Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Manusia dan Kebiasaan Membandingkan Diri: Menelusuri Social Comparison Theory
25 Juni 2024 9:55 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Nayla Tazkia Bahri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di dalam keseharian, kita seringkali terjebak dalam kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Entah itu dalam hal kemampuan, pendapat, maupun pencapaian, perbandingan sosial bagaikan bumbu tak terpisahkan dalam interaksi manusia. Leon Festinger, seorang psikolog ternama, pada tahun 1954 mencetuskan Teori Perbandingan Sosial untuk menjelaskan dorongan dan bagaimana pengaruhnya terhadap persepsi diri kita. Social Comparison Theory (Teori Perbandingan Sosial) menjelaskan bahwa individu cenderung mengevaluasi diri mereka dengan membandingkan dirinya dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Di era digital, fenomena perbandingan sosial semakin marak, terutama dengan kemunculan media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok. Platform-platform ini memungkinkan pengguna untuk membagikan momen terbaik mereka, menciptakan standar kebahagiaan dan kesuksesan yang tinggi. Artikel ini akan mengupas tuntas dasar-dasar teori tersebut, konsep-konsep pentingnya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia, makhluk sosial yang selalu ingin memahami diri dan posisinya dalam dunia. Salah satu caranya adalah melalui perbandingan sosial, sebuah kecenderungan alami untuk mengevaluasi diri sendiri dengan membandingkan diri dengan orang lain.
Teori ini berasumsi bahwa individu memiliki kebutuhan untuk mengevaluasi kemampuan dan pendapat mereka, dan dalam ketiadaan kriteria objektif, mereka akan membandingkan diri mereka dengan orang lain sebagai standar. Teori ini memberikan landasan penting bagi pemahaman kita tentang bagaimana perbandingan sosial memengaruhi perilaku dan persepsi diri individu.
ADVERTISEMENT
Definisi ini memperluas cakupan perbandingan sosial, melampaui batas opini dan kemampuan yang ditekankan oleh Festinger, dan mencakup berbagai aspek kehidupan lainnya.
Social comparison is motivated by three drives (Gibbons & Buunk, 1999). Gibbons dan Buunk mengidentifikasi tiga dorongan utama yang melatari social comparison:
Kritik social comparison theory
ADVERTISEMENT
Orang cenderung lebih memilih untuk membandingkan diri dengan mereka yang memiliki atribut serupa, seperti usia, status sosial, atau kemampuan. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri dan self-esteem, namun juga dapat membatasi cakupan perbandingan dan menghambat pembelajaran dari individu yang berbeda.
Ada dua jenis perbandingan sosial yang dikemukakan oleh Festinger, yaitu:
ADVERTISEMENT
Fenomena terkait Social Comparison Theory
Dalam konteks komunikasi modern, khususnya dengan hadirnya media sosial, teori ini menjadi sangat relevan. Platform seperti Facebook, Instagram, dan TikTok menyediakan ruang bagi individu untuk memamerkan pencapaian, gaya hidup, dan kebahagiaan mereka. Berikut beberapa cara di mana media sosial mempengaruhi proses perbandingan sosial:
ADVERTISEMENT
Dampak Negatif Social Comparison:
Dampak Positif Social Comparison:
Dampak negatif dari perbandingan sosial ini dapat signifikan, penting bagi individu untuk menyadari potensi bahaya media sosial dan menerapkan strategi untuk mengelola dampak negatifnya.
Mengelola Dampak Social Comparison:
ADVERTISEMENT
Meskipun teori ini memberikan wawasan penting, akan tetapi perlu bagi kita untuk menyadari bahwa perbandingan sosial dapat membawa dampak positif maupun negatif. Di satu sisi, perbandingan sosial dapat memotivasi kita untuk berkembang dengan mencontoh individu yang lebih unggul. Di sisi lain, perbandingan sosial yang tidak sehat dapat memicu rasa rendah diri, iri hati, dan bahkan depresi.
Daftar Pustaka
Fakhri, N. (2017, September). social comparison theory, self-evaluation, social comparison direction. KONSEP DASAR DAN IMPLIKASI TEORI PERBANDINGAN SOSIAL, Vol.3,No.10.
Firdaus, A.P. R. C., Reza, R. D. P., Salsabila, M. N., & Dewani, Y. R. (2023, Juni 30). Self Comparison, Media Sosial, Mahasiswa. MENGENAL SOCIAL COMPARISON PADA MAHASISWA PENGGUNA MEDIA SOSIAL, Vol.6,No.1, 51-58. http://jurnal.uts.ac.id/index.php/PSIMAWA
ADVERTISEMENT
Lazuardi, I. N., & Idulfilastri, R. M. (2023, Maret 12). Social comparison, kebahagiaan, emerging adulthood, instagram. PERAN SOCIAL COMPARISON TERHADAP KEBAHAGIAAN (STUDI PADA EMERGING ADULTHOOD PENGGUNA INSTAGRAM), Vol.6,No.2, 545-550.
Sari, I. A. W. P., & Suarya, L. M. K. S. (n.d.). Citra Tubuh, Social Comparison, Harga Diri, dan Remaja Perempuan. HUBUNGAN ANTARA SOCIAL COMPARISON DAN HARGA DIRI TERHADAP CITRA TUBUH PADA REMAJA PEREMPUAN, (Edisi Khusus Psikologi Positif, 40-52), 40-52.
Social Comparison – Psychology. (2020, May 14). Psychology. Retrieved June 23, 2024, from https://psychology.binus.ac.id/2020/05/14/social-comparison/
social comparison, self-esteem, Instagram. (2020). Hubungan Social Comparison dan Self-Esteem pada Mahasiswa Pengguna Instagram, Vo.6,No.2.