Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menelusuri Jejak Renaissance: Transformasi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
29 Mei 2024 7:32 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Naura Aulia Maghfira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Renaissance, yang berarti "kelahiran kembali", merupakan masa transisi dari Abad Pertengahan ke zaman modern di Eropa. Periode ini ditandai dengan transformasi besar-besaran dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, dan filsafat. Renaissance membuka jalan menuju pemikiran modern dan menjadi sejarah yang penting, mengingat para filsuf dan pemikir intelektual berjuang keras untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan yang mulai redup. Banyak karya penting lahir pada periode ini, seperti teori heliosentris yang dikemukakan oleh Nicolaus Copernicus dan dibuktikan kebenarannya oleh Galileo Galilei dengan teleskop temuannya. Namun, tidak hanya itu saja, ada banyak tokoh lain yang juga berpengaruh pada masa ini. Supaya kalian paham sejarah dan tokoh-tokoh Renaissance tersebut, yuk simak terus artikel ini!
Latar Belakang Historis
ADVERTISEMENT
Sebelum dimulainya masa Renaissance, dunia Barat mengalami kemunduran dalam berbagai aspek kehidupan. Sistem dan kebijakan dikuasai oleh gereja sebagai pemegang kekuasaan otoriter. Gereja menyebarkan dogma-dogma ajaran Kristen kepada masyarakat sebagai pedoman hidup. Perkembangan ilmu pengetahuan terhambat pada masa itu, dan filsafat banyak dipengaruhi oleh gereja, yang melahirkan filsafat skolastik (pemikiran filsafat yang didasarkan pada ajaran agama) (Putranta, 2017). Dominasi gereja membatasi manusia dalam berpikir, bahkan banyak ilmuwan dan pemikir intelektual dipaksa mengikuti doktrin agama. Beberapa dari mereka yang terang-terangan membantah dihukum mati. Masa ini, yang terjadi sekitar abad pertengahan, sering disebut sebagai Zaman Kegelapan.
Di tengah gelapnya dunia Barat karena aturan-aturan gereja, beberapa masyarakat dan pemikir intelektual bersatu untuk memperjuangkan kembali kebenaran yang telah lama terkubur. Mereka ingin ilmu pengetahuan kembali berjaya seperti pada zaman Yunani Kuno. Dari kekecewaan ini, muncul Renaissance untuk memperjuangkan keadilan dan hak-hak berpendapat, terutama dalam filsafat dan ilmu pengetahuan. Renaissance yang berarti "kelahiran kembali" menjadi titik awal perkembangan pengetahuan dan filsafat yang sebenarnya, di mana rasio (akal) dan empirisme (pengalaman) diyakini sebagai sumber pengetahuan utama (Wahid, 2021).
ADVERTISEMENT
Ciri Khas Filsafat Renaissance
Masa Renaissance sebagai jembatan antara Abad Pertengahan dan zaman modern menandai kebangkitan pengetahuan, seni, sastra, terutama filsafat. Pada era ini, manusia mulai menyadari pentingnya pengetahuan. Awal gerakan Renaissance tidak terlepas dari paham humanisme dan individualisme. Humanisme meyakini bahwa manusia sebagai makhluk berakal mampu berpikir dan mengatur dirinya sendiri maupun dunia. Manusia disebut juga dengan "animal rationale" karena bisa bebas dalam berpikir dan mengembangkan ide-idenya (Musakkir, 2021).
Pada era Renaissance, filsafat yang berkembang bersifat individualistik, dengan kebebasan mutlak bagi pemikiran dan penelitian. Manusia meyakini kemampuan dirinya untuk mencari kebenaran dalam pengetahuan tanpa campur tangan Tuhan. Fokus perhatian Renaissance terletak pada hal-hal konkrit seperti alam, manusia, kehidupan kemasyarakatan, dan sejarah. Setiap aspek realitas menjadi sasaran penyelidikannya. Pada masa ini, manusia menyadari kekuatan dunia dan nilai serta kekuatan pribadinya (Basa’ad, 2018). Kepercayaan akan kemampuan diri membuat kemajuan pesat, dengan banyak penemuan baru dari penelitian yang dilakukan. Namun, abad ke-15 dan ke-16 hanya mempersiapkan munculnya filsafat pada abad ke-17, di mana kekuatan-kekuatan dari Renaissance mendapat pengungkapan yang serasi dalam bidang filsafat (Musakkir, 2021).
ADVERTISEMENT
Tokoh-tokoh Filsafat Renaissance
1) Nicolaus Copernicus
Nicolaus Copernicus adalah seorang tokoh gereja Ortodoks yang terkenal dengan penemuannya tentang alam semesta, yakni teori heliosentris, yang menyatakan bahwa matahari sebagai pusat jagad raya dan bumi berputar mengelilinginya. Bumi memiliki dua gerakan: rotasi (perputaran harian pada porosnya) dan revolusi (gerakan tahunan mengelilingi matahari). Teori heliosentris bertentangan dengan keyakinan gereja yang menganut teori geosentris (bumi sebagai pusat tata surya) yang dikemukakan oleh Ptolemeus.
Meskipun teorinya berlawanan dengan gereja, penemuan Copernicus tentang tata surya memicu revolusi pemikiran dalam astronomi, menjadikannya dikenal sebagai Founder of Astronomy. Teorinya juga memudahkan kalkulasi matematis pergerakan benda-benda langit (Putranta, 2017).
2) Johannes Kepler
Johannes Kepler adalah seorang astronom dan matematikawan dari Jerman. Ketertarikannya pada benda-benda langit membuatnya mudah memahami teori heliosentris Copernicus. Kepler menghasilkan tiga hukum dasar gerakan planet: orbit planet berbentuk elips dengan matahari sebagai pusat, garis yang menghubungkan pusat planet dan matahari membentuk bidang yang luasnya sama dalam waktu yang sama, dan kuadrat periode orbit planet berbanding lurus dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari matahari (Husodo, 2021).
ADVERTISEMENT
3) Galileo Galilei
Galileo adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang dikenal dengan penemuan penting dalam ilmu pengetahuan, seperti akselerasi dalam teori dinamika, hukum benda jatuh, dan gerak parabola. Ia juga mendukung teori heliosentris Copernicus. Salah satu sumbangan besar Galileo adalah penyempurnaan teleskop, yang digunakan untuk mengamati benda-benda langit. Penemuan ini membuktikan kebenaran teori heliosentris, yang membuat gereja terguncang dan memintanya menarik kembali temuan-temuannya (Basa’ad, 2018).
4) Francis Bacon
Francis Bacon lahir di London, Inggris, pada tahun 1561. Beliau adalah seorang filosof dan politikus Inggris. Beliau belajar di Universitas Cambridge dan menjadi anggota parlemen Inggris. Karya Bacon dalam filsafat yang pertama berjudul Essays (Putranta, 2017), yang memberikan nasihat praktis tentang kehidupan. Bacon adalah seorang penganut empirisme dan menentang rasionalisme (Nurhadi, 2022). Bacon meyakini bahwa untuk memahami dunia, kita harus melihat bukti nyata dan mempelajarinya melalui pengalaman. Metode ini sangat berlawanan dengan pendapat Aristoteles, yang menyatakan bahwa kita bisa tahu segala sesuatu hanya dengan berpikir, tanpa perlu melihat ke dunia nyata. Bacon menekankan pentingnya eksperimen dan observasi dalam penelitian untuk menghasilkan norma dan prinsip umum yang dapat digunakan untuk memahami lebih banyak hal.
ADVERTISEMENT
Dampak Renaissance Terhadap Filsafat Modern
Renaissance merupakan kebangkitan dan harapan cerah bagi masyarakat yang lama terkukung oleh dogma gereja. Periode ini membawa dampak besar bagi kemajuan bangsa Eropa, menghasilkan perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia yang membentuk pola baru dalam filsafat. Semangat Renaissance terus berlanjut hingga abad modern, menghasilkan banyak pemikiran baru dalam filsafat yang mencapai puncaknya. Munculnya aliran-aliran filsafat seperti rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan positivisme menjadi tanda majunya ilmu pengetahuan. Filsafat modern bercirikan rasionalisme ilmiah, subjektivisme, kebangkitan humanisme, dan kebebasan dari pengaruh agama (Mardiana et al., 2016). Perkembangan filsafat modern tidak lepas dari pemikiran filsafat Yunani yang terhenti pada Abad Pertengahan, sehingga Renaissance menjadi tanda munculnya kesadaran untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (Yunani dan Romawi) dan menjadi jalan pembuka bagi perkembangan filsafat modern.
ADVERTISEMENT
Referensi
Basa’ad, T. (2018). Studi Dasar Filsafat. Deepublish.
Dani, S. M., & Salminawati. (2022). Perkembangan Filsafat Dan Sains Pada Zaman Renaisance. Journal Of Social Research, 1(5), 328–333. https://doi.org/10.55324/josr.v1i5.80
Husodo, P. (2021). Sejarah Pemikiran Barat. AG PUBLISHING.
Mardiana, A., Damayanti, S. Q., Mahardika, I. K., & Suratno. (2016). Perkembangan Filsafat dan Sains Pada Zaman Renaissance dan Zaman Modern. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(September), 1–23.
Musakkir. (2021). Filsafat Modern dan Perkembangannya (Renaissance: Rasionalisme dan Emperisme). Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan, 5(1), 1–12.
Nurhadi, N. (2022). Debat Pemikiran dan Pergulatan Filsafat Moderen. Yasin, 2(3), 408–427. https://doi.org/10.58578/yasin.v2i3.480
Putranta, H. (2017). Perkembangan filsafat abad modern. Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahid, M. (2021). Filsafat Umum: Dari filsafat Yunani kuno ke filsafat modern. Penerbit A-Empat.
ADVERTISEMENT