Konten dari Pengguna

Sleep Paralysis : Merasa Terikat Saat Bangun Tidur

Natasya Putri Arviadewi
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
26 November 2021 18:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Natasya Putri Arviadewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : pixabay.com
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan saat ini, masalah tidur sering dihadapi oleh banyak orang. Terutama karena adanya faktor kehidupan modern, jam kerja yang tinggi, dan masih banyak lagi. Salah satu masalah tidur yang sering dialami yaitu, adanya perasaan terikat ketika bangun tidur. Mereka menganggap bahwa hal ini disebabkan oleh makhluk halus. Faktanya, hal ini tidak benar sama sekali.
ADVERTISEMENT
Apakah kalian pernah merasa terikat atau mati rasa saat bangun tidur? Jika iya, berarti kalian pernah mengalami apa yang dimaksud dengan ketindihan atau dalam dunia medis disebut dengan sleep paralysis.

Apa itu Sleep Paralysis?

Sleep paralysis adalah suatu kondisi dimana gerakan otot rangka dalam tubuh kita terhambat, tetapi gerakan otot mata, pernapasan, dan fungsi sensorik tetap berfungsi dengan lancar. Pada sebuah studi oleh The American Sleep Disorders Association (1990, dalam Murphy, 2012) menjelaskan bahwa sleep paralysis sebagai suatu kondisi dimana tubuh kita tidak mampu untuk mengontrol otot volunter selama sleep onset (hypnagogic) atau selama terbangun diantara waktu malam dan pagi (hypnopompic).
Fenomena sleep paralysis di Indonesia sendiri sering kita sebut dengan istilah tindihan atau ketindihan, dan sering juga diduga terkait dengan berbagai halusinasi, seperti sensasi kehadiran makhluk supranatural.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa sleep paralysis adalah suatu kondisi dimana gerakan otot rangka dalam tubuh kita terhambat karena tidak mampu untuk mengontrol otot volunter selama sleep onset.

Berapa Kali Sleep Paralysis Dapat Terjadi?

Sebenarnya kita dapat mengalami sleep paralysis sekali atau dua kali selama tidur dan biasanya berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa menit. Saat mengalami sleep paralysis, otak kita sebenarnya sudah keluar dari fase REM tapi tubuh belum, sehingga otot-otot masih lemah.

Apakah Sleep Paralysis Dapat Mengancam Jiwa?

Kita tidak perlu cemas, karena sebenarnya mitos bahwa ketindihan atau sleep paralysis ini dapat mengancam jiwa tidak memiliki dasar ilmiahnya. Tetapi, meskipun sleep paralysis tidak berbahaya, jika kita terlalu sering mengalaminya perlu untuk waspada. Karena sleep paralysis dapat menjadi gejala dari suatu penyakit pada gangguan tidur lainnya.
ADVERTISEMENT

Mengapa Seseorang Bisa Mengalami Sleep Paralysis?

Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang dapat mengalami sleep paralysis yaitu, posisi tidur yang telentang, stres dan gangguan tidur narkolepsi. Faktor lain yang juga dapat disebut sebagai pemicu munculnya sleep paralysis yaitu, gangguan panik, depresi, dan Post Traumatic-Stress Disorder (PTSD). Sementara waktu tidur juga berkontribusi ringan dalam penyebab munculnya sleep paralysis yaitu, saat kita tidur diatas pukul 12 malam dan kekurangan durasi tidur <5 jam.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sleep paralysis banyak terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan mental. Misalnya saat masa anak-anak mereka pernah mengalami kekerasan, hal itulah yang dapat menjadi pemicu munculnya sleep paralysis yang sudah dikonfirmasi. Sehingga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan sleep paralysis.
ADVERTISEMENT

Apakah Ada Cara untuk Mengatasi Sleep Paralysis?

Kalian tidak perlu khawatir, menurut laman National Health Service, fenomena sleep paralysis akan membaik seiring dengan berjalannya waktu ke waktu. Satu-satunya cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi bahkan mengatasi terjadinya sleep paralysis yaitu, dengan menerapkan kebiasaan tidur yang baik, tidur secukupnya sekitar 7-8 jam setiap malam, tidur dan bangun pada jam yang sama dan teratur.
Pada penderita dengan gangguan kecemasan yang berlebihan, sebaiknya konsultasi ke dokter untuk pemeriksaan yang lebih teliti, dan dokter akan meresepkan obat antidepresan.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa sleep paralysis bukanlah sebuah peristiwa yang terjadi karena adanya gangguan dari makhluk supranatural, tetapi karena terhambatnya pergerakan pada otot tubuh kita yang tidak mampu untuk mengontrol otot volunter selama sleep onset. Selain itu, sleep paralysis tidak mengancam jiwa. Tetapi, jika kita mengalami terlalu sering, maka perlu konsultasi ke dokter untuk melakukan pemeriksaan karena bisa saja menjadi gejala dari suatu penyakit pada gangguan tidur lainnya.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Setianingrum, A. D. (2019). Studi fenomenologi kecemasan pada individu dengan kecenderungan isolated sleep paralysis.
Fikra, N. I. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Sleep Paralysis pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Andalas Angkatan 2014 (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).
Syahril, M. (2021, 24 Juli). Bukan Mistis, Ini Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi Sleep Paralysis. Kompas.com.
Denis, D., French, C. C., & Gregory, A. M. (2018). A systematic review of variables associated with sleep paralysis. Sleep Medicine Reviews, 38, 141-157.
Puji, A. (2021, 29 April). Penjelasan Medis tentang Sleep Paralysis Alias "Ketindihan" Saat Tidur. Hellosehat.
Gustiawati, I. (2015, 8 Mei). Sleep Paralysis, Ketindihan Saat Tidur yang Bikin Panik. Liputan6.
Faizah, R. D. N. (2014). HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN SLEEP PARALYSIS PADA SANTRI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM JOMBANG (Doctoral dissertation, Untag Surabaya).
ADVERTISEMENT