Konten dari Pengguna

Gak Cuma Otak, Belajar Kebut Semalam (SKS) Juga Bisa Ganggu Kesehatan Mentalmu

Nayla Izza Agniya
Mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13 Desember 2024 16:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nayla Izza Agniya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sumber foto: penulis
zoom-in-whitePerbesar
sumber foto: penulis
Besok ujian? Tapi belum siap sama sekali, duh! Siapa yang sering begadang semalaman demi mengejar materi yang belum dipelajari? Saat ujian semakin dekat, cramming- belajar intensif dalam waktu singkat - atau yang lebih akrab kita sebut sebagai belajar sistem kebut semalam (SKS) sering jadi pilihan terakhir yang terasa paling efektif. Tapi, tau nggak sih, dibalik metode belajar yang keliatannya efisien ini, ada berbagai dampak psikologis yang bisa merugikan, bukan cuma energi fisik yang terkuras, tapi juga kesehatan mentalmu. Mulai dari stres, kecemasan, sampai gangguan tidur, semuanya bisa muncul karena kebiasaan cramming yang susah dihindari ini. Meskipun hasilnya mungkin terlihat "cepat" pada saat-saat genting, ada banyak efek samping psikologis yang mengikuti setelahnya. Kok bisa dampaknya sebahaya itu ya? Yuk, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini
ADVERTISEMENT
Cramming ternyata bisa bikin stres dan kecemasan, lho! Saat ujian semakin dekat, kita sering tertekan untuk belajar materi dalam waktu yang sangat terbatas. Belajar intensif seperti ini bisa menguras tenaga dan bikin kita kelelahan, yang akhirnya berpengaruh buruk pada kesehatan mental. Ketika kita mengandalkan cramming untuk mencapai kesuksesan ujian, motivasi kita bisa turun, rasa putus asa datang, dan akhirnya kita jadi kehilangan minat untuk belajar. Selain itu, cramming juga bisa membuat kita kurang terlibat dalam proses belajar, karena kita tidak aktif berinteraksi dengan materi. Akibatnya, rasa ingin tahu dan semangat untuk belajar berkurang, dan kita jadi merasa kurang mampu mengelola tanggung jawab akademis dengan baik.
Tidur punya peran yang sangat penting dalam membentuk daya ingat kita. Saat tidur, otak bekerja untuk memperoses dan menyimpan informasi yang sudah kita pelajari. Nah, kalau kita menerapkan belajar kebut semalam, waktu tidur kita pasti terganggu. Pasti deh, kalian juga sering begadangkan? Kebiasaan belajar sistem kebut semalam ditandai dengan kurang nya manajemen waktu belajar yang baik, tidak memanfaatkan waktu untuk belajar melainkan membuang waktunya untuk bermain, menunda-nunda pekerjaan dan malas untuk membaca materi (Kuntjoro, 2010, dalam Octavia & Amalia, 2023). Belajar cepat dan intens dalam waktu singkat mungkin bisa memberikan hasil yang instan, namun sayangnya dampaknya jauh lebih besar daripada sekedar otak yang merasa lelah. Saat cramming, tubuh dan pikiran kita dipaksa bekerja berlebihan. Menjejalkan terlalu banyak materi dalam waktu singkat bisa memberi tekanan besar pada otak. Ketika otak terlalu keras bekerja dan terus-menerus dipaksakan, perasaan cemas, frustasi, kelelahan, bahkan kebingungan pun meningkat. Sama seperti tubuh, otak juga butuh waktu untuk istirahat, relaksi, dan memfokuskan kembali pikirannya.
ADVERTISEMENT
Kurangnya waktu tidur dapat berdampak pada konsolidasi memori, yaitu proses di mana informasi yang telah kita pelajari dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, proses ini terjadi saat kita tidur (Takeuchi et al., 2014). ketika begadang maka waktu tidur kita akan berkurang, dan proses konsolidasi memori kurang optimal. Tanpa tidur yang cukup, materi yang baru kita pelajari tidak akan tercatat dengan baik di otak, akibatnya bisa merusak kualitas pembelajara kita. Ketika kita mencoba mengingat terlalu banyak materi sekaligus, otak lebih cenderung menyimpan informasi dalam ingatan jangka pendek, bukan di memori jangka panjang. Akibatnya materi yang kita pelajari jadi mudah terlupakan. Selain itu, kita juga cenderung kurang memahami materi secara mendalam, karena tidak benar-benar menguasai setiap materi yang dipelajari. Semua ini berujung pada kesulitan mengingat apa yanng telah dipelajari dalam waktu lama, yang tentunya menurunkan kulitas pembelajaran kita.
ADVERTISEMENT
Kurangnya waktu tidur juga menyebabkan sifat mudah tersinggung dan lelah serta tentunya mengganggu daya ingat dan fokus sehingga mengakibatkan terganggunya waktu reaksi, penilaian, dan penglihatan. Kurangnya waktu tidur yang dilakukan secara terus menerus dapat memicu serangkaian kejadian internal dan kemudian menyebabkan gangguan kesehatan yang serius seperti mengalami peningkatan tekanan darah, peningkatan stress, kortisol, dan penurunan kadar antiodi terhadap vaksin flu (Siagian, 2022)
Jika waktu terasa sempit, buat daftar prioritas materi yang perlu dipelajari berdasarkan kesulitan bobot ujian. Fokus pada bagian-bagian yang paling penting terlebih dahulu, sehingga meskipun waktu terbatas, kamu tetap bisa menguasai materi dengan baik. Dengan teknik belajar yang tepat, kamu bisa menghadapi ujian dengan lebih tenang dan percaya diri tanpa harus bergantung pada kebiasaan belajar kebut semalam.
ADVERTISEMENT
Octavia, V., & Amalia, N. (2023). Eksplorasi Fenomena Belajar Sistem Kebut Semalam: Kajian Kualitatif Terhadap Kebiasaan Belajar Siswa Kelas VI. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD), 11(1), 73–83. https://doi.org/10.22219/jp2sd.v11i1.26208
Siagian, F. E. (2022). Study the Impact of Cramming in Medical Students. International Blood Research & Reviews, 13(4), 53–64. https://doi.org/10.9734/ibrr/2022/v13i430186
Takeuchi, M., Furuta, H., Sumiyoshi, T., Suzuki, M., Ochiai, Y., Hosokawa, M., Matsui, M., & Kurachi, M. (2014). Does sleep improve memory organization? Frontiers in Behavioral Neuroscience, 8(APR), 1–8. https://doi.org/10.3389/fnbeh.2014.00065