Era Industri 4.0, Peluang Kerja di Bidang Akuntansi Semakin Lebar atau Sempit?

NATHALIA SANTOSO
Mahasiswa dari Universitas Katolik Parahyangan jurusan Akuntansi
Konten dari Pengguna
12 September 2021 5:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NATHALIA SANTOSO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dunia digital. Sumber gambar: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Dunia digital. Sumber gambar: Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peralihan revolusi industri memberikan kemudahan yang serba otomatis bagi perkembangan ekonomi dunia. Akan tetapi, tentu saja ada pihak yang dirugikan dari perkembangan teknologi. Salah satunya adalah para akuntan yang mulai mengalami ketakutan dengan pengambilalihan profesinya oleh teknologi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data peminat PTN di Universitas Padjajaran untuk program studi akuntansi mengalami penurunan sebesar 5,6% dari tahun 2017 ke 2018 dan mengalami penurunan lagi sebesar 72% di tahun 2019 (LTMPT, 2020). Peminat jurusan akuntansi di berbagai perguruan tinggi lainnya juga mulai mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Banyak orang yang merasa takut tidak mendapatkan pekerjaan ketika terjun ke program studi akuntansi karena perkembangan tekonologi yang semakin canggih bisa menggantikan profesi akuntan. Padahal faktanya, teknologi hanya bisa menggantikan pekerjaan yang bersifat rutinitas.
Hal itu membuktikan bahwa tidak ada teknologi yang akan menggantikan profesi akuntan, melainkan teknologi tersebut membantu mereka menyelesaikan masalah yang rutin sehingga mereka memiliki lebih banyak waktu untuk menyusun strategi finansial perusahaan. Tidak dimungkiri bahwa perubahan revolusi industri menjadi 4.0 menuntut para akuntan untuk memiliki sikap terbuka dan menyesuaikan diri dengan penggunaan teknologi karena perekonomian yang serba otomatisasi.
ADVERTISEMENT
Beberapa kota di negara maju telah mengubah praktik akuntansinya menjadi lebih modern dengan mulai memanfaatkan teknologi. Pengalihan sistem informasi akuntansi menjadi salah satu contoh pemanfaatan teknologi, yaitu mengubah dari yang berbasis manual menjadi berbasis komputer.
Sistem akuntansi digital menyebabkan pengolahan data menjadi lebih terpercaya keakuratannya. Romney dan Steinbart (2017) juga menyatakan bahwa implementasi dari teknologi sistem informasi akuntansi di perusahaan dapat membantu para pengguna dan meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan. Lantas bagaimana akuntan bisa menyesuaikan pekerjaannya menuju ke arah digital? Apakah memungkinkan profesi di bidang akuntansi semakin bertambah?
Bekerja Sama dengan Accounting Software
Seiring bertumbuhnya e-business di revolusi industri 4.0, permintaan untuk informasi akuntansi juga ikut meningkat. Accounting software menjadi salah satu solusi yang membantu para pelaku e-business dengan menggunakan media digital. Software tersebut membantu menjalankan fungsi akuntan dengan menghasilkan laporan keuangan akuntansi secara cepat dan lebih akurat. Artikel CPA Journal Deshmukh (2000) mendiskusikan lebih dalam lagi, bagaiamana accounting software yang berbasis digital bisa mendukung e-business. Artikel tersebut menjelaskan bahwa accounting software dapat memudahkan kinerja akuntan dengan kemampuan penagihan dan pencatatan langsung secara otomatis sehingga proses penjualan menjadi lebih efisien. Selain itu, accounting software juga memiliki fitur untuk menerima berbagai macam metode pembayaran dan mencatat langsung di sistem akuntansi sehingga pencatatan penjualan perusahaan menjadi lebih mudah.
ADVERTISEMENT
Melalui accounting software, akuntan dituntut untuk mampu menganalisis data dan informasi secara langsung sehingga hasil analisanya bisa meningkatkan peramalan kondisi bisnis di masa depan, penjadwalan yang lebih sesuai, manufaktur lebih terkontrol, dan fungsi pengadaan lebih baik. Akuntan diharapkan memiliki lebih banyak waktu untuk menganalisa dan menentukan keputusan finansial perusahaan tanpa harus terburu-buru.
Praktik Nyata dalam E-commerce
Di tengan pandemi ini, perusahaan e-commerce yang berbasis digital menjadi penyelamat para UMKM di Indonesia, ekonomi negara, bahkan akuntan juga dibantu untuk mendapatkan informasi langsung secara detail. Teknologi e-commerce membantu melacak kebutuhan kostumer dengan menganalisis pola pengklikan. Informasi tersebut memberikan perincian biaya kepada akuntan sehingga lebih mudah untuk menghitung biaya produk yang sebenarnya terjadi, seperti contohnya biaya iklan dapat dilacak secara langsung per jenis produk yang dijual. Perhitungan harga pokok produk menjadi lebih mudah dihitung dan lebih akurat. Selain itu, e-commerce juga memberikan jasa penyusunan laporan keuangan dalam format standar XBRL, assurance services, dan jasa-jasa lain yang berhubungan dengan continuous audit techniques.
ADVERTISEMENT
Namun, e-commerce juga menyebabkan sistem informasi perusahaan tidak lagi tertutup dari pihak luar karena kostumer dapat melakukan akses secara langsung ke dalam data perusahaan dan hal ini mengakibatkan pengendalian internal perusahaan menjadi semakin lemah. Keamanan harta perusahaan dan data para kostumer dapat dengan mudah mengalami kebocoran. Dalam menghadapi hal tersebut, akuntan dituntut memiliki sikap terbuka dan memperkaya wawasan terhadap perkembangan disiplin ilmu lain, khususnya disiplin teknologi informasi.
Akuntan juga perlu memahami bagaimana pengendalian internal dalam perusahaan e-commerce yang bersifat preventif dan detektif. Dalam hal ini, akuntan bisa bekerja sama dengan praktisi dibidang teknologi informasi, misalnya programmer untuk mendesain ulang pengendalian internal, melakukan jasa penyusunan sistem akuntansi berbasis komputer, membangun database akuntansi dan keuangan yang terintegrasi serta merancang program-program untuk membantu pengambilan keputusan manajerial secara cepat dan akurat.
ADVERTISEMENT
Muncul Profesi Baru
Menurut Bureau of Labor Statistics, profesi akuntan dan auditor akan bertumbuh sebesar 10% lebih cepat dari biasanya dimulai dari tahun 2016 hingga 2026. Pertumbuhan ini disebabkan kompleksitas dari pekerjaan tersebut yang menyangkut hal-hal yang artificial intelligence tidak bisa lakukan seperti membuat keputusan untuk strategi bisnis perusahaan. Artificial intelligence ditujukkan awal mulanya untuk melakukan kegiatan dasar dari seorang akuntan seperti mencatat, memproses, dan menyortir transaksi. Teknologi dari artificial intelligence bertujuan untuk mengalihkan fokus seorang akuntan ke hal yang lebih analitik.
Mike Galarza (2017) selaku anggota dewan Forbes Technology menyatakan bahwa perkembangan artificial intelligence akan memberi lebih banyak nilai ke seorang akuntan untuk mengembangkan interpersonal skill seperti kemampuan mengkomunikasikan persyaratan yang kompleks dan mengembangkan strategi untuk klien mereka. Bukan hanya terbatas pada profesi akuntan dan auditor, dengan bantuan artificial intelligence perusahaan akuntansi dimudahkan dalam mengolah faktur, data penjualan, dan data biaya secara otomatis.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, profesi di bidang akuntansi mulai berkembang dan membuka peluang baru, yaitu sebagai perancang aplikasi berbasis digital untuk mengakses data finansial langsung dari ponsel atau tablet, sebagai auditor laporan keuangan digital, dll. Oleh karena itu, akuntan dituntut untuk memiliki keahlian yang memadai di bidang teknologi informasi karena akan sangat banyak profesi baru yang muncul di masa depan dengan menggunakan teknologi.
Akuntansi merupakan salah satu profesi yang paling disiplin, kompleks dan menantang karena pekerjaannya yang selalu dituntut beradaptasi dengan revolusi industri yang berubah-ubah. Perkembangan revolusi industri di satu sisi menjadi sahabat baik kita, jika kita bisa menggunakan dan memanfaatkannya dengan baik. Di sisi lain, jika kita tidak bisa memanfaatkannya dengan baik, justru kita yang bisa tertinggal jauh dan hancur dengan kecanggihan tersebut.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, seorang akuntan perlu mengubah cara mereka memposisikan diri dan menjalin komunikasi yang baik dengan klien mereka dalam industri ekonomi yang berbasis digital sekarang ini. Mengembangkan pemahaman lebih dalam tentang teknologi dan menjalin hubungan strategis dengan para praktisi di bidang teknologi informasi juga menjadi pilihan tepat untuk saat ini mengingat pertumbuhan artificial intelligence yang semakin pesat. Tentunya tidak mudah untuk menyesuaikan ke arah digitalisasi, tetapi dibalik setiap tantangan pasti terdapat peluang besar.