Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Eren Yeager dan Paradoks Kebebasan: Refleksi Filosofis dari Attack on Titan
9 Januari 2025 18:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Naufal Daffa Guswani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Attack on Titan bukan hanya anime tentang pertempuran melawan raksasa pemakan manusia, tetapi juga sebuah perjalanan kompleks yang menggali tema moral, politik, dan filosofis. Di pusat cerita ini, Eren Yeager berdiri sebagai simbol perjuangan kebebasan. Namun, kebebasan yang diperjuangkan Eren menimbulkan pertanyaan mendalam: Apakah kebebasan yang ia perjuangkan benar-benar membebaskan, ataukah justru menciptakan bentuk perbudakan baru? Artikel ini akan mengeksplorasi paradoks kebebasan melalui perjalanan Eren Yeager dengan pendekatan filosofis.
ADVERTISEMENT
Gambaran Umum Perjuangan Eren Yeager
Eren Yeager memulai perjalanannya sebagai seorang anak yang bertekad melindungi orang-orang yang ia cintai dari ancaman Titan. Obsesi Eren terhadap kebebasan menjadi inti dari karakternya. Ia percaya bahwa hanya dengan menghancurkan dinding dan mengalahkan para Titan, kebebasan sejati bisa diraih. Namun, seiring berjalannya waktu, Eren menyadari bahwa musuh yang sebenarnya bukan hanya Titan, tetapi juga struktur sosial dan politik yang membelenggu umat manusia.
Transformasi Eren dari seorang pemuda idealis menjadi sosok ekstrem yang merencanakan Rumbling (meratakan dunia dengan titan) menunjukkan pergeseran mendalam dalam cara pandangnya tentang kebebasan. Ia mulai memandang kebebasan sebagai sesuatu yang harus diraih dengan segala cara, bahkan jika itu berarti mengorbankan jutaan nyawa.
ADVERTISEMENT
Paradoks Kebebasan dalam Filosofi
Kebebasan sering kali dianggap sebagai hak universal, tetapi filsafat menunjukkan bahwa kebebasan memiliki paradoks tersendiri. Jean-Paul Sartre, misalnya, menyatakan bahwa kebebasan datang dengan tanggung jawab. Kebebasan individu tidak dapat dilepaskan dari dampaknya terhadap orang lain. Friedrich Nietzsche menambahkan bahwa kebebasan sering kali terkait dengan kehendak untuk berkuasa, yang dapat mengarah pada pengorbanan nilai-nilai moral demi mencapai tujuan.
Paradoks ini terlihat jelas dalam tindakan Eren. Ia percaya bahwa dengan menghancurkan dunia luar melalui Rumbling, ia dapat membebaskan rakyat Eldia dari ancaman eksternal. Namun, tindakan ini justru menghilangkan kebebasan orang lain dan menciptakan penderitaan yang tak terhitung. Kebebasan Eren menjadi beban moral yang membuktikan bahwa kebebasan tidak selalu bermakna positif.
ADVERTISEMENT
Kebebasan Eren dalam Perspektif Moral
Tindakan Eren dalam Attack on Titan mengundang debat moral yang kompleks. Apakah membunuh jutaan orang untuk melindungi bangsanya adalah tindakan yang benar? Dalam konteks ini, kebebasan individu yang diperjuangkan Eren bertentangan dengan kebebasan kolektif orang-orang di luar dinding.
Karakter lain, seperti Armin dan Mikasa, mewakili perspektif yang berbeda. Mereka mengkritik keputusan Eren karena mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan demi mencapai kebebasan yang bersifat semu. Konflik moral ini menggambarkan bahwa kebebasan tanpa batas sering kali menjadi alat penindasan.
Refleksi Kehidupan Nyata
Paradoks kebebasan yang digambarkan dalam Attack on Titan relevan dengan konflik manusia di dunia nyata. Dalam sejarah, perjuangan kebebasan sering kali mengorbankan pihak lain. Contohnya, kolonialisme yang dilakukan atas nama "misi peradaban" atau perang yang diklaim untuk "membawa kebebasan" justru menghasilkan penderitaan besar.
ADVERTISEMENT
Kisah Eren mengingatkan kita bahwa kebebasan sejati tidak dapat dicapai dengan mengorbankan kebebasan orang lain. Kebebasan yang hanya melayani satu kelompok atau individu pada akhirnya akan menciptakan bentuk ketidakadilan baru.
Perjalanan Eren Yeager dalam Attack on Titan adalah eksplorasi mendalam tentang paradoks kebebasan. Ia menunjukkan bahwa kebebasan bukanlah konsep sederhana, tetapi melibatkan tanggung jawab besar dan dilema moral yang sulit. Dengan refleksi ini, kita diajak untuk mempertimbangkan makna kebebasan dalam kehidupan kita sendiri: Apakah kebebasan yang kita perjuangkan benar-benar membebaskan, ataukah hanya menciptakan belenggu baru bagi orang lain?