Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Interaksi Parasosial, Fenomena Sosial yang Menyita Perhatian Masyarakat
6 April 2022 14:21 WIB
Tulisan dari Natrisia Avisha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selama satu dekade belakangan, budaya pop semakin mendominasi perhatian sebagian besar masyarakat Indonesia. K-Pop, K-Drama, Anime, Manga, bahkan sinteron seperti Ikatan Cinta di RCTI juga menjadi trend yang sayang untuk dilewatkan oleh kaum ibu-ibu. Awalnya saya menganggap obsesi orang-orang terhadap hubungan Aldebaran dan Andin itu adalah hal yang remeh banget. Sampai akhirnya saya sadar, ternyata saya juga begitu, loh. Hanya saja, media dan karakternya berbeda.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu pecinta komik Detektif Conan, tanpa saya sadari, terkadang saya bukan hanya menikmati kasus-kasus yang dipecahkan oleh Conan Edogawa dan kawan-kawan, tapi saya juga menunggu interaksi Conan Edogawa dengan salah satu karakter utama dalam komik tersebut yang bernasib sama dengannya. Iya. Ai Haibara. Di sini lah saya merasa ternyata saya sama saja seperti para penonton Ikatan Cinta. Tapi, terlepas dari itu semua, saya jadi penasaran; ada gak sih istilah dari fenomena yang saya dan penonton Ikatan Cinta alami? Kok bisa kita begitu rela menginvestasikan waktu kita untuk menganalisis dan terobsesi dengan karakter fiksi tersebut?
Setelah melakukan penelusuran di internet, ternyata ada istilah untuk fenomena ini; Parasocial Interaction (PSI) atau interaksi parasosial. Menyimpulkan istilah tersebut dari sumber yang paling mudah untuk ditemukan, Wikipedia, saya menemukan bahwa interaksi parasosial adalah fenomena dimana audiens dari suatu media merasa terlibat secara emosional terhadap situasi yang terjadi pada media tersebut. Contohnya bisa apa saja; nge-ship dua karakter yang ada di sebuah sinetron atau manga seperti saya, atau merasa berteman dan ngopi bareng di Central Perk dengan karakter serial TV Friends yang ditonton di Netflix.
ADVERTISEMENT
Interaksi Parasosial seharusnya nggak membawa dampak buruk untuk kita. Bahkan banyak sekali orang yang menjadikannya sebagai coping mechanism atau salah satu cara seseorang untuk mengatasi masalah-masalah tertentu yang mengganggu pikiran dan perasaan orang tersebut di dunia nyata. Ada beberapa orang yang juga menggunakannya sebagai salah satu self-discovery atau penemuan jati diri. Karena memang dengan memperbanyak mempelajari situasi-situasi sosial, kita jadi tahu menempatkan diri kita sebagai orang yang seperti apa dalam situasi tersebut. Selain itu, ada juga yang menjadikan interaksi parasosial ini sebagai salah satu bentuk emotional recharge. Hal ini dikarenakan adanya rasa lelah untuk berulang kali terlibat dalam situasi sosial yang timbal balik di dunia nyata, dalam hubungan keluarga, professional, ataupun percintaan, yang tentu saja menguras emosi kita. Sehingga akan terasa lebih damai bagi kita untuk sesekali “terlibat” dalam situasi sosial yang memungkinkan kita untuk tidak benar-benar terlibat dalam situasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Walaupun begitu, kita perlu sadar bahwa interaksi parasosial itu adalah interaksi yang hanya terjadi satu sisi. Anggaplah interaksi ini sebagai sarana untuk kita memperkaya pemikiran dan perasaan kita, agar kita bisa lebih mudah untuk berempati dan memahami suatu situasi di kehidupan nyata dengan lebih baik. Sisanya, nggak usah diselami terlalu dalam, ya.