagaman, serta mempersiapkan generasi muda kita untuk masa depan yang cerah.