Konten dari Pengguna

Fenomena Bullying serta Dampaknya Bagi Pelaku, Korban dan Saksi

navalistianty
Guidance and Counseling Teacher - Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman
3 Oktober 2023 9:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari navalistianty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Menggertak, Intimidasi. Foto : pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menggertak, Intimidasi. Foto : pixabay

Pengertian Bullying

ADVERTISEMENT
Seperti yang kita tahu, kasus bullying akhir-akhir ini sedang marak terjadi di Indonesia, baik pelaku, korban maupun saksi rata-rata berusia sekitar 12-17 tahun, yang mana tindakan bullying ini melibatkan remaja usia sekolah.
ADVERTISEMENT
Tindakan bullying santer terdengar seiring banyaknya saksi tindak bullying yang merekam video penindasan baik secara fisik maupun emosional oleh pelaku terhadap korban lalu di sebarluaskan di media sosial.

Kategori Tindakan Bullying

Mengutip dari pengertian bullying, yakni segala bentuk penindasan atau kekerasan. Untuk itu mari kita bahas beberapa bentuk/kategori dari bullying tersebut.
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) tindak bullying memiliki 6 kategori, antara lain :
1. Kontak fisik langsung
Ilustrasi bullying dengan melakukan kontak fisik. Foto : pixabay
Bentuk bullying berupa kontak fisik secara langsung ini, contohnya adalah tindakan memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, termasuk memeras dan merusak barang yang dimiliki orang lain atau korban.
ADVERTISEMENT
2. Kontak verbal langsung
Ilustrasi tindak bullying kontak verbal. Foto : pixabay
Berikut ini termasuk kategori bullying menggunakan kontak verbal, antara lain tindakan mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama yang tidak sesuai, sarkasme, merendahkan, mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip yang tidak benar yang dilakukan pelaku kepada korban bullying.
3. Perilaku non-verbal langsung
Ilustrasi tindak bullying non verbal langsung. Foto : pixabay
Kategori selanjutnya adalah bullying menggunakan Perilaku non-verbal langsung , contoh yang bisa kita temukan adalah tindakan melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, bullying pada kategori ini biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.
4. Perilaku non-verbal tidak langsung
Ilustrasi Perilaku non-verbal tidak langsung. Foto : www.mirror.co.uk
Kategori berikutnya adalah perilaku non- verbal tidak langsung, dimana dalam kategori ini korban tidak langsung merasakan tindakan bullying atau mungkin bahkan korban tidak sadar bahwa ia sedang mengalami perundungan, contohnya saat pelaku mendiamkan korban, mempermalukan korban serta berusaha memanipulasi teman-teman yang lain sehingga korban merasa terkucilkan atau diabaikan oleh teman-temanya. Alhasil korban menjadi kesepian dan tidak memiliki teman.
ADVERTISEMENT
5. Cyber Bullying atau perundungan melalui media sosial
Ilustrasi Cyberbullying. Foto : pixabay
Cyberbullying (perundungan dunia maya) ialah perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel. Adapun menurut Think Before Text, cyberbullying adalah perilaku agresif dan bertujuan yang dilakukan suatu kelompok atau individu, menggunakan media elektronik, secara berulang-ulang dari waktu ke waktu, terhadap seseorang yang dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas tindakan tersebut. Contoh tindakan cyberbullying ini antara lain menyebarkan rekaman video yang mengintimidasi, pencemaran nama baik lewat media social, segala bentuk tindakan yang mengancam melalui platform media sosial. Efek dari cyberbullying ini membuat korban sangat tidak aman, korban bisa merasa seperti diserang dari mana-mana, bahkan di dalam rumah sekalipun.
ADVERTISEMENT
6. Pelecehan seksual
Ilustrasi pelecehan seksual. Foto : pexels.com
Kategori yang terakhir adalah pelecehan seksual, pelecehan seksual ini bisa dikategorikan bullying dalam perilaku agresi fisik atau verbal, misalnya sesorang dengan sengaja membuat obrolan yang mengarah ke seksualitas dengan maksud untuk mengeksploitasi korban, selain itu pelaku juga menggunakan agresi fisik seperti menyentuh tubuh korban.

Faktor Penyebab Terjadinya Bullying

Setelah mengetahui kategori bullying, selanjutnya adalah mengidentisikasi faktor penyebab terjadinya bullying, menurut Coloroso (2007), faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bullying antara lain:
1. Keluarga
Pelaku perundungan sering kali berasal dari keluarga yang bermasalah, orang tuanya sering menghukum dirinya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh dengan stres dan permusuhan.
Sehingga anak akan mempelajari perilaku "perundungan" ketika melihat berbagai konflik yang terjadi di dalam keluarganya. Mereka lantas menirukannya dan dilakukan kepada teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-coba itu, dirinya akan mempelajari jika “mereka mempunyai kekuatan dan diperbolehkan untuk berperilaku agresif”.
Perilaku tersebut dianggap itu dapat meningkatkan status dan kekuasaannya di lingkungan sosialnya, misalnya sekolah. Mereka dari sinilah lantas mengembangkan perilaku perundungan.
2. Sekolah
Bak gayung bersambut, faktor keluarga juga jadi penentu faktor perundungan di sekolah. Menurut pengamatan sebagian besar pelaku perundungan disekolah salah satunya akibat kurangnya perhatian dirumah, sehingga mereka berusaha mencari perhatian disekolah, sayangnya karena kurang pengawasan orangtua "mencari perhatian" sering kali diarahkan ke hal yang negatif salah satunya perundungan.
Bilamana tidak segera ditanggulangi atau dicegah maka perundungan akan tumbuh subur di lingkungan sekolah.
ADVERTISEMENT
3. Faktor Kelompok Sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi di lingkungan sekolah dan teman-temannya di sekitar rumah terkadang terdorong untuk melakukan perundungan.
Beberapa anak melakukan perundungan sebagai upaya untuk menunjukkan jika mereka dapat masuk dalam kelompok tertentu, walaupun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan tindakan tersebut.
4. Keadaan Lingkungan Sosial
Keadaan lingkungan sosial juga dapat menjadi penyebab munculnya perilaku perundungan. Salah satu faktor lingkungan sosial yang mengakibatkan tindakan perundungan adalah kemiskinan.
Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan di antara siswa.
5. Tayangan Televisi dan Media Cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku perundungan dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Survei yang dilakukan oleh Lee (2010) menunjukkan jika 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya. Umumnya, mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).
ADVERTISEMENT

Dampak Bullying

Secara psikologis bullying menimbulkan dampak yang cukup serius khususnya bagi beberapa pihak yang terlibat, seperti korban, pelaku maupun saksi mata yang hanya diam saja melihat tindakan bullying berlangsung.

Dampak Bullying Bagi Korban

Ilustrasi korban bullying. Foto : pixabay
Korban bullying cenderung akan memiliki kepercayaan diri yang rendah, mudah mengalami depresi, ketakutan, menurunnya prestasi akademik, menarik diri lingkungan sosial serta gangguan kesehatan baik fisik maupun psikisnya.

Dampak Bullying Bagi Pelaku

Ilustrasi Pelaku Intimidasi, Mengejek. Foto : pixabay
Pelaku akan memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi memiliki kecenderungan sifat agresif, berwatak keras, mudah marah dan impulsif serta kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang memiliki rasa empati terhadap sesamanya.
ADVERTISEMENT

Dampak Bullying Bagi Saksi

Ilustrasi saksi bullying. Foto : pixabay
Jika tindak bullying dibiarkan tanpa adanya tindak lanjut, maka saksi atau orang lain yang menjadi penonton akan berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Kondisi ini, memungkinkan beberapa "saksi" akan bergabung dengan pelaku bullying karena mereka takut menjadi sasaran berikutnya sementara beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun (bystander) dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.