Konten dari Pengguna

Aku dan Waktu

Gunawan Soamole
Mahasiswa Universitas Khairun Ternate fakultas ilmu budaya prodi sastra inggris
22 April 2025 12:23 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gunawan Soamole tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cerpen: Gunawan Soamole
(Mahasiswa Universitas Khairun Ternate)
Ilustrasi gambar: Gunawan Soamole
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar: Gunawan Soamole
ADVERTISEMENT
Wawan namanya, seorang lelaki pemenang nobel mendefinisikan tentang waktu. Memasuki waktu subuh terlihat seorang laki-laki berjalan menelusuri pinggiran jalanan yang sepi menandakan orang-orang sedang mewujudkan keinginan mereka yang belum terwujudkan di dunia nyata, beberapa orang bahkan mengeluarkan suara ngorok karena sangat menghayati tidur mereka. Di bawah lampu jalanan wawan melihat seorang kakek yang tertidur dengan tangan sebagai bantalan, sang kakek tertidur sangat lelap bahkan terdengar sang kakek ngorok karena asik walaupun dengan tempat tidur selembar kardus yang di tumpuk-tumpuk. Wawan yang empati membangunkan si kakek agar tidur di rumahnya. “Kakek..kek..ke”..bangun”. Sambil menggoyang-goyang tubuh sang kakek tua itu, tiba-tiba kakek membuka matanya dan berkata “Aku masih lelah istriku, biarlah aku tidur beberapa menit lagi. Jawab kakek dengan tidak sadar. Wawan sadar bahwa sang kakek tidak membutuhkan tempat tidur yang bagus untuknya bermimpi. Dia juga tahu bahwa sang kakek tidak bisa memutar waktu kembali untuk bertemu dengan istrinya sehingga dengan cara tidurlah sang kakek dapat mewujudkan keinginan-keinginannya. Wawan sadar akan hal itu menjawab” ini aku kakek wawan, aku melihat kakek tertidur disini dan sebentar lagi akan turun hujan ikutilah aku dan tidur di rumahku”. Kakek yang telah sedikit sadar mengatakan “pulanglah kau anak muda, ini adalah waktu ku, persiapkan dirimu karena waktu mu akan datang menjemputmu, pada saat itu tubuhmu akan menyusut, rambut mu dipenuhi uban, dan kekuatan mu akan mengurang. “Dia akan memakan segalanya” ungkap sang kakek tua. Anak muda yang begitu penasaran mengatakan “siapakah dia kakek”? Kakek yang sambil mengambil posisi tidurnya mengatakan “Waktu itu sendiri anak muda, kau tak punya daya dan upaya mencegahnya” lanjut sang kakek dengan menutup matanya.
ADVERTISEMENT
Wawan pun berjalan pulang masih menelusuri jalanan, terlihat orang-orang yang baru mengakhiri mati kecil mulai menjemput mentari pagi, menandakan aktivitas kota berjalan seperti biasanya, belum jauh dari tempat sang kakek tua tadi wawan mendengar seorang wanita berteriak meminta pertolongan, wawan yang was-was segera menemui sumber suara dan melihat seorang ibu hamil dengan darah yang sudah tercecer di jalanan, tidak menunggu pertolongan ambulance sang ibu sudah melahirkan seorang anak laki-laki dengan wajah begitu gembira di lengkapi dengan suara tangisan sang bayi orang-orang berkata “Alhamdulillah..sang anak lahir dengan selamat” wawan yang menyaksikan hal itu tidak sempat memikirkan keselamatan sang bayi. Dia memikirkan perkataan sang kakek tua tadi karena pada saat yang sama wawan menemui dua kasus yang berbeda. Pertama Penuaan dan yang kedua Kelahiran. Setalah sampai dirumahnya wawan langsung ke ruang kamarnya terlihat beberapa yang tercecer di lantai kertas-kertas itu bertuliskan E= mc² dan beberapa yang lain terlihat cakaran pena yang masih basah. Ternyata beberapa waktu yang lalu lelaki itu mencari definisi tentang kesempurnaan waktu. Wawan duduk di atas kursi tuanya dan mulai berandai-andai tentang dua kejadian yang dia temukan.
ADVERTISEMENT
Waktu menjadi sangat sempurna ketika kita tau dimna cara kerja waktu, waktu diciptakan atau menciptakan walawalam bi sawab...
Jika aku di berikan secangkir air panas, aku tahu air itu akan dingin pada hari berikutnya tetapi jika aku diberikan secangkir air dingin aku tidak akan tahu apakah air itu panas dihari sebelumya.
Apa itu kelahiran dan kenapa terjadi penuaan?
Kapan waktu itu ada dan kapan waktu musnah?
Bagaimana dengan keabadian?
Ada premis “Alam diciptakan bersama waktu” Dari premis ini kita bisa mengetahui bahwa manusia diciptakan dan dilahirkan bersama waktu sehingga waktu melekat pada diri masing-masing personalitasnya tentu pengetahuan ku berbeda dengan pengetahuan kakek tua semalam karena waktu yang melekat pada personalitas atau diri ku dan diri kakek berbeda, lebih jelasnya seperti ini kita hidup mempunyai batasan yang telah di tentukan. Batasan yang dimaksudkan disini adalah waktu itu sendiri, pada saat kita dilahirkan di dunia keluar dari benteng yang paling kokoh yaitu rahim seorang ibu, pada detik itulah waktu melekat pada diri seorang bayi. Waktu ada karena ada gerakan itulah teori relativitas Einstein. Jadi, sebetulnya waktu yang bergerak atau anda yang bergerak? Waktu seperti terowongan panjang yang hujungnya mengerucut dan kalian berada di dalam terowongan tersebut. Bagaimana cara waktu bekerja? Apakah manusia yang bergerak agar bisa mendefinisikan waktu ataukah terowongan yang bergerak dan manusia itu diam dengan kata lain waktu sendri yang bergerak menghampiri benda diam tdi yaitu manusia. Dimana di dunia ini manusia dapat mengetahui apakah waktu berjalan maju, mundur, ataukah diam. Jika anda mengatakan maju sebenarnya tidak ada penuaan dan manusia tidak akan tua, sebaliknya jika mundur kenapa manusia menua dan kalau waktu itu diam seharusnya tidak akan ada kelahiran. Pada intinya manusia itu benda mati dimata waktu. Kita hanya bisa melihat hasil kerja waktu seperti penuaan, pelapukan, dan lain sebagainya kita tidak bisa melihat pada cara kerjanya.
ADVERTISEMENT
Menurut ilmu kedokteran penuaan itu karena kematian sel-sel di dalam tubuh, sehingga menyebabkan kurus, tidak kuat, beruban dan lain sebagainya. Tetapi sudahlah menurut itu, banyak kasus lain terjadi di luar kemampuan ilmu kedokteran seperti, penuaan tetapi tidak beruban, tidak ompong pada gigi, ada orang tua yang masih tetap bugar dan lain sebagainya.
Ini adalah kesempurnaan yang tidak bisa kami sangkal kanapa kita dipaksa untuk berfikir sedangkan Dia (tuhan) memberikan batasan-batasan dalam segala bentuk kesempurnaannya, “sesungguhnya apa yang aku (tuhan) tahu tidaklah engkau (manusia) mengetahuinya”
Jika saja kata-kata terakhir Albert Einstein dapat dimengerti mungkin kita sedikit paham tentang waktu atau jika saja Stephen Hawking tidak cacat pada tubuhnya kita tau tentang waktu. Disitulah jawabannya pemikiran manusia dibatasi. Entah kenapa semua itu terjadi.
ADVERTISEMENT
Tanyakan pada rumput yang bergoyang.