Toxic Relationship Berawal dari Bucin?

NAYYARA AQIELA
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya.
Konten dari Pengguna
7 Desember 2022 17:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NAYYARA AQIELA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com/photo/man-and-woman-near-grass-field-1415131/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com/photo/man-and-woman-near-grass-field-1415131/
ADVERTISEMENT
Bucin? Budak cinta? Zaman sekarang siapa sih yang gak tau istilah bucin atau budak cinta? Istilah ini sering kita temukan dalam suatu hubungan percintaan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, dalam KBBI istilah bucin tidak ada artinya, karena ini hanya sebuah prokem saja, namun untuk arti bucin atau budak cinta sendiri adalah orang yang tergila-gila akan cinta, dan orang tersebut rela melakukan apapun demi orang yang dia cintai.
Jadi bisa dikatakan bucin merupakan ekspresi cinta dari suatu hubungan. Sayangnya, terkadang ada individu yang berlebihan dalam menggunakan ekspresi cinta tersebut sehingga bisa menimbulkan hal negatif dan mencapai level toxic relationship.
Apa sih toxic relationship itu?
Toxic relationship adalah hubungan yang ditandai dengan perilaku pasangan yang menimbulkan ketidaknyamanan secara psikologi terhadap pasangannya. Karakteristik dari toxic relationship contohnya seperti kecemburuan yang berlebihan, egois, kekanak-kanakan, suka berbohong, dan adanya rasa tidak aman.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut jelas berbanding terbalik dengan pengertian cinta menurut Sternberg (2009) yang mengatakan bahwa cinta adalah hubungan yang didasari dengan hubungan intim kepada pasangan, saling berbagi kasih sayang dengan orang, dan memiliki ketertarikan fisik dengan orang-orang.
Apakah toxic relationship disebabkan dari bucin?
Dalam suatu hubungan, tidak jarang jika salah satu pihak memiliki perasaan sayang yang berlebihan kepada pasanganya, sehingga ia rela melakukan apapun demi pasangannya. Perilaku tersebut tidak salah jika kita melakukannya sesuai dengan porsinya. Namun, jika kita bucin kepada seseorang secara berlebihan itu salah.
Perilaku bucin secara berlebihan ini bisa membuat kita terjerumus dalam toxic relationship. Tidak sedikit hubungan dimana salah satu pasangan sangat dominan bahkan sampai mengekang pasangannya sendiri. Sikap bucin seperti itu bisa membuat hubungan itu menjadi toxic relationship.
https://www.istockphoto.com/id/foto/emosional-kesal-stres-pasangan-berdebat-di-rumah-gm1233751501-362284365
Kenapa bucin bisa membuat kita mencapai level toxic relationship?
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, seseorang yang memiliki sikap bucin yang berlebihan kepada pasangannya memiliki ekspektasi yang tinggi agar pasangannya memberikan timbal balik yang sama dengan pemberian yang ia berikan. Namun, kita juga tidak bisa mengontrol sifat dan perilaku orang lain. Jadi, jika suatu hubungan tidak memberikan balasan yang setimpal maka bisa membuat harapan yang sudah kita buat tadi menjadi hancur.
Cinta juga salah satu hal yang bisa membutakan seseorang, dan jika hal tersebut sudah terjadi maka hubungan itu sudah bisa dikatakan toxic relationship. Terkadang orang yang bucin berlebihan kepada pasangannya, ia tidak sadar bahwa pasangannya tersebut tidak memberikan respon yang setimpal dengan apa yang dia berikan. Seseorang tidak akan peduli dengan respon yang diberikan pasangannya karena ia sangat mencintai pasangannya tersebut.
ADVERTISEMENT
Suatu hubungan bisa dikatakan sehat adalah hubungan antara dua orang yang memiliki tujuan saling membangun, dan memberi dukungan satu sama lain agar tercipta rasa aman merasa dihargai. Sayangnya, tidak semua orang bisa memiliki hubungan yang sehat, sehingga hubungan itu bisa mencapai tingkatan toxic relationship.
Apakah toxic relationship akan mempengaruhi kesehatan mental kita?
Toxic relationship merupakan hubungan dimana salah satu pihak merasa tidak didukung, direndahkan atau diserang. Itu merupakan bentuk perilaku negatif. Perilaku negatif tersebut jelas bisa mempengaruhi kesehatan mental baik secara fisik, psikologis, bahkan emosional.
Tak jarang orang juga menjadikan toxic relationship menjadi pelampiasan atas emosi yang tidak tersalurkan dengan baik, atau trauma psikis yang mendorong orang tersebut melakukan tindakan pembalasan. Toxic relationship adalah hubungan yang tidak sehat dalam suatu hubungan yang menimbulkan pertengkaran internal yang akan memicu kesedihan atau ketegangan.
ADVERTISEMENT
Salah satu efek dari toxic relationship ada pada pemikiran atau psikologis bagi individu yang mengalaminya akan seseorang yang kurang percaya diri dan mudah putus asa. Bisa saja mereka tiba-tiba menjadi tidak menyukai dirinya sendiri karena perlakuan negatif dari pasangannya.
Jadi, kita gak boleh bucin untuk mengekspresikan perasaan kita pada pasangan?
Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengekspresikan perasaan pada pasangan. Bucin boleh dilakukan jika dengan porsi yang tepat. Seperti mengungkapkan perasaan sayang dengan kata-kata, memberikan apa yang dia inginkan selagi itu masih batas wajar, dan masih banyak lagi.
Jika kita mendapatkan timbal balik yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita, jangan terus memaksakan untuk bucin secara berlebihan kepada pasangan. Karena hal itu tidak baik jika kita teruskan. Jika kita terus memaksakan hal itu, sudah jelas kita akan berada di toxic relationship.
ADVERTISEMENT
Kita akan terus memaksakan semuanya di luar batas kemampuan kita. Hal itu jelas akan menyiksa diri kita sendiri dan kita tidak mendapatkan manfaat yang berarti dari perbuatan bucin kita tadi.
Kesimpulan:
Bucin dengan pasangan itu baik selagi kita menggunakan porsi yang tepat. Namun, jika kita bucin dengan porsi yang berlebihan itu tidak baik. Bucin dengan porsi yang berlebihan jelas akan menjerumuskan kita pada toxic relationship.
Toxic relationship harus kita hindari karena akan banyak sekali dampaknya. Dampak dari toxic relationship yang paling berbahaya adalah pada kesehatan mental kita. Jadi, kita harus bucin dengan waspada.
Referensi:
Margaretha, M. (2019, June 13). Artikel kamu pacar atau budak. https://doi.org/10.31234/osf.io/9ghn4
Widyastuti, N. L. W dkk (2022). Perlindungan Hukum terhadap Korban Toxic Relationship di Kalangan Remaja. Vol. 3 No. 1. https://doi.org/10.22225/jkh.3.1.4413.166-171
ADVERTISEMENT
Nihayah, U dkk (2021). Penerimaan Diri Korban Toxic Relationship dalam Menumbuhkan Kesehatan Mental. Vol 5 No 2. https://doi.org/10.19109/ghaidan.v5i2.10567