Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengungkap Fakta Perselingkuhan Selebriti Melalui Perspektif Psikologi Positif
9 Desember 2024 10:33 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari Nayla Shahira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Tidak ada rumah tangga yang ideal,” adalah ungkapan yang sering kita dengar terutama ketika membicarakan pasangan selebritis Indonesia Raffi Ahmad dan Nagita Slavina. Pasangan yang telah menikah selama lebih dari sepuluh tahun ini dikenal sebagai public figure yang kaya raya. Pasangan ini kerap menjadi perhatian public, karena sering kali menjadi bahan gosip, termasuk tentang perselingkuhan. Sempat ada gosip besar yang menerjang pernikahan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina sekitar tahun 2016-2017, yang menyangkut Raffi Ahmad dan Ayu Ting – Ting.
ADVERTISEMENT
Isu ini muncul karena kedua presenter tersebut kerap kali muncul bersama di acara televisi tersebut. Namun, meskipun banyak spekulasi dan perbincangan hangat netizen, Nagita Slavina tetap menunjukkan komitmen dengan mendampingi Raffi Ahmad. Pasangan ini tetap berjuang menjaga keharmonisan keluarga meskipun banyak cobaan datang. Kisah tersebut pun menjadi inspirasi bagi beberapa pasangan. Lantas, apa kira-kira yang membuat mereka bertahan dan tetap setia meskipun banyak gossip yang menerpa?
Attachment, love dan flourishing relationship merupakan konsep di dalam psikologi positif yang menjelaskan proses berkembangnya suatu hubungan manusia. Attachment merupakan teori yang dibuat oleh John Bowlby dan Mary Ainsworth, yang menjelaskan bagaimana attachment yang terbentuk di masa kecil dapat memepengaruhi cara seorang individu berinteraksi dengan orang lain di masa depan, termasuk dalam hubungan asmara. Cara seseorang berinteraksi dan memberikan respons kedekatan emosional kepada pasangannya dipengaruhi oleh empat gaya attachment.
ADVERTISEMENT
Jenis hubungan yang paling sehat adalah hubungan dimana kedua pasangan memiliki gaya secure attachment. Hal ini disebabkan karena adanya kedekatan emosional dan kepercayaan pasangan yang membuat pasangan dalam jenis hubungan ini merasa nyaman dan aman satu sama lain. Pasangan dengan pola ini biasanya lebih mudah mengungkapkan perasaan dan kebutuhan mereka dan lebih mampu mengatasi konflik. Mengatasi konflik bermanfaat untuk membantu pasangan menjadi lebih bahagia.
Anxious attachment menunjukkan seseorang yang sering merasa cemas dan takut ditinggalkan. Individu dengan gaya attachment ini selalu merasa tidak aman,yang cenderung menyebabkan konflik dalam hubungan. Pasangan dengan gaya kelekatan ini membutuhkan jaminan dari pasangan bahwa hubungan akan bertahan lama dan bahwa pasangan akan selalu ada untuk dirinya.
ADVERTISEMENT
Avoidant attachment merupakan gaya kelekatan dimana seseorang lebih suka menjaga jarak dalam hubungan. Orang-orang yang berperilaku seperti ini cenderung menghindari berbagi perasaan mereka dan kesulitan untuk lebih terbuka kepada orang lain, yang dapat menghambat terbentuknya suatu hubungan. Pasangan yang sedang dalam hubungan asmara mungkin merasa terisolasi karena kesulitan membangun kedekatan emosional. Akibatnya, hubungan pun menjadi sulit untuk berkembang ke arah yang lebih serius.
Kemudian, ada disorganized attachment yang terjadi ketika seseorang merasa bingung atau takut di dalam suatu hubungan. Biasanya hal ini disebabkan karena pengalaman buruk di masa kecil. Dalam hubungan tersebut, orang dengan pola ini sering kali bertindak tidak konsisten, kadang dia sangat dekat dengan pasangannya, lalu tiba-tiba menjauh tanpa alasan jelas. Ketakutan akan penolakan atau kehilangan membuat mereka sulit merasa aman di dekat orang yang dicintainya. Akibatnya, pasangannya merasa bingung karena tidak tahu bagaimana kejelasan status hubungan mereka.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang mulai mencari pasangan pada masa dewasa untuk menjalin hubungan yang lebih serius, terbuka, dan setia dengan harapan dapat berlanjut ke pernikahan. Namun, beberapa orang memilih untuk single, fase ini disebut fase intimacy atau isolasi. Fase ini merupakan bagian dari perkembangan manusia untuk mencapai nilai virtue, yaitu cinta (Erikson, dalam Feist, Feist, & Roberts, 2013).
Isu perselingkuhan sering kali menjadi momok yang menakutkan bagi seluruh pasangan, yang sering kali membuat perasaan cemas, kehilangan kepercayaan diri, bahkan menghancurkan harga diri seseorang. Namun menurut Bowlby, apabila korban perselingkuhan mendapatkan dukungan yang tepat maka akan mampu mengurangi dampak negatif yang dialami korban. Hubungan yang sehat dapat membantu membangun kembali kepercayaan dan rasa aman pada korban perselingkuhan.
ADVERTISEMENT
Dalam sistem attachment behavioral dan konsep earned secure attachment, Bowlby menjelaskan bahwa hal ini dapat dibuktikan ketika seseorang mendapatkan dukungan emosional yang cukup baik maka mampu untuk ia beralih dari insecure attachment ke secure attachment. Pernyataan ini membantu orang memahami bahwa pengalaman buruk di masa lalu adalah bagian dari hidup, dan pengalaman tersebut merupakan suatu batu loncatan untuk membangun hubungan yang lebih baik di masa depan. Selain itu, Ainsworth dan rekannya menjelaskan empat prinsip hubungan yang dapat membantu seseorang merasa lebih baik setelah perisitiwa perselingkuhan. Prinsip yang pertama yaitu, proximity seeking yaitu ketika seseorang percaya bahwa pasangannya dapat memberikan rasa aman dan membantunya pulih dari stres yang dialami setelah peristiwa perselingkuhan yang mengganggu perasaannya.
ADVERTISEMENT
Kedua, safe haven, di mana pasangan dapat membantu mengurangi tekanan emosional dengan mendengarkan, membantu, dan mendukung pasangannya. Ketiga, Secure base, di mana pasangan merasa kuat dan mampu menghadapi permasalahan di hubungannya karena tahu bahwa pasangan akan selalu ada untuk membantu. Hal ini mendorong pasangan untuk memperbaiki hubungan.
Pasangan sangat membutuhkan dukungan emosional satu sama lain, terutama dalam situasi sulit seperti perselingkuhan. Oleh sebab itu, hal ini menunjukkan bahwa cinta bukan satu-satunya komponen dalam hubungan yang sehat, hubungan yang sehat juga mencakup rasa aman, kenyamanan, dan pengertian satu sama lain. Pasangan yang saling mendukung mampu menghadapi berbagai kesulitan bersama, meskipun mereka harus menghadapi masalah yang cukup berat dalam hubungan mereka.
Saat Nagita Slavina mengetahui terkait gosip perselingkuhan yang melibatkan suaminya, ia tidak terbawa emosi. Nagita menanggapi permasalahan tersebut dengan komunikasi terbuka kepada suaminya yang menunjukkan bahwa terdapat kepercayaan yang ada dalam pasangan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.
Nagita Slavina berbicara kepada Adiezty Fersa dalam sebuah video di kanal YouTube tentang bagaimana ia mengalami tekanan karena menghadapi masalah besar dalam hidupnya, termasuk gosip tentang perselingkuhan suaminya. Ia mengatakan bahwa dia lebih suka berbicara dengan psikolog daripada berbicara dengan banyak orang. Menurut Nagita Slavina, berbicara dengan seorang psikolog memberinya kesempatan untuk memahami masalahnya dengan lebih jelas dan menemukan cara untuk mengurangi stres. Langkah yang ia ambil merupakan tindakan bijak untuk mengontrol emosinya, yang membantu menjaga hubungan dengan suaminya tetap harmonis.
ADVERTISEMENT
Teori Triangle Love yang diciptakan oleh Robert Stenberg, menjelaskan bahwa cinta terbentuk dari tiga elemen utama, yang terdiri dari intimacy (kedekatan), passion (gairah), dan commitment (komitmen). Sikap tenang dan bijak yang ditunjukkan Nagita Slavina merupakan contoh nyata dari penerapan teori ini. Ketiganya sangat penting untuk menjaga hubungan yang langgeng. Komunikasi yang terbuka, rasa saling percaya, dan keinginan untuk membahagiakan pasangan mampu menciptakan intimacy atau kedekatan emosional. Hal ini akan memperkuat hubungan pasangan sehingga mereka dapat bertahan melewati berbagai tantangan dalam pernikahan.
Selain itu, gairah, atau passion diartikan sebagai bentuk ketertarikan fisik terhadap pasangan dan keinginan untuk selalu bersama. Pasangan yang saling memberikan perhatian dan saling membahagiakan pasangannnya, akan meningkatkan gairah dalam suatu hubungan. Selain itu, keintiman yang dibangun melalui momen romantis, mampu membuat hubungan bertahan lama. Kemudian ada komitmen, yang merupakan bentuk keputusan untuk saling mencintai dan tetap bersama dalam segala kondisi apapun.
ADVERTISEMENT
Cinta dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan kombinasi elemen ini. Yang pertama adalah Non-Love, ini adalah jenis hubungan yang tidak memiliki keintiman, gairah, atau komitmen, seperti hubungan dengan orang baru yang belum kenal satu sama lain. Jenis cinta selanjutnya yaitu liking sering ditemui pada hubungan persahabatan di mana ada rasa saling menghargai tetapi tidak ada ketertarikan. Infatuation bisa digambarkan seperti peristiwa saat jatuh cinta pada pandangan pertama yang didasarkan pada ketertarikan fisik namun tidak disertai dengan keintiman atau komitmen. Adapun empty love, adalah hubungan yang bertahan hanya karena komitmen, tanpa ada gairah atau keintiman. Ini sering terjadi dalam hubungan yang bertahan hanya karena alasan tertentu.
Selain itu, romantic love merupakan jenis cinta yang tidak memiliki komitmen yang kuat, namun terdapat keintiman dan gairah. Pasangan dalam hubungan ini belum siap untuk hubungan yang lebih serius, meskipun hubungannya baik – baik saja. Companionate love adalah hubungan yang memiliki gairah dan komitmen, tetapi keintimannya sudah menurun, seperti pasangan yang sudah menikah lama dan tetap harmonis.
ADVERTISEMENT
Kemudian ada Fatuous Love, yang ditandai dengan gairah dan komitmen, tetapi biasanya terjadi ketika dua orang yang terburu-buru memutuskan untuk bersama tanpa mengenal satu sama lain. Terakhir, ada Consummate Love, yang merupakan jenis cinta yang paling ideal. Dalam hubungan ini, seluruh elemen seperti, keintiman, gairah, dan komitmen, dapat terpenuhi secara sempurna. Sehingga, pasangan dengan pola jenis cinta ini hidup dengan kebahagiaan dan keharmonisan.
Meskipun cinta yang sempurna mungkin terlihat seperti mimpi bagi sebagian orang, ini sebenarnya bukan suatu hal yang mustahil. Suatu hubungan itu pada dasarnya bergantung pada komunikasi yang jujur, saling mendukung, dan komitmen untuk terus bersama. Hubungan yang harmonis dan langgeng dapat dibangun dengan kerja sama antar pasangan yang baik dalam mempertahankan keintiman, dan terus berusaha menjaga komitmen untuk terus bersama.
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia, kita harus bisa menerima kekurangan pasangan kita, sebab cinta yang sehat bukan tentang menemukan pasangan yang sempurna, melainkan tentang dua individu yang mampu menjaga komitmen untuk terus bersama meskipun diterpa berbagai masalah. Saling menghargai dan mendukung satu sama lain adalah kunci agar cinta mampu berkembang setiap harinya.
Sumber Referensi :
Ashaq, I., & Singh, M. (2024). Attachment Styles, and Relationship Satisfaction. Educational Administratio: Theory and Practice, 30(4), 8633–8641. https://doi.org/10.53555/kuey.v30i4.2793
Borelli, J. L., Smiley, P. A., Kerr, M. L., Hong, K., Hecht, H. K., Blackard, M. B., ... & Bond, D. K. (2020). Relational savoring: An attachment-based approach to promoting interpersonal flourishing. Psychotherapy, 57(3), 340. https://doi.org/10.1037/pst0000284
Cassidy, J., & Shaver, P. R. (Eds.). (1999). Handbook of attachment: Theory, research, and clinical applications. Rough Guides.
ADVERTISEMENT
Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T. A. (2008). Theories of personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fraley, R. C., & Roisman, G. I. (2019). The development of adult attachment styles: Four lessons. Current opinion in psychology, 25, 26-30. https://doi.org/10.1016/j.copsyc.2018.02.008
Hamidah, W., Mariyanti, S., & Kristiyanti, V. (2023). KEPUASAN PERNIKAHAN DEWASA AWAL DITINJAU DARI KEKUATAN KOMITMEN PERNIKAHAN. Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang, 3(2), 1-12. https://doi.org/10.36805/empowerment.v3i2.858
Kusumawardhani, S. J., Mayangsari, A., Rustyawati, R., & Reswara, I. P. (2024). Staying in Marriage is Not Enough: Influence of Marital Commitment and Adult Attachment Style on Marital Flourishing. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 11(1), 99-106. https://doi.org/10.15575/psy.v11i1.33974
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2007). Human development. McGraw-Hill.
ADVERTISEMENT
Parsakia, K., Farzad, V., & Rostami, M. (2023). The mediating role of attachment styles in the relationship between marital intimacy and self-differentiation in couples. Applied Family Therapy Journal (AFTJ), 4(1), 589-607. https://doi.org/10.61838/kman.aftj.4.1.29
Reddy, C. B. (2024). Attachment Style and Relationship Satisfaction Among Early Adults. World Journal of Biology Pharmacy and Health Sciences, 2024, 19(01), 282–289. https://doi.org/10.30574/wjbphs.2024.19.1.0440
Sani, R., Kilis, G., & Oriza, I. I. D. (2011). Perbedaan Fear of Intimacy antara Dewasa Muda yang Pernah dan Tidak Pernah Diselingkuhi Saat Berpacaran. Jurnal Ilmiah Psikologi MIND SET, 3(01), 44-52. https://doi.org/10.35814/mind%20set.v3i01.265
Sagone, E., Commodari, E., Indiana, M. L., & La Rosa, V. L. (2023). Exploring the association between attachment style, psychological well-being, and relationship status in young adults and adults—A cross-sectional study. European Journal of Investigation in Health, Psychology and Education, 13(3), 525-539. https://doi.org/10.3390/ejihpe13030040
ADVERTISEMENT
Wissing, M. P., Schutte, L., Liversage, C., Entwisle, B., Gericke, M., & Keyes, C. (2021). Important goals, meanings, and relationships in flourishing and languishing states: Towards patterns of well-being. Applied Research in Quality of Life, 16(2), 573-609. https://doi.org/10.1007/s11482-019-09771-8