Konten dari Pengguna

Dedolarisasi BRICS Batal, Dominasi Dolar Tetap Tak Terkalahkan?

Naura Nasywa Aprianida
Mahasiswa S1 Hubungan Internasional di Universitas Sebelas Maret.
12 Desember 2024 14:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naura Nasywa Aprianida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Sandra Gabriel on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Sandra Gabriel on Unsplash
ADVERTISEMENT
Ambisi BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS akhirnya menemui jalan buntu. Meski sempat digadang-gadang sebagai langkah besar untuk menata ulang tatanan ekonomi global, rencana dedolarisasi ini justru tersendat di tengah dinamika internal dan tantangan eksternal. Apakah ini menandakan dolar tetap menjadi mata uang tak tergantikan, atau BRICS hanya butuh waktu untuk menyusun strategi baru?
ADVERTISEMENT
Salah satu rencana BRICS untuk meluncurkan mata uang bersama yang digunakan untuk melawan dolar dan mengurangi "kerentanan" negara-negara BRICS terhadap fluktuasi nilai tukar dolar. Langkah tersebut bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar, juga menciptakan sistem keuangan yang lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi pada perdagangan internasional.
Image by Дмитрий Осипенко from Pixabay
"Pemakaian dolar sebagai senjata adalah "kesalahan besar" yang akan memaksa negara-negara untuk mencari alternatif lain," kata Putin saat berbicara di KTT BRICS di kota Kazan, Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa penggunaan mata uang lokal sebagai pengganti dolar atau euro "membantu menjaga pembangunan ekonomi bebas dari politik sejauh mungkin di dunia saat ini," yang sebagaimana dikatakan pada pertemuan puncak pada Selasa.
Meski menjanjikan, dedolarisasi tetap memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan utamanya adalah potensi respons agresif dari Amerika Serikat, seperti penerapan tarif hingga 100% pada produk-produk dari negara anggota BRICS. Langkah seperti ini dapat melemahkan ekspor, menekan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan ketergantungan pada pasar domestik, yang tidak semua negara anggota BRICS siap hadapi.
ADVERTISEMENT
"Gagasan bahwa Negara-negara BRICS mencoba untuk menjauh dari dolar sementara kita berdiri dan menonton sudah berakhir," kata Trump dalam sebuah posting di jejaring sosial Truth Social, dikutip dari Bloomberg pada Senin (2/12/2024).
"Kami meminta komitmen dari Negara-negara ini bahwa mereka tidak akan menciptakan mata uang BRICS baru, atau mendukung mata uang lain untuk menggantikan Dolar AS yang perkasa atau, mereka akan menghadapi Tarif 100%, dan harus berharap untuk mengucapkan selamat tinggal pada penjualan ke Ekonomi AS yang luar biasa," tambahnya.
Image by Andrea from Pixabay
Sebagai negara dengan dominasi ekonomi global, AS memiliki pengaruh besar dalam perdagangan internasional. Tarif tinggi ini tidak hanya dapat menciptakan tekanan ekonomi langsung, tetapi juga merusak hubungan dagang strategis yang telah terjalin selama bertahun-tahun, membuat negara-negara BRICS berpikir ulang untuk benar-benar meninggalkan dolar sebagai mata uang utama.
ADVERTISEMENT
Namun, pada kenyataannya negara-negara BRICS disebutkan tidak tertarik lagi untuk melemahkan Dolar AS, melainkan mereka berjanji mengupayakan sistem pembayaran lintas batas yang berfungsi sebagai jaringan bersama dan meningkatkan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional.
"Kerja sama dalam BRICS tidak ditujukan terhadap siapa pun atau apapun, baik terhadap dolar maupun terhadap mata uang lain,"
"Tujuan utamanya mengejar untuk memastikan kepentingan negara-negara yang berpartisipasi dalam format ini," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada saat itu.
Image by kirill_makes_pics from Pixabay
Maka dari itu, upaya BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS menghadapi tantangan signifikan, terutama dari ancaman tarif tinggi oleh Amerika Serikat. Meskipun gagasan seperti mata uang bersama tetap ada, dominasi dolar masih sulit untuk dihindari sepenuhnya. Meski demikian, BRICS terus berupaya memperkuat kerja sama dengan memanfaatkan mata uang lokal dan sistem pembayaran lintas batas untuk menciptakan alternatif yang lebih mandiri dalam perdagangan global.
ADVERTISEMENT