Konten dari Pengguna

Pandangan Masyarakat Primitif Mengenai Mimpi

Naufal Afsal Tohpati
Mahasiswa S1 Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga
18 April 2023 19:42 WIB
clock
Diperbarui 23 Mei 2023 22:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naufal Afsal Tohpati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi wisuda Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wisuda Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Miris, banyak masyarakat atau bahkan anak-anak yang usianya masih terbilang belia terpaksa begitu saja harus rela melepas dan meninggalkan mimpi-mimpi mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam mimpi-mimpi tersebut terdapat banyak harapan yang cerah nan mulia yang ingin mereka wujudkan untuk diri mereka sendiri atau bahkan dapat berkontribusi dan menjadi peranan penting pada bangsa Indonesia.
Tidak hanya terbatas oleh kata “pendidikan” namun berani bermimpi dapat jauh lebih bermakna dan melampaui kata tersebut. Dengan menguatkan ideologi untuk terus berani bermimpi pada anak-anak dapat memberikan harapan yang tinggi pada masa depan yang akan mereka pegang nantinya. Seperti yang dikatakan oleh Presiden RI yang pertama.
Tidak ada salahnya jika mereka bermimpi setinggi-tingginya. Toh mereka sendiri yang menjalani, merasakan, dan mengevaluasi. Tidak seharusnya pula mereka menjadikan omongan orang lain sebagai hambatan akan mimpi-mimpi mimpi mereka.
Perlunya sedikit “bahan bakar” untuk membakar semangat mereka yang sedang berapi-api. Lagian kan setiap orang punya hak untuk bermimpi menjadi apapun dan siapapun yang mereka mau. So, why not?
Ilustrasi bekerja. Foto: Shutterstock
Sayangnya, terdapat banyak faktor yang menjadi penghambat untuk terus bermimpi: lingkungan sekitar, ekonomi, tingkat pendidikan, bahkan dalam diri mereka sendiri atau bahkan dari lingkungan mereka.
ADVERTISEMENT
Banyak dari mereka yang kurang mendapatkan dukungan penuh dari lingkungan sekitar atau keluarga mereka sendiri. Sehingga, terjadi penurunan tingkat kepercayaan diri pada diri mereka. Sering kali juga mereka tak menyadari bahwa mereka tengah mengalami konflik batin dengan dirinya sendiri.
Konflik batin merupakan suatu konflik internal yang dialami oleh suatu individu itu sendiri. Kebanyakan dari mereka pada akhirnya pun memutuskan untuk berhenti bermimpi dan memendam mimpi yang ingin mereka capai sebelumnya—mimpinya usai sampai pada titik ini—tidak ada harap lagi.
Tak hanya itu banyak masyarakat yang memelihara mindset bahwa kita sebagai orang yang memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan tidaklah perlu memiliki mimpi yang tinggi. Hal sekecil itu dapat mematahkan semangat seseorang yang telah memberanikan dirinya untuk bermimpi.
ADVERTISEMENT
Fenomena tersebut seringkali terjadi pada masyarakat primitif atau pedesaan. Mayoritas masyarakat desa menganggap bahwa tidak perlunya memiliki mimpi yan besar dan tinggi. Karena hal tersebut pada nantinya akan sia-sia. Apalagi ketika kita tidak dapat menggapainya yang ada kita dijadikan sebagai bahan untuk olok-olokan.
Hal tersebut cukup krusial khususnya bagi kaum wanita atau perempuan. Perempuan sering dipandang rendah oleh mayoritas masyarakat desa karena mereka dianggap memiliki derajat yang lebih rendah daripada laki-laki bahkan tidak dapat menggantikan posisi laki-laki. Perempuan juga sering dianggap tidak berpotensial seperti laki-laki karena mereka hanya bekerja pada bagian domestik saja.
Sehingga hal tersebut memiliki urgensi yang tinggi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya gerakan untuk meyakinkan kepada anak-anak yang memegang harapan tinggi serta yang menjadi penentu nasib bangsa Indonesia selama beberapa tahun ke depan, untuk menanamkan kepada mereka betapa pentingnya arti untuk berani bermimpi.
Ilustrasi perempuan karier. Foto: fizkes/Shutterstock
Gerakan mengajak anak-anak berani bermimpi tampaknya merupakan hal yang sangat sepele dan kerap kali dipandang sebelah mata. Akan tetapi, hal tersebut membawa impact (dampak) yang sangat besar dalam jangka waktu yang panjang.
ADVERTISEMENT
Lebih lagi berani bermimpi akan hal yang berkaitan dengan ranah pendidikan. Jika kita memprioritaskan bidang pendidikan sama halnya kita telah berinvestasi jangka panjang. Namun, seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa kita berani bermimpi tidak hanya pada bidang pendidikan saja. Kita dapat bermimpi akan hal-hal yang lain yang ada di dunia ini.
Hanya dengan berani bermimpi saja banyak cita-cita mereka yang telah terlukiskan. Tanpa dihantui rasa takut, cemas, pikiran yang berlebih lagi. Mereka kini telah berani mengambil berbagai keputusan dan beranjak keluar dari comfort zone yang ada di sekeliling mereka.
Menggapai asa yang lebih cerah serta mewujudkan cita demi cita. Bebas bermimpi untuk menjadi apapun dan siapapun. Terbang tinggi hingga melampaui batas pandang. Mengubah Indonesia, mengubah dunia. Masa depan ada di tangan mereka yang berani bermimpi lebih, lebih, dan lebih lagi. Lalu, bangun dan mewujudkannya.
ADVERTISEMENT