Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Konser Selamat Ulang Tahun Nadin Amizah, Sebuah Pertunjukan yang Bercerita
26 Desember 2022 10:35 WIB
Tulisan dari Daffa Naufal Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Diselenggarakan pada 22 Desember 2022 di Basket Hall Senayan, Konser Nadin Amizah Menyentuh Penonton dengan Sajian Layaknya Teater Musikal
ADVERTISEMENT

Konser "Selamat Ulang Tahun" menggaungkan lagu-lagu yang menggetarkan hati penonton dalam jalinan cerita yang terjahit rapi. Suara lembut Nadin Amizah menggema di Basket Hall Senayan pada malam yang diperingati sebagai Hari Ibu 2022.
ADVERTISEMENT
Pertunjukan musik yang diselenggarakan selama satu jam itu dibuka bak teater musikal. Ketika cahaya putih menyoroti panggung pertunjukan, seorang anak perempuan duduk di atas sofa dengan wajah muram. Beberapa saat kemudian berbagai macam orang datang menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun" dengan ceria. Mereka mengelilingi anak itu sambil bernyanyi, bertepuk tangan, dan menari.
Aksi aktor-aktor tidak hanya hanya menjadi hidangan pembuka. Dalam konser ini, setiap lagu Nadin Amizah didampingi dengan aksi panggung dan rangkaian cerita. Setelah pembukaan, Nadin Amizah tidak datang begitu saja dari belakang panggung dan menyapa penonton, lalu mulai bernyanyi. Namun, kedatangannya dibalut dalam satu adegan yang memukau, melahirkan tepuk tangan dan teriakan penonton.
Pada adegan tersebut, seorang aktor yang berperan sebagai ibu dari Nadin Amizah terus memegangi perutnya kesakitan, lalu datang tiga aktor lain yang seakan menjadi bidan. Lantas, mereka menari dan beraksi. Ibu masuk ke dalam selimut tebal yang ada di atas sofa diikuti tiga bidan. Selimut itu bergerak-gerak dari dalam hingga menjulang tinggi. Begitu tinggi sampai kepala ibu yang sempat muncul dari selimut seperti melayang di langit. Ketika selimut dibuka, Nadin Amizah tengah berada di gendongan sang ibu. Layaknya bayi yang baru lahir.
ADVERTISEMENT
"Kanyaah" dan "Paman Tua" menjadi dua lagu pertama yang dilantunkan Nadin Amizah. Selama pertunjukan, Nadin tidak hanya berdiri dan bernyanyi, tapi juga didampingi para aktor yang menari dengan gerak tubuh yang bercerita. Bahkan, Nadin nyaris tidak pernah berbicara dengan audiens, ia tetap berada dalam karakter hingga seluruh rangkaian pertunjukan usai. Di sela-sela lagu, ada berbagai adegan dengan dialog di mana Nadin ikut berperan. Nadin memerankan dirinya sendiri dengan dua aktor yang menjadi ayah dan ibunya.
Dalam adegan tersebut, Nadin, Ibu, dan Ayah bersenda gurau sambil bermain tebak-tebakan. Hingga Ayah berdongeng tentang nelayan dan burung pelikan didampingi suara deburan ombak dan angin laut. Sebuah kisah mengenai manusia yang tak pernah puas dan hewan yang merasa cukup. Dongeng tersebut tak cuma-cuma menjadi pemanis pertunjukan, tapi memberikan analogi dan simbol akan lagu berikutnya. Setelah adegan selesai, Nadin pamit pergi kepada Ayah dan Ibu dengan terburu-buru, dilanjutkan dengan ia menyanyikan "Kereta Ini Melaju Terlalu Cepat". Selama ia bernyanyi, para aktor naik ke atas panggung dan berlari ke sana kemari tak tentu arah.
ADVERTISEMENT
Ketika Nadin menyanyikan lagu "Beranjak Dewasa", empat aktor datang dan mengelilingi Nadin. Keempat aktor tersebut mengenakan empat gaun yang menggambarkan empat emosi. Ada sedih, marah, takut, dan bahagia. Keempatnya berlaga sesuai emosi mereka.
Pada konser malam itu, beberapa penonton terlihat datang bersama ibunya. Mereka terenyuh ketika menyaksikan Nadin Amizah menyanyikan lagu "Bertaut" di atas pangkuan ibu kandungnya. Penonton langsung ikut menyanyikan lagu yang berkisah tentang kedekatan hubungan ibu dan anak ini.
Dalam adegan lain, Nadin didatangi teman-temannya (aktor yang menjadi keempat emosi tadi). Mereka seperti tengah mengajak Nadin bermain mengeja huruf. Seperti ketika temannya satu per satu menyebutkan huruf, A-N-J-I-N-G, Nadin dengan lantang menjawab, "anjing". Lalu temannya memberikan pertanyaan ejaan lainnya, dan Nadin menjawab dengan benar. Namun, ketika huruf A-Y-A-H yang dilontarkan, Nadin justru menjawab "bunda". Teman-temannya beberapa kali kembali mengeja kata "ayah", tapi Nadin terus menjawab "bunda". Sebuah sentilan halus yang menggambarkan ketidakhadiran ayah dalam hidup seorang anak.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, penonton kembali menyaksikan kelanjutan cerita absensi ayah dalam hidup Nadin. Karakter ayah diperankan seorang aktor yang dibalut cat hitam di sekujur tubuhnya dan pakaian serba hitam. Dalam adegan tersebut, ayah berlari ke atas panggung dari kursi penonton ingin bertemu dan meminta maaf dengan Nadin. Adegan berlanjut dengan Nadin menyanyikan lagu "Mendarah" dan keempat aktor lain (yang berperan sebagai keempat emosi) membersihkan wajah ayah dari cat hitam. Seperti tengah membersihkan seluruh kesalahan di masa lalu yang sudah melekat begitu lama.
Lagu "Mendarah" membuat banyak penonton tersentuh. Salah satu penonton mengatakan, "aku kena saat Nadin menyanyikan lagu itu."
ADVERTISEMENT
Di penghujung konser, "Sorak Sorai" dinyayikan bersama dengan Syarikat Idola Remaja. Panggung diramaikan juga oleh para aktor yang datang untuk menulis harapan di secarik kertas dan melipatnya menjadi pesawat. Berbagai pesawat kertas diterbangkan ke arah penonton dan beberapa orang menangkapnya. Riuh teriakan penonton, ditambah hujan confetti emas dari atas panggung membuatnya menjadi penutup konser yang menawan dan tak terlupakan. Seluruh orang dalam Basket Hall Senayan pada malam itu ikut bersorak-sorai.
Saat lagu penutup selesai dinyanyikan, seluruh aktor dan orang-orang yang terlibat di balik panggung ikut naik ke atas panggung untuk bersama-sama mengucapkan terima kasih. Ketika cahaya panggung redup, tersisa satu cahaya yang menyoroti Nadin Amizah. Ia berdiri, tersenyum, dan mengucapkan terima kasih beberapa kali.
ADVERTISEMENT
Konser "Selamat Ulang Tahun" Nadin Amizah bukan sekadar pertujukan musik. Namun, konser ini merupakan sebuah cerita. Adegan demi adegan dirangkai untuk menceritakan kisah Nadin dan mengupas lebih dalam makna dari setiap lagu yang ia nyanyikan. Dipadu padankan dengan berbagai analogi dan representasi, seperti kisah nelayan dan burung pelikan atau aktor empat emosi.
Berbagai tarian, gestur, ekpresi para aktor menyampaikan sebuah rasa. Berbagai pemilihan busana, properti, warna cahaya panggung memperkuat pesan dari cerita yang ingin disampaikan. Sampai pada yang paling esensial, suara Nadin Amizah dan dirinya sendiri adalah sebuah cerita.